5 Wisata dan Konservasi Asal Mula dan Perkembangan Wisata

Contoh Penyusutan Luas dan Tiga Habitat dengan Kekayaan Hayati yang Berpotensi untuk Kegiatan Pariwisata di Indonesia. Tabel 1.2 Habitat Lahan Asli Km2 Persen yang tersisa Hutan Rawa air tawar Hutan hujan pegunungan Hutan Bakau 103.054 206.233 50.800 46.8 77.1 43.9 Data di atas merupakan kondisi pada awal tahun 1980. selanjutnya, luasan habitat tersebut semakin menyusut.

2. 5 Wisata dan Konservasi

Konsep pemanfaatan sektor wisata untuk menunjang konservasi saat ini sedang ramai didiskusikan. Sejauh mana wisata dapat mendorong tindakan-tindakan konservasi yang dilakukan? Bagaimana strategi yang dapat diterapkan sehingga tujuan konservasi tetap tercapai dalam industri wisata yang terus berkembang? Siapa dan di mana harus memulai dan dimulai? Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul sebagai respons dari dampak buruk wisata terhadap keanekaragaman hayati. Harus diakui bahwa pihak-pihak yang aktif berdebat dan berdiskusi adalah para akademis dan peneliti melawan praktisi wisata. Ada kesenjangan dalam diskusi ini, yaitu tidak bertemunya antara akademis-peneliti pada satu sisi dan praktisi wisata pada sisi yang lain. Para praktisi wisata memandang bawa akademisi dan peneliti tidak mengetahui secara pasti dan memahami seluk-beluk industri wisata yang kompleks tentang operasional wisata. Sementara di lain pihak, para praktisi dan pelaku wisata dinilai terlalu sibuk sehingga mereka tidak mengetahui masa depan wisata, pengembangan produknya dan dampak wisata terhadap lingkungan hidup. Perdebatan ini merupakan salah satu dari berbagai kasus perdebatan yang seringkali melibatkan para developer pembangunan, dimana para praktisi wisata ada di dalamnya. Sementara perdebatan berlangsung, banyak kajian antara lain oleh Dixon dan Sherman 1990, Gossling 1999, Honey 1999, Wunder 2000 dalam buku Lukman Hakim, Dharmaratne et al. 2000, mengatakan bahwa jika sektor wisata diatur secara khusus dapat membantu pembiayaan konservasi lingkungan hidup. Terutama koservasi keanekaragaman hayati yang keadaannya semakin tertekan. Kajian yang dilakukan oleh Burger 2000 dan Waller 2001, menunjukkan bahwa hubungan yang harmonis antara wisata, keanekaragaman, bentang alam dan konservasinya dapat terjadi dalam kehidupan manusia. Lebih lanjut, dampaknya secara teoritis dapat ditafsirkan mempunyai pengaruh positif bagi perekonomian lokal dan pendidikan konservasi bagi pengunjung, yang datang dari daerah perkotaan yang miskin dengan kekayaan hayati. Aktivitas wisata tersebut kemudian lebih dikenal sebagai ekowisata atau ekoturisme ecotourism. Benyak defenisi yang menjelaskan arti ekowisata. Namun, semua sepakat bahwa ekowisata berbeda dengan wisata lainnya, karena sifatnya yang dikondisikan untuk mendukung kegiatan konservasi. Defenisinya selalu memfokuskan pada wisata yang bertangung jawab terhadap lingkungan. Selanjutnya, banyak masukan para ahli untuk memperbaiki defenisi tersebut. Antara lain memberikan dampak langsung terhadap konservasi kawasan, berperan dalam usaha-usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal, mendorong konservasi dan pembangunan berkelanjutan, seorang arsitek dan environmentalis, Meksiko, menjelaskan bahwa ekowisata adalah perjalanan wisatawan menuju daerah alamiah yang relatif belum terganggu atau terkontaminasi. Tujuan utamanya yakni mempelajari, mengagumi, dan menikmati pemandangan alam lanskap dan kekayaan hayati yang dikandungnya, seperti hewan dan tumbuhan, serta budaya lokal yang ada di sekitar kawasan. Banyak tempat indah dengan kekayaan hayati yang tinggi berada dalam wilayah negara berkembang di mana kebutuhan dan permintaan sumber daya alam meningkat dengan cepat. Hubungan antara laju dijelaskan di berbagai naskah kerja. Degradasi ekosistem yang terjadi saat ini telah menurunkan mutu lingkungan, lebih kurang lagi menurunkan mutu daerah tujuan wisata. Tidak adli untuk menyalahkan dan mengalihkan tanggung jawab ini kepada negara berkembang dan komunitas masyarakat lokal. Masyarakat di luar kawasan juga harus diikutsertakan untuk memikirkan hal itu. Banyak pihak yang mengatakan bahwa masyarakat lokal yang sekat sumber daya alam merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi pemiskinan sumberdaya alam dan kerusakan ekosistem. Dengan demikian, strategi yang dirancang dalam konservasi antara lain adalah pemberdayaan masyarakat lokal.

2.6 Parameter Ekowisata

Defenisi dan operasional wisata alam nature tourism tidak dapat diartikan secara langsung sebagai ekowisata, meskipun wisata alam mempunyai sisi strategis sebagai point untuk memahami ekowisata, Wearning dan Neil menyatakan bahwa ide-ide ekowisata berkaitan dengan wisata yang diharapkan dapat mendukung konservasi lingkungan hidup. Karena tujuannya adalah menciptakan sebuah kegiatan industri wisata yang mampu memberikan peran dalam konservasi lingkungan hidup, seringkali ekowisata dirancang sebagai wisata yang berdampak rendah Low Impact Tourism . Untuk menjawab maksud tersebut, ekowisata dikarakterisasikan dengan adanya beberapa hal berikut: 1. Adanya manajemen lokal dalam pengelolaan 2. Adanya produk perjalanan dan wisata yang berkualitas 3. Adanya penghargaan terhadap budaya 4. Pentingnya pelatihan-pelatihan 5. Bergantung dan berhubungan dengan Sumber Daya Alam dan Budaya