adalah pembangunan sopo godang atau gedung serbaguna yang bisa dimanfaatkan untuk warga sebagai tempat pertemuan dan bersosialisai.
http:anstone.wordpress.com20100217desa-sibanggor-desa-wisata-yang-eksotis
3.2 Potensi Ekowisata
Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society 1990 sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan
wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat Eplerwood, 1999.
3.2.1 Wisata dan Konservasi
Nama Batang Gadis mungkin masih cukup asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Jangankan di Indonesia, di Sumatera Utara sendiri Batang
gadis masih merupakan tempat yang jarang didengar orang, kecuali untuk orang- orang yang bergerak dalam bidang konservasi. Kawasan hutan ini merupakan salah
satu habitat asli dari Harimau Sumatera. Sebagai habitat Harimau, data-data yang menjelaskan mengenai keberadaan Harimau di lokasi ini masih sangat kurang. Hutan
Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Madina Provinsi Sumatera Utara yang meliputi 13 wilayah kecamatan dan bersinggungan dengan 68 desa. Daerah ini sangat
luas dan kaya akan keanekaragaman hayati.
Untuk mencapai lokasi Tangkahan dari Medan, diperlukan waktu sekitar 10- 12 jam dengan menggunakan angkutan Bus umum..
Kawasan di sekitar penginapan adalah hutan lindung yang penuh kicau burung dan suara aliran sungai dangkal. Kebersihan alam dan keindahannya
merupakan tujuan utama dalam pengembangan Kawasan Ekowisata Taman Nasional Batang Gadis. Diharapkan pengunjung akan belajar berwisata tanpa merusak alam
sekitarnya. Karena itu, Dinas Pariwisata Kabupaten Madina lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas kunjungan ke Taman Nasional Batang Gadis.
Di Taman Nasional Batang Gadis juga terdapat beragam jenis monyet, Tapir, harimau sumatera, dan bila beruntung juga melihat elang yang tengah berputar di
udara mengintai mangsa. Pepohonan setinggi 20-40 meter dengan kanopi selebar 40- 50 meter masih banyak menghiasi Kawasan Ekowisata Taman Nasional Batang
Gadis. Karena itu, wisata menyusuri hutan merupakan pilihan utama di Taman Nasional Batang Gadis. Sambil berwisata menyusuri hutan, pengunjung juga
merasakan kedekatan alami dengan alam. Secara tidak langsung, ekowisata ini akhirnya juga merupakan sarana pendidikan bagi masyarakat untuk lebih memahami
alam dan bersama-sama melindunginya.
3.2.2 Potensi Hutan
TNBG merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai DAS Batang Gadis. DAS ini mempunyai luas 386.455 hektar atau 58,8 dari luas Kabupaten Madina dan
sangat penting artinya sebagai penyedia air yang teratur untuk mendukung
kelangsungan hidup dan kegiatan perekonomian utama masyarakat, yaitu pertanian. Lebih dari 360.000 jiwa di Kabupaten Madina menggantungkan hidup dari sektor
pertanian, khususnya di 68 desa pada 13 kecamatan yang bertetangga dengan TNBG. Ketergantungan pada sektor pertanian terlihat pada besarnya sumbangan sektor
pertanian pada nilai PDRB Produk Domestik Regional Bruto kabupaten, 35 diantaranya berasal dari sektor ini. Keberadaan TNBG akan menjaga kualitas dan
kelancaran pasokan air untuk keperluan air minum dan pengairan 34.500 hektar
persawahan dan 43.000 hektar perkebunan kopi, karet dan kayu manis.
TNBG juga berfungsi menjaga tata air regional, karena keseimbangan tata air lokasi lain yang bertetangga dengan Madina, seperti Kabupaten Tapanuli Selatan,
Pasaman di Provinsi Sumatera Barat dan Rokan Ulu di Propinsi Riau, tergantung dari kondisi tutupan hutan TNBG. Kabupaten Madina secara geologis berada di daerah
yang dikategorikan sebagai daerah rawan bencana. Kurang lebih 36 dari luas wilayahnya merupakan daerah pegunungan sampai ketinggian 2.145 meter dpi di
atas permukaan laut dan merupakan daerah vulkanis aktif dengan jenis tanah yang rawan erosi dan longsor, serta curah hujan tinggi.
Kabupaten Madina dilalui Daerah Patahan Besar Sumatera Great Sumatran fault Zone, khususnya Sub-Patahan Batang Gadis-Batang Angkola-Batang Torn.
Dengan kondisi geologis yang sedemikian, maka bila terjadi pembukaan terhadap tutupan hutan alam di kawasan TNBG, resiko bencana dan dampak dari
bencana tersebut akan semakin tinggi. TNBG menjadi semakin penting guna keberlanjutan pembangunan ekonomi dan peningkatan pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Madina. Pengeluaran biaya mubazir yang harus dikeluarkan pemerintah daerah untuk memulihkan alam sebagai konsekuensi dari rusaknya
hutan alam dapat dihindari. Tidak akan terjadi pengalihan dana investasi dari sektor-sektor produktif masyarakat pemodalan usaha produktif, biaya
pendidikan, biaya kesehatan, peningkatan gizi, perumahan dsb kepada usaha pemulihan bencana non-produktif. Masyarakat tidak perlu menanggung beban
akibat pengalihan dana produktif ini dan pertumbuhan ekonomi daerah tidak terhambat. Dengan kondisi hutan yang lestari dan terjaga baiknya fungsi ekologis
pengatur iklim, penjaga kesuburan tanah, pengendali tata air, fungsi keanekaragaman hayati maupun fungsi ekonominya, maka TNBG secara
maksimal dapat dimanfaatkan sebagai modal alam tanpa bayar unchanged natural capital bagi serangkaian aktivitas perekonomian lokal secara
jangka panjang, seperti pertanian, perkebunan, pariwisata alam, perikanan atau peternakan.
3.3 Keterlibatan Masyarakat Lokal Sebagai upaya Peningkatan Kesejahteraan