daerah untuk menetapkan prioritas pembangunan daerahnya, serta mengoptimalkan SDM melalui lembaga-lembaga swadaya pembangunan yang
tersedia. e. Pembinaan dan pemberdayaan terhadap lembaga-lembaga swadaya masyarakat
dan nilai-nilai daerah, sehingga terpelihara secara harmonis serta mengedepankan solidaritas sosial daerahnya Damanik, 2009.
Pemantapan kemandirian pemerintah daerah yang dinamis dan bertanggung jawab, serta mewujudkan pemberdayaan dan otonomi daerah
memerlukan upaya-upaya
untuk meningkatkan
efisiensi, efektivitas,
profesionalisme sumber daya manusia dan lembaga-lembaga publik di daerah dalam mengelola sumber daya daerah. Upaya tersebut harus dilaksanakan mulai
dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sehingga otonomi yang diberikan kepada daerah akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Otonomi daerah dapat berjalan efektif jika disertai dengan adanya kesiapan dan kemampuan dari daerah itu sendiri dalam menghadapi otonomi daerah. Hal ini
dikarenakan pada masa otonomi daerah ini, pemerintah daerah diberikan wewenang untuk mengatur keuangannya baik dalam hal pemasukan maupun
pengeluaran.
2.1.2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator utama dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi daerah. Indikator pertumbuhan
ekonomi yang umumnya digunakan adalah berdasarkan pada data Produk Domestik regional Bruto PDRB riil yang terdapat pada masing-masing daerah.
Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi dapat diidentifikasi berdasarkan pada sisi penawaran dan permintaan. Berdasarkan sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi
dapat terlihat dari adanya kenaikan PDRB sektoral, sedangkan dari sisi permintaan dapat diketahui dari pertumbuhan konsumsi C, investasi I,
pengeluaran pemerintah G maupun dari selisih bersih ekspor terhadap impor NX. Pengetahuan akan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi di suatu daerah
ini sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan atau penyusunan kebijakan pemerintah daerah, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi sesuai
dengan yang diharapkan. Todaro dan Smith 2003 menyatakan bahwa terdapat tiga komponen
utama dalam pertumbuhan ekonomi antara lain adalah: 1
Akumulasi modal yang mencangkup semua jenis investasi baru. Akumulasi modal ini dapat terjadi apabila pendapatan yang diterima ditabung dan
diinvestasikan untuk meningkatkan jumlah output dan pendapatan yang akan diterima di kemudian hari;
2 Pertumbuhan penduduk yang akan meningkatkan jumlah angkatan kerja.
Berdasarkan pemikiran tradisional, pertumbuhan penduduk yang semakin besar dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja dan dapat memperbesar pasar
domestiknya. Hal tersebut dapat terjadi jika penawaran jumlah tenaga kerja dapat diserap seluruhnya dalam pasar tenaga kerja sehingga tersedianya
kesempatan kerja sesuai dengan pertumbuhan jumlah angkatan kerja di daerah tersebut; dan
3 Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi dapat terjadi jika ditemukannya
cara baru atau perbaikan cara lama dalam malakukan pekerjaan-pekerjaan secara tradisional sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Kemajuan
teknologi yang tepat guna yaitu teknologi yang murah, efisien dan padat karya bagi negara berkembang seperti Indonesia sangat diperlukan dalam
pembangunan jangka panjang. Hal ini dikarenakan teknologi tersebut dapat meningkatkan kesempatan kerja bagi angkatan kerja yang sangat melimpah
di negara ini. 2.1.3. Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja
Tenaga kerja adalah orang yang bekerja dan berumur dalam batas usia kerja. Berdasarkan definisi dari Bank Dunia batas usia kerja yaitu umur 15 hingga
64 tahun. Sedangkan tenaga kerja sendiri dibagi menjadi dua golongan yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk yang
berada dalam usia kerja, sedang bekerja dan sedang mencari kerja. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk yang berada dalam usia
kerja tetapi tidak bekerja dan tidak sedang mencari kerja. Angkatan kerja terdiri dari dua golongan yaitu pekerja dan pengangguran.
Pekerja adalah orang yang sedang bekerja atau orang yang memiliki pekerjaan namun tidak sedang bekerja untuk sementara waktu. Sedangkan definisi
pengangguran di Indonesia adalah orang-orang yang belum pernah bekerja sebelumnya dan sedang mencari pekerjaan, orang-orang yang tidak bekerja pada
waktu sensus, serta orang-orang yang baru berhenti bekerja dan sedang mencari pekerjaan Manning dan Effendi, 1985.
Kesempatan kerja terkait dengan adanya pasar tenaga kerja, dimana terjadi keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Permintaan dan
penawaran tenaga kerja secara bersama-sama akan menentukan jumlah pekerja yang dipekerjakan dan tingkat upah yang akan diterima oleh pekerja. Permintaan
tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Kurva permintaan tenaga kerja menggambarkan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk dipekerjakan pada suatu tingkat upah tertentu. Pada jangka pendek, perusahaan tidak dapat menambah jumlah
modal kecuali menambah jumlah tenaga kerja, sehingga permintaan tenaga kerja akan meningkat.
Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja yang disediakan. Kurva penawaran tenaga kerja
menggambarkan jumlah maksimum tenaga kerja yang tersedia dengan kemungkinan tingkat upah tertentu. Jumlah tenaga kerja yang tersedia dapat
diketahui berdasarkan jumlah penduduk di suatu daerah, persentase jumlah angkatan kerja serta jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh angkatan kerja.
Migrasi yang terjadi dari suatu wilayah ke wilayah lainnya karena faktor- faktor tertentu, baik faktor pendorong dari daerah asal maupun faktor penarik dari
daerah tujuan menyebabkan terjadinya perubahan dalam penawaran tenaga kerja. Selama permintaan tenaga kerja tumbuh lebih besar daripada penawaran tenaga
kerja, maka kesempatan kerja akan terbuka bagi para migran tersebut dan akan menyebabkan upah naik. Namun jika terjadi sebaliknya, akan menyebabkan
gangguan pada pasar tenaga kerja yaitu menimbulkan pengangguran.
Sumber: Bellante dan Jackson, 1990.
Gambar 2.1. Fungsi Permintaan, Penawaran dan Pasar Tenaga Kerja Pada Gambar di atas, fungsi permintaan tenaga kerja D
L
sama dengan nilai Value Marginal Physical Product Labour VMPP
L
yang merupakan besarnya nilai hasil marginal tenaga kerja. VMPP
L
diperoleh dengan mengalikan MPP
L
Marginal Physical Product yang merupakan tambahan hasil marginal dengan P harga barang produksi per unit. Keseimbangan pasar tenaga kerja
ditunjukkan dengan titik E pada fungsi pasar tenaga kerja yang merupakan perpotongan antara kurva penawaran tenaga kerja S
L
dengan kurva permintaan tenaga kerja D
L
. Berdasarkan titik keseimbangan tersebut diperoleh tingkat upah W
dan jumlah tenaga kerja L keseimbangan.
Gunawati 2005 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pasar tenaga kerja di Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengevaluasi keadaan penduduk, ekonomi serta pasar tenaga kerja di Jawa Tengah dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pasar tenaga
kerja di Jawa Tengah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja secara signifikan sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk dari sisi
supply, sedangkan dari sisi demand variabel yang mempengaruhi adalah PDRB
L W Upah
W upah W upah
L L
L Tenaga kerja
Tenaga kerja VMPP
L
= D
L
= MPP
L
x L S
L
E D
L
S
L
Kurva Permintaan TK Kurva Penawaran TK
Pasar TK Tenaga kerja
dan upah riil. Untuk upah riil, tingkat inflasi dan upah riil tahun sebelumnya memberikan pengaruh terhadap perubahan upah riil. Pada penelitian ini digunakan
model persamaan simultan dengan empat persamaan termasuk satu persamaan identitas yaitu persamaan demand tenaga kerja, supply tenaga kerja, upah riil dan
pengangguran, dengan persamaan pengangguran sebagai persamaan identitas. Lestari 2006 dalam penelitiannya mengenai pertumbuhan kesempatan
kerja pra dan pasca otonomi daerah di DKI Jakarta menyimpulkan bahwa kebijakan otonomi daerah belum menunjukkan hasil yang signifikan dan setelah
dianalisis, ternyata terjadi pertumbuhan kesempatan kerja di DKI Jakarta dengan jumlah yang tidak terlalu besar. Penelitian ini dihubungkan dengan teori
perkembangan ekonomi Rostow. Hasil yang diperoleh adalah perekonomian DKI Jakarta berada diantara fase lepas landas dan fase masyarakat menuju
kematangan. Adriani 2000 dalam penelitiannya tentang dampak kebijakan pemerintah
terhadap keragaan pasar kerja dan migrasi pada periode krisis ekonomi menyimpulkan bahwa kesempatan kerja lebih responsif terhadap perubahan
pendapatan nasional sektoral, program padat karya pedesaaan, dan pembangunan prasarana desa tertinggal di pedesaan daripada terhadap upah. Penelitian ini juga
menyimpulkan bahwa angkatan kerja di pedesaan lebih responsif terhadap migrasi desa-kota dibandingkan angkatan kerja perkotaan. Model analisis yang digunakan
pada penelitian ini adalah model persamaan simultan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulunya adalah
pada analisis kesempatan kerja menggunakan analisis shift share yang
dihubungkan dengan migrasi keluar di Jawa Tengah. Pada penelitian ini akan terlihat apakah otonomi daerah dapat meningkatkan kesempatan kerja di Jawa
Tengah serta dapat melihat apakah otonomi daerah dapat menurunkan migrasi keluar Jawa Tengah dengan kesempatan kerja yang ada tersebut.
2.1.4. Migrasi