Tabel 4.5. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1996-2007
Tahun Jumlah Angkatan
Kerja Jiwa Jumlah Angkatan
Kerja yang Bekerja Jiwa
Jumlah Angkatan Kerja yang sedang
Mencari Pekerjaan Jiwa
Bekerja terhadap
Angkatan Kerja 1996
14.822.214 14.262.731
559.483 96,23
1997 14.696.503
14.128.038 568.465
96,13 1998
14.944.758 14.186.853
757.905 94,93
1999 15.286.070
14.621.149 664.921
95,65 2002
16.236.550 15.154.856
1.081.694 93,34
2003 16.257.270
15.124.082 1.133.188
93,03 2004
16.827.330 15.528.110
1.299.220 92,28
2005 16.995.013
15.548.609 1.446.404
91,49 2006
16.924.244 16.657.335
1.356.909 91,98
2007 17.664.277
16.304.058 1.360.219
92,30
Sumber: BPS, 1997-2008.
4.3. Kondisi Perekonomian Provinsi Jawa Tengah
Pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kesejahteraan masyarakat di Jawa Tengah merupakan tujuan dari pembangunan Jawa Tengah yang terkait dengan
visi Jawa Tengah yaitu menciptakan Jawa Tengah yang mandiri, berdaya saing, sejahtera, berkelanjutan dan menjadi pilar pembangunan nasional dilandasi oleh
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan untuk mancapai visi tersebut maka dilakukan misi
sebagai berikut: 1. Mewujudkan Good Governance.
2. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia. 3. Mengembangkan kerjasama sinergis daerah dan stakeholders pembangunan
daerah. 4. Mengurangi kesenjangan.
5. Mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan.
6. Meningkatkan iklim kondusif bagi kehidupan masyarakat. Melalui visi dan misi tersebut, diharapkan pembangunan lebih terarah dan
terencana dengan baik agar sesuai dengan yang diharapkan dan mampu menciptakan pemerataan serta percepatan pembangunan di wilayah Jawa Tengah.
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu daerah adalah dengan mengetahui nilai Produk Domestik
Regional Bruto PDRB. Pertumbuhan PDRB di Jawa Tengah pada periode setelah diberlakukannya otonomi daerah yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun
2007 menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Pada tahun 2007, laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 mencapai 5,59 persen. Angka
ini menunjukkan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,33 persen pada tahun 2006. Pertumbuhan PDRB yang
tinggi ini merupakan pertumbuhan yang tertinggi setelah terjadinya krisis ekonomi tahun 1998. Hal ini dimungkinkan terjadi karena kondisi perekonomian
di Jawa Tengah pada tahun 2007 relatif stabil, inflasi yang relatif kecil yaitu sekitar 6,24 persen dan tingkat suku bunga Bank Indonesia yang mencapai titik
terendah yaitu 8 persen Tabel 4.6.
Tabel 4.6. PDRB dan Laju PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Provinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2007
Tahun PDRB
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Juta Rupiah
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Persen
2001 118.816.400,29
3,59 2002
123.038.541,13 3,55
2003 129.166.462,45
4,98 2004
135.789.872,31 5,13
2005 143.051.213,88
3,54 2006
150.682.654,74 5,33
2007 159.110.253,77
5,59
Sumber: BPS Jawa Tengah, 2005-2008.
Berlakunya otonomi
daerah yang
dimulai pada
tahun 2001
memperlihatkan adanya kenaikan PDRB di Jawa Tengah. Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa pertumbuhan riil sektoral di Jawa Tengah hampir seluruhnya
memperlihatkan adanya peningkatan dalam hal kontribusinya terhadap PDRB Jawa Tengah. Pada masa awal pemberlakuan otonomi daerah yaitu pada tahun
2001 terlihat bahwa sektor industri pengolahan memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDRB di Jawa Tengah yaitu sebesar Rp 37.164.561,05 juta dan hal ini
terus berlangsung hingga tahun 2003, dimana kontribusinya terhadap PDRB Jawa Tengah mencapai sebesar Rp 41.347.172,12 juta.
Sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor dominan di Provinsi Jawa Tengah ini memiliki peranan yang besar pula terhadap PDRB Jawa Tengah.
Hal ini terlihat pada Tabel 4.7 dimana sektor pertanian menempati peringkat kedua berdasarkan kontribusinya terhadap PDRB yaitu sebesar Rp 26.417.424,36
juta pada tahun 2001 dan terus meningkat hingga tahun 2002 menjadi sebesar Rp 27.725.086,08 juta. Namun pada tahun 2003, sektor ini mengalami penurunan
menjadi Rp 27.157.595.62 juta. Penurunan ini menyebabkan sektor pertanian
berada di bawah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran berdasarkan kontribusinya terhadap PDRB Jawa Tengah.
Tabel 4.7. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Jawa Tengah Tahun
2000-2003 Juta Rupiah
No. Lapangan Usaha
Tahun 2001
2002 2003
1. Pertanian
26.417.424,36 27.725.086,08
27.157.595.62 2.
Pertambangan dan Galian
1.190.371,57 1.227.651,53
1.295.356,44 3.
Industri Pengolahan 37.164.561,05
39.193.652,64 41.347.172,12
4. Listrik, Gas dan Air
Bersih 872.603,67
975.868,80 980.306,54
5. Bangunan
5.532.343,12 6.116.817,45
6.907.250,46 6.
Perdagangan, Hotel dan Restoran
25.813.343,84 26.289.742,59
27.666.472,01 7.
Pengangkutan dan Komunikasi
5.577.204,52 5.872.915,88
6.219.922,79 8.
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
4.420.388,39 4.524.128,37
4.650.861,80 9.
Jasa-Jasa 11.828.159,77
11.112.677,79 12.941.524,67
PDRB 118.816.400,29
123.038.541,13 129.166.462,45
Sumber: BPS Jawa Tengah, 2005.
Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 PDRB Jawa Tengah juga terus mengalami peningkatan. Selain itu, pertumbuhan riil sektoral tahun tersebut
hampir secara keseluruhan juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 hingga tahun 2007 sektor industri pengolahan masih menempati urutan pertama
berdasarkan kontribusinya terhadap PDRB yaitu sebesar Rp 43.995.611,83 juta pada tahun 2004 dan terus meningkat hingga Rp 50.870.785,69 juta pada tahun
2007 Tabel 8. Sedangkan urutan kedua ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, selanjutnya ditempati oleh sektor pertanian. Namun pada tahun 2004
sektor pertanian menempati urutan kedua karena kontribusinya terhadap PDRB Jawa Tengah yaitu sebesar Rp 28.606.237,28 juta, lebih besar dibandingkan
dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai Rp 28.343.045,24 juta.
Berdasarkan data PDRB Jawa Tengah pada Tabel 4.8, laju pertumbuhan sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDRB
Jawa Tengah hanya mencapai 5,56 persen pada tahun 2007. Sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki laju pertumbuhan sebesar 6,54 persen
dan laju pertumbuhan sektor pertanian adalah sebesar 2,78 persen. Berdasarkan laju pertumbuhan PDRB di Jawa Tengah, sektor pertanian merupakan sektor
perekonomian yang memiliki laju pertumbuhan terendah. Laju pertumbuhan tertinggi pada tahun 2007 dicapai oleh sektor
pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 8,07 persen, meskipun peranannya terhadap pembentukan PDRB hanya sebesar 5,06 persen. Sedangkan sektor
bangunan menempati urutan kedua untuk laju pertumbuhan tertinggi yaitu sekitar 7,21 persen dan peranannya terhadap PDRB mencapai 5,69 persen.
Tabel 4.8. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Jawa Tengah Tahun
2004-2007 Juta Rupiah
No. Lapangan Usaha Tahun
2004 2005
2006 2007
1. Pertanian
28.606.237,28 29.924.642,25
31.002.199,11 31.862.697,60
2. Pertambangan
dan Galian 1.330.759,58
1.454.230,59 1.678.299,61
1.782.886,65 3.
Industri Pengolahan
43.995.611,83 46.105.706,52
48.189.134,86 50.870.785,69
4. Listrik, Gas dan
Air Bersih 1.065.114,58
1179.891,98 1.256.430,34
1.340.845,17 5.
Bangunan 7.448.715,40
7.960.948,49 8.446.566,35
9.055.728,78 6.
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 28.343.045,24
30.056.962,75 31.816.441,85
33.898.013,93 7.
Pengangkutan dan Komunikasi
6.510.447,43 6.988.425,75
7.451.506,22 8.052.597,04
8. Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan
4.826.541,38 5.067.655,70
5.399.608,70 5.767.341,21
9. Jasa-Jasa
13.663.399,59 14.312.739,85
15.442.467,70 16.479.357,72
PDRB 135.789.872,31
143.051.213,88 150.682.654,74
159.110.253,77
Sumber : BPS Jawa Tengah, 2008.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN