Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

garis 45° PB0 maka sektor-sektor tersebut pertumbuhannya maju. Sedangkan jika PB0 maka sektor-sektor tersebut pertumbuhannya lambat. Analisis shift share memiliki berbagai kelemahan, antara lain adalah: 1. Persamaan yang dihasilkan dalam analisis hanya merupakan identity equation dan tidak memiliki implikasi perilaku. Metode ini hanya mencerminkan suatu sistem perhitungan dan tidak dianalitik. 2. Pada komponen pertumbuhan nasional PN laju pertumbuhan suatu wilayah hanya disebabkan oleh kebijakan nasional tanpa memperhatikan sebab laju pertumbuhan dari wilayah tersebut. 3. Komponen pertumbuhan wilayah PP dan PPW mengasumsikan perubahan permintaan dan penawaran. Sedangkan teknologi dan lokasi diasumsikan tidak berpengaruh pada pertumbuhan wilayah. 4. Asumsi pada metode ini adalah barang dijual secara nasional. Padahal tidak semua barang dijual secara nasional.

2.2. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi yang positif dan berkelanjutan merupakan harapan bagi semua negara khususnya negara yang sedang berkembang seperti Indonesia serta merupakan salah satu tujuan utama dari suatu pembangunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi baik dari sisi penawaran maupun dari sisi permintaan perlu didorong untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang positif tersebut. Kenaikan PDRB sektoral di Jawa Tengah dapat memberikan gambaran mengenai pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran. Sedangkan dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari adanya peningkatan konsumsi C, investasi I, pengeluaran pemerintah G dan ekspor bersih NX. Pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kesempatan kerja. Pada penelitian ini wilayah yang akan di bahas adalah Provinsi Jawa Tengah. Jika pertumbuhan ekonomi suatu daerah meningkat dan diikuti dengan meningkatnya permintaan akan barang konsumsi, maka diperlukan output yang lebih banyak untuk memenuhi permintaan tersebut. Dalam jangka pendek perusahaan akan memilih untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja dibandingkan menambah modal. Hal ini akan berakibat pada meningkatnya kesempatan kerja yang selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pada jangka panjang, meningkatnya upah akan meningkatkan konsumsi masyarakat dan investasi sehingga pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Sedangkan jika pertumbuhan yang meningkat akibat dari kenaikan PDRB sektoral, dimana output yang meningkat akan menyebabkan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan pada masing-masing sektor perekonomian sehingga kesempatan kerja juga meningkat. Kesempatan kerja sendiri terbentuk dari keseimbangan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Jika penawaran lebih besar dari permintaan tenaga kerja maka dapat menyebabkan pengangguran di daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang kemudian meningkatkan kesempatan kerja tentunya dapat mendorong tingkat migrasi dari daerah yang pertumbuhan ekonominya rendah ke daerah yang pertumbuhan ekonominya lebih tinggi. Hal ini dikarenakan salah satu faktor pendorong suatu wilayah menyebabkan orang pindah ke tempat lain terkait dengan persoalan kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di suatu wilayah. Sedangkan faktor penarik suatu wilayah adalah jika wilayah tersebut mampu menyediakan fasilitas dan sumber-sumber penghidupan bagi penduduk, baik penduduk di wilayah itu sendiri maupun penduduk di sekitarnya dan daerah-daerah lain. Penduduk wilayah sekitarnya dan daerah- daerah lain tertarik dengan daerah tersebut kemudian berpindah untuk meningkatkan taraf hidup Prayitno, 2006. Kebijakan otonomi daerah dengan sistem pemerintahan desentralisasi diharapkan dapat mendorong ekonomi daerah sehingga dapat meningkatkan kesempatan kerja dan menurunkan tingkat migrasi keluar Jawa Tengah dengan kesempatan kerja yang ada. Oleh karena itu, untuk mengetahui keberhasilan otonomi daerah di Jawa Tengah dalam meningkatkan kesempatan kerja dilakukan perbandingan bagaimana kesempatan kerja pada masa pra otonomi daerah tahun 1996-2000 dengan era otonomi daerah tahun 2001-2003 dan tahun 2004-2007. Melalui analisis shift share pada data penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di Jawa Tengah, akan dihasilkan laju pertumbuhan kesempatan kerja pada masa pra dan era otonomi daerah. Analisis shift share ini juga menghasilkan tingkat pertumbuhan serta daya saing masing-masing lapangan usaha di Jawa Tengah dalam hal kesempatan kerja dan menunjukkan profil pertumbuhan kesempatan kerja pada masing-masing lapangan usaha. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kebijakan yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan kesempatan kerja di Jawa Tengah, sehingga migrasi keluar yang cenderung menyebabkan hilangnya SDM yang potensial dan berkualitas dapat diminimalkan. Gambar 2.5. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Keterangan : = Alur Penelitian = Lingkup yang diteliti Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Sisi Permintaan Kenaikan PDRB Sektoral Kenaikan C, I, G, NX Kesempatan Kerja di Jawa Tengah Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja, Pertumbuhan dan Daya Saing, serta Profil Pertumbuhan kesempatan kerja dengan Analisis Shift Share Kebijakan Otonomi Daerah Tingkat Migrasi Keluar di Jawa Tengah Migrasi Internal Rekomendasi Kebijakan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Kesempatan Kerja di Jawa Tengah

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series berupa data jumlah penduduk yang bekerja pada sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Tengah untuk memproyeksikan kesempatan kerja. Periode data yang digunakan terdiri dari periode pra otonomi daerah Tahun 1996-2000, dimana periode ini menggambarkan kondisi kesempatan kerja sebelum otonomi daerah yang dipengaruhi oleh krisis ekonomi serta periode era otonomi daerah Tahun 2001-2003 dan Tahun 2004-2007 yang menggambarkan kondisi awal diterapkannya otonomi daerah dan kondisi setelah pemerintah daerah beradaptasi dengan kebijakan otonomi daerah. Tahun 1996 merupakan tahun dasar analisis, sedangkan tahun 2000 dijadikan sebagai tahun akhir analisis pada periode pra otonomi daerah. Pada periode era otonomi daerah, tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2001 dan tahun 2004 sedangkan tahun akhir analisisnya adalah tahun 2003 dan tahun 2007. Data yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS, seperti Sensus Penduduk dan SUPAS serta data dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Depnakertrans. Sedangkan untuk referensi digunakan skripsi, tesis serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.