Pertumbuhan A. flavus pada Penyimpanan Tongkol Jagung dengan

30 Lama penyimpanan yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap populasi A. flavus yaitu pada penyimpanan 0 hari pada awal penyimpanan. Interaksi antara lama penyimpanan dan cara penyimpanan yang memberikan hasil yang berbeda nyata yaitu pada lama penyimpanan 0 hari pada awal penyimpanan dan penyimpanan dengan cara dihamparkan serta lama penyimpanan 15 hari dan penyimpanan dengan cara dihamparkan. Interaksi yang memberikan hasil berbeda nyata antara lama penyimpanan dengan kadar air yaitu pada lama penyimpanan 0 hari pada awal penyimpanan dan kadar air 19. Sementara cara penyimpanan dan interaksi antara lama penyimpanan, cara penyimpanan dan kadar air tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap populasi A. flavus.

1. Pertumbuhan A. flavus pada Penyimpanan Tongkol Jagung dengan

Cara Dihamparkan Penyimpanan tongkol jagung dengan cara dihamparkan dilakukan dengan menghamparkan tongkol jagung pada lantai penyimpanan tanpa dilapisi alas. Hasil analisis populasi A. flavus pada penyimpanan dengan cara dihamparkan disajikan pada Tabel 7 dan Gambar 7. Tabel 7. Populasi A. flavus pada Penyimpanan Tongkol Jagung dengan Cara Dihamparkan No. Hari Pengamatan Kadar air Tongkol Jagung Populasi A. flavus kolonig bobot basah 1. 11 0.95 x 10 3 ±0.71 x 10 3 2. 15 15.50 x 10 3 ±0.28 x 10 3 3. 19 79.85 x 10 3 ±32.73 x 10 3 4. 15 11 5.17 x 10 3 ±0.71 x 10 3 5. 15 15 20.00 x 10 3 ±9.43 x 10 3 6. 15 19 26.67 x 10 3 ±4.72 x 10 3 7. 30 11 10.00 x 10 3 ±9.43 x 10 3 8. 30 15 7.00 x 10 3 ±5.66 x 10 3 9. 30 19 6.00 x 10 3 ±1.89 x 10 3 31 Gambar 7. Grafik Populasi A. flavus pada Penyimpanan Tongkol Jagung dengan Cara Dihamparkan Populasi A. flavus pada kadar air 11 pada penyimpanan dengan cara dihamparkan lebih rendah dibandingkan pada kadar air 15 dan 19 Gambar 7. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa pada tongkol jagung dengan kadar air 11, populasi A. flavus mengalami kenaikan pada akhir masa penyimpanan. Hal ini bisa terjadi karena sedikit sekali mikroba yang mampu tumbuh pada kadar air yang sangat rendah di bawah 13, sehingga karena tidak terdapat kompetitor maka A. flavus mampu tumbuh dan berkembang biak dengan memanfaatkan nutrisi pada bahan secara optimal. A. flavus mampu tumbuh pada tongkol jagung karena kontaminasi dimungkinkan sudah terjadi sejak bahan masih dalam masa tanam dan panen. Menurut Hesseltine 1976, A. flavus selain mencemari bahan pada saat disimpan, juga mencemari bahan pada saat masih ditanam, karena kapang ini termasuk kapang tanah. Hal ini menyebabkan A. flavus mampu beradaptasi dengan lebih baik dengan substrat tongkol jagung dibandingkan dengan mikroba lain. Sementara pada kadar air 15 dan 19, populasi A. flavus mengalami penurunan pada akhir masa penyimpanan. Hal ini bisa terjadi karena pada kadar air 15 dan 19, hampir semua jenis mikroba mampu tumbuh dengan baik. Pada kondisi penyimpanan dengan cara dihamparkan, keadaaan lingkungannya terbuka, sehingga memungkinkan terjadi pencemaran oleh mikroba lain yang dapat menimbulkan kompetisi antar mikroba pencemar. Kompetisi ini menyebabkan mikroba yang tidak 32 mampu berkompetisi akan mengalami kekalahan dan populasinya menurun seiring dengan berkurangnya nutrisi yang terdapat pada substrat tongkol jagung. Keberadaaan mikroba lain pada lokasi yang sama dengan A. flavus menyebabkan A. flavus tidak mampu tumbuh dengan baik karena banyaknya mikroba yang tumbuh menyebabkan semakin banyak CO 2 yang dihasilkan dari proses respirasi dan metabolisme. Kondisi anaerob ini menyebabkan A. flavus tidak bisa tumbuh dan berkembang biak dengan baik karena A. flavus termasuk kapang aerobik obligat membutuhkan cukup banyak oksigen untuk tumbuh dan berkembang biak Hesseltine, 1976. Beberapa kapang yang dapat menghambat pertumbuhan A. flavus adalah Neurospora sitophila Edi, 1988, Rhizopus spp. Faraj et al., 1993, Aspergilllus oryzae, Aspergillus niger, Aspergillus flavus non toksigen, dan Aspergillus tamarii. Aspergillus niger merupakan kapang yang paling berpengaruh dalam menghambat produksi aflatoksin karena kapang jenis ini mampu menghambat produksi aflatoksin sampai 80 Dharmaputra, 2003. Adanya pertumbuhan mikroba lain selain A. flavus pada pengamatan populasi A. flavus hari ke-15 pada kadar air 15 dan 19 pada penyimpanan dengan cara dihamparkan ditunjukkan Gambar 8, sedangkan pertumbuhan A. flavus tanpa kompetitor dari mikroba lain disajikan pada Gambar 9. a. Koloni A. flavus dan mikroba b. Koloni A. flavus dan mikroba lain pada kadar air 15 lain pada kadar air 19 Gambar 8. Pertumbuhan A. flavus pada Media AFPA pada Pengamatan Hari ke-15 dan Penyimpanan dengan Cara Dihamparkan 33 Gambar 9. Pertumbuhan A. flavus pada Media AFPA tanpa Kompetitor pada Kadar Air 11 dan Penyimpanan dengan Cara Dihamparkan pada Pengamatan Hari ke-15 Koloni A. flavus dari hasil pengamatan ditunjukkan dengan penampakan oranye pada media AFPA Aspergillus flavus and Paraciticus Agar. Pada Gambar 8. selain terdapat koloni berwarna oranye, dapat diketahui terdapat juga koloni berwarna hitam atau hijau gelap kehitaman. Hal ini menunjukkan adanya mikroba lain yang tumbuh pada tongkol jagung. Menurut Putra 2007, koloni berwarna hijau gelap kehitaman yang tumbuh bersama A. flavus pada media AFPA adalah Aspergillus niger. Hasil pengamatan ini menunjukkan adanya kompetisi antara A. flavus dengan mikroba lain yang terdapat pada tongkol jagung yang menyebabkan berkurangnya koloni mikroba yang kalah dalam persaingan untuk memperoleh nutrisi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhannya. Selain itu juga karena kondisi anaerob di sekitar substrat tidak mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya A. flavus, sehingga populasinya mengalami penurunan. Selain A. niger, terdapat beberapa kapang lain yang mampu menghambat pertumbuhan A. flavus diantaranya N. sitophila Edi, 1988, Rhizopus spp. Faraj et al., 1993, A. oryzae, A. flavus non toksigenik, dan A. tamarii Dharmaputra, 2003.

2. Pertumbuhan A. flavus pada Penyimpanan Tongkol Jagung dengan