Sistem Kelembagaan Tenancy System

yang belum bersertifikat. Namun beberapa kasus proses transfer kepemilikan lahan transmigran tetap berlangsung. Sistem transfer kepemilikan yang ada di Desa Simpang Nungki umumnya waris dan ganti rugi. Sistem waris yang dilakukan di Desa Simpang Nungki adalah sistem waris yang sesuai dengan aturan agama Islam, karena seluruh masyarakat Desa Simpang Nungki beragama Islam. Pada wilayah transmigrasi sistem transfer kepemilikan yang umum dilakukan adalah ganti rugi. Data di lapang menyatakan bahwa hampir 25 persen lahan transmigrasi sudah mengalami pindah kepemilikan. Proses transfer kepemilikan lahan transmigrasi ini terjadi secara sembunyi-sembunyi. Harga lahan pada masa ini sudah semakin tinggi baik lahan transmigran maupun lahan kapling. Lahan transmigran yang sudah memiliki sertifikat memiliki harga sekitar Rp 3.500.000,- sampai Rp 5.000.000,- sesuai dengan keadaan lahan. Wacana pembangunan kebun plasma perusahaan dan dibangunnya jalan antar kabupaten membuat daya tarik bagi pemilik modal di luar Desa Simpang Nungki untuk membeli lahan masyarakat.

5.2.3 Sistem Kelembagaan Tenancy System

Sistem kelembagaan terkait dengan penguasaan lahan melalui sistem bagi hasil tidak mengalami perubahan pada masa ini. Namun, minat masyarakat untuk menggarap lahan dengan sistem bagi hasil mulai menurun. Masyarakat terutama transmigran lebih memilih untuk menjadi buruh lepas di perkebunan kelapa sawit. Upah menjadi buruh lepas perkebunan sekitar Rp 37.000,- sampai Rp 47.000,- per hari. Perkebunan besar swasta harus bersaing dalam mendapatkan tenaga kerja karena banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan perkebunan sedangkan jumlah penduduk yang masih terbatas. PT PBB memiliki mekanisme tersendiri dalam menerima pekerja perkebunan. Para calon buruh harus mendaftar dulu melalui pembakal kepala desa untuk mendapatkan rekomendasi. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya pekerja yang tidak bertanggung jawab. Namun mekanisme ini justru membuat masyarakat lebih memilih bekerja di PT ABS yang letaknya lebih jauh. Karena upah buruh PT PBB yang masuk melalui pembakal harus dipotong sebagai uang jasa yang akan diberikan kepada pembakal. Potongan upah tersebut sekitar Rp 13.000,- per orang. Sehingga pekerja hanya menerima upah sebesar Rp 30.000,- saja. Sedangkan di PT ABS upah yang didapatkan sebesar Rp 47.000,- tanpa harus ada potongan. Hal sesuai dengan penuturan EDS 50 tahun di bawah ini 13 . “PT PBB itu, sekarang kebingungan mencari buruh, karena masyarakat sini pindah ke PT ABS yang upahnya lebih besar karena tidak ada potongan. Hari Jumat yang cuma kerja setengah hari upahnya juga tetap penuh. Yah resikonya harus berangkat lebih pagi, tapi dari perusahaan disediakan klotok yang mengantar jemput dari sungai besar sana. Jadi enak tidak perlu mengeluarkan biaya lagi.” Rancana pembangunan kebun plasma di Unit Pemukiman Transmigrasi UPT Simpang Nungki memerlukan beberapa sarana dan prasarana khusus yang harus dipersiapkan terlebih dahulu. Salah satu sarana yang penting adalah koperasi anggota yang akan bertanggung jawab pada penjualan Tanda Buah Segar TBS petani plasma ke perusahaan. Saat ini, struktur koperasi sudah terbentuk dan sudah memiliki badan hukum. Namun, kesepakatan-kesepakatan baik antara koperasi dengan perusahaan maupun antara koperasi dengan anggota terkait kebun plasma belum dibuat. Persiapan-persiapan yang dilakukan untuk mempersiapkan pembangunan plasma adalah pendataan anggota koperasi yang akan memplasmakan lahannya. Penandatanganan kesepakatan terkait kebun plasma anatara perusahaan dengan koperasi dan petani belum dapat dilaksanakan karena sertifikat tanah masyarakat belum semua turun. Proses masuknya komoditas kelapa sawit dalam masyarakat transmigran Simpang Nungki adalah pertanda masuknya moda produksi yang lebih modern dan kompleks. Perubahan komoditas yang disertai perubahan komoditas produksi tersebut berjalan perlahan seiring pelaksanaan program plasma.

5.2.4 Pemanfaatan Lahan