Sistem Kelembagaan Tenancy System Pemanfaatan Lahan

lahan telah dikonversi dan kebun kelapa sawit sudah dapat menghasilkan. Seperti diungkapkan oleh EDS 50 tahun dibawah ini 14 . “Harga tanah pasti akan meningkat karena kebun sawit kan sudah ada jadi lebih meyakinkan. Apalagi nanti pasti sudah bersertifikat semua. Sekarang saja orang luar dari Banjar sudah banyak yang membeli tanah disini. Hari ini saja pada saat wawancara saya mau mengantar orang melihat tanah. Yang perlu dikhawatirkan kan orang kampung, harga tanah naik sedikit saja mereka sudah ingin menjualnya. Nah natinya kan mereka hanya bisa jadi penonton di tanahnya sendiri.” Program plasma memiliki ketentuan minimal luas lahan yang harus dimiliki oleh peserta program. Jika dilihat dari kepemilikan lahan masyarakat UPT Simpang Nungki saat ini, maka ada satu kepala keluarga yang tidak dapat mengikuti program tersebut karena luas lahannya hanya 0,5 hektar dengan kata lain transmigran ini sudah tidak memiliki lahan usaha. Tekanan yang ada akan membuat petani bermodal kecil dan berlahan sempit tersebut menjual lahannya jika tidak mampu bertahan dan beradaptasi. Namun, jika petani mampu beradaptasi maka lahan yang dimiliki dapat dipertahankan. Lahan plasma akan di konversi dalam waktu sekitar empat tahun. Selama empat tahun, petani harus mencari nafkah selain dari lahannya. Pada masa ini, petani plasma banyak yang bekerja sebagai buruh lepas perusahaan. Proses transfer kepemilikan lahan sulit dilakukan pada masa ini karena sertifikat lahan diserahkan pada bank untuk memeroleh kredit. Namun, bagi petani dengan keadaan ekonomi menengah ke bawah tekanan untuk menjual lahan tetap besar. Kebutuhan yang besar dan harga tanah yang tinggi menjadi tekanan bagi petani untuk menjual lahannya. Mekanisme transfer kepemilikan lahan dan kebun plasma di sesuaikan dengan kondisi yang ada.

5.3.2 Sistem Kelembagaan Tenancy System

Sistem kelembagaan yang ada mulai mengalami perubahan pada masa ini, misalnya sistem kelembagaan bagi hasil yang sulit diterapkan karena hampir semua lahan masyarakat telah diikutsertakan dalam program inti-plasma kelapa sawit. Sistem kelembagaan yang semakin berkembang adalah sistem kelembagaan koperasi. Koperasi adalah satu-satunya kelembagaan legal yang menjadi perantara 14 Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat pada tanggal 30 April 2011 petani plasma dengan perusahaan. Aturan-aturan yang semakin kompleks dibuat seiring perkembangan kondisi. Pada umumnya, setelah lahan dikonversi akan muncul sistem kelembagaan informal yakni pedagang pengumpul atau biasa di sebut tengkulak. Pada beberapa kasus munculnya kelembagaan tengkulak ini akan merugikan koperasi sehingga dianggap sebagai permasalahan bagi sistem kerjasama yang telah ada antara petani, koperasi dan perusahaan. Namun, permasalahan tengkulak ini menjadi masalah yang sulit dipecahkan karena tak jarang melibatkan tokoh masyarakat atau orang terpandang di wilayah tersebut. Hal ini seperti penjelasan SHT 45 tahun di bawah ini 15 . “Sekarang saja sudah ada yang ingin membuat koperasi tandingan, apalagi nanti saat kebun plasma sudah jalan dan menghasilkan. Pasti banyak pihak yang juga ingin mendapatkan keuntungan lebih. Yah, semoga apapun masalahnya bisa diselesaikan dengan baik.” Kelembagaan lain yang terbentuk adalah kelembagaan penyedia jasa dan sarana produksi pertanian masyarakat. Seperti penyedia jasa penyewaan truk, pupuk, mesin pertanian dan lain-lain.

5.3.3 Pemanfaatan Lahan

Persiapan pembangunan kebun plasma dilakukan pada periode ini. Pendataan anggota dan penandatanganan kesepakatan antara perusahaan dengan koperasi selaku perwakilan petani kelapa sawit telah dilakukan. Perubahan komoditas pertanian masyarakat sangat terlihat di UPT Simpang Nungki. Komoditas pertanian masyarakat yang lama seperti padi, karet, jeruk, dan palawija diganti dengan komoditas kelapa sawit. Seiring berjalannya waktu, pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam membangun dan merawat kebun kelapa sawit meningkat. Tingginya minat masyarakat terhadap kelapa sawit dapat dilihat dari pemanfaatan lahan pekarangan transmigran yang kemudian juga ditanami kelapa sawit. Perubahan pemanfaatan lahan menjadi kebun kelapa sawit akan berpengaruh pada pasokan beras dan komoditas lain seperti palawija dan jeruk di Barito Kuala. 15 Hasil wawancara dengan sekretaris Kecamatan Cerbon pada tanggal 29 April 2011

5.4 Keberhasilan Program Transmigrasi