Sarana dan Prasarana Konteks Unit Pemukiman Transmigrasi Simpang Nungki

dengan mata pencaharian utama sebagai petani juga menjadi buruh di dua perusahaan besar swasta dalam bidang perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di sekitar Desa Simpang Nungki. Hal tersebut dilakukan saat masa tanam padi selesai, sehingga petani memiliki banyak waktu luang untuk mengerjakan hal-hal lain untuk menambah pendapatan.

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Simpang Nungki sudah cukup lengkap. Sarana kesehatan terdiri dari satu puskesmas dan satu polendes dengan tenaga medis satu bidan. Masyarakat juga bisa memanfaatkan jasa dua dukun kampung yang terdapat di Desa Simpang Nungki. Sarana pendidikan terdiri dari satu Sekolah Dasar, satu Madrasah Tsanawiyah MTs, dan satu Sekolah Menengah Pertama SMP. Tenaga pengajar setingkat SD berjumlah 14 orang. Tenaga dan setingkat SMP terdiri dari 19 orang. Sarana ibadah yang tersedia adalah berupa langgar sebanyak empat buah. Kegiatan-kegiatan keagamaan selain ibadah wajib juga sering dilaksanakan di langgar-langgar tersebut seperti pengajian rutin. Hampir seluruh masyarakat lokal yang tinggal di Desa Simpang Nungki masih memiliki hubungan kekerabatan. Sehingga kegiatan pengajian dan selamatan juga rutin di laksanakan bergiliran di rumah warga. Hal ini membuat hubungan baik antara warga semakin terjalin. Kegiatan serupa juga sering di laksanakan di kompleks transmigran. Rasa senasib dan sepenanggungan membuat masyarakat memiliki hubungan yang masih sangat dekat. Jalan desa sudah di aspal, namun saat ini keadaannya sudah sangat rusak karena alat-alat berat perusahaan masuk ke area kebun melalui jalan desa tersebut. Jalan desa yang terdapat pada kompleks transmigran belum pernah di aspal namun pada tahun 2009 jalan tersebut dilapisi dengan pasir dan batu menggunakan biaya dari program PNPM Mandiri. Sebagian besar masyarakat Desa Simpang Nungki sudah memiliki kendaraan pribadi berupa sepeda motor untuk memudahkan transportasi ke luar desa. Namun, masyarakat juga masih menggunakan klotok kapal motor kecil untuk transportasi karena dianggap lebih efisien untuk beberapa hal.

4.5 Konteks Unit Pemukiman Transmigrasi Simpang Nungki

Unit Pemukiman Transmigran UPT Simpang Nungki dibuka pada tahun 2005 sebagai salah satu daerah tujuan program transmigrasi. Masuknya peserta transmigrasi ke Desa Simpang Nungki dilakukan dalam tiga tahapan, yakni tahun 2005, 2006, dan 2007. Daerah asal transmigran beragam yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan daerah lain di luar jawa, masyarakat lokal dari Desa Simpang Nungki dan daerah lain di Kalimantan Selatan. Masing-masing kepala keluarga mendapatkan rumah dan tanah seluas 1,5 hektar satu hektar lahan usaha dan 0,5 hektar untuk lahan pekarangan. Fasilitas lain yang didapat adalah peralatan dapur dan jatah hidup yang diterima sebulan sekali selama satu tahun yang terdiri dari beras, minyak goreng, gula, ikan asin, sabun cuci, garam, minyak tanah, kacang hijau, dan kecap. Transmigran juga mendapatkan bantuan alat-alat pertanian yang sesuai dengan kondisi wilayah dan saprodi sarana produksi seperti pupuk dan bibit sayur, buah, dan padi. Suatu wilayah akan dinyatakan layak untuk dihuni transmigran, setelah ada kunjungan dari petugas terkait dan perwakilan transmigran untuk menilai apakah wilayah dan fasilitas yang tersedia sudah cukup layak untuk ditinggali. Seperti jalan, saluran air, kondisi rumah, keadaan lahan, dan lain-lain. Namun, setelah semua dinyatakan layak dan pemberangkatan transmigran di laksanakan, masih ada transmigran yang pergi meninggalkan rumah dan tanahnya. Data jumlah tansmigran tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1 Transmigran UPT Simpang Nungki Tahun 2011 Kategori Jumlah KK Persentase Transmigran Bertahan 121 37.23 Transmigran Pergi 204 62.77 Jumlah 325 100.00 Transmigran yang pergi meninggalkan UPT Simpang Nungki sebagian adalah warga lokal yang berasal dari sekitar Simpang Nungki yang lebih memilih untuk tinggal di wilayah asalnya dan tidak menggarap lahannya. Transmigran yang meninggalkan UPT Simpang Nungki kurang dari 10 tahun penempatan lebih dari 50 persen. Hal ini menyalahi aturan dan ketentuan terkait program transmigrasi 4 , namun juga menjadi hal yang banyak terjadi di seluruh wilayah transmigrasi. Alasan kepergian transmigran beragam, seperti kembali ke daerah asal, mencari pekerjaan di tempat lain yang lebih menjanjikan, ada juga yang mengajukan untuk mengikuti program transmigrasi ke daerah lain. Kurang lengkapnya fasilitas di UPT Simpang Nungki juga menjadi alasan transmigran meninggalkan tempat tinggalnya. UPT Simpang Nungki tidak memiliki jaringan listrik dan saluran air bersih. Sehingga untuk mendapatkan air bersih masyarakat harus menampung air hujan, karena air tanah diwilayah ini asam. Jumlah kepala keluarga UPT Simpang Nungki juga bertambah dengan masuknya para pendatang yang tertarik untuk mengadu nasib di wilayah tersebut. Hal ini sesuai dengan penuturan Bapak SHL 50 tahun 5 dan TTK 40 tahun 6 . “Transmigran banyak meninggalkan UPT dengan alasan sarana dan prasarana yang kurang baik. Padahal fasilitas yang diberikan sudah cukup lengkap untuk pemukiman yang baru dibuka termasuk fasilitas terkait pertanian. Keadaan wilayah juga sudah dijelaskan sebelum mereka diberangkatkan. Mereka sudah diberi pelatihan-pelatihan pertanian agar dapat bertahan di tempat yang baru. Tapi banyak yang pindah ke tempat lain. Bahkan memalsukan data untuk mengikuti program transmigrasi ke daerah yang baru. Itulah yang membuat dia tidak berhasil padahal teman-teman yang tetap bertahan dapat berhasil. Karena dia kan harus mulai lagi dari awal untuk adaptasi dan lain- lain.” “ Yah disini ya seperti ini mbak. Panas, kering, tanah dan airnya asam. Tidak seperti di Jawa yang enak. Untuk mandi harus mengambil air di rumah orang yang punya diesel. Trus buat minum kami nampung air hujan. Kalo tidak ada hujan ya beli air di orang lokal. Kan mereka sudah ada PAM. Air PAM nggak bisa masuk sampai sini karena tanahnya lebih tinggi. Kalau listrik sih katanya Agustus mulai masuk ke sini.” 4 Aturan dan ketentuan program transmigran dapat dilihat pada Lampiran 5 Bapak SHL adalah kepala bagian Transmigrasi di Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Barito Kuala. Hasil wawancara tanggal 28 April 2011. 6 Bapak TTK adalah salah satu transmigran yang bertahan. Hasil wawancara 26 April 2011. Program-program pengembangan masyarakat transmigran juga beragam, seperti kredit usaha kecil, PNPM Mandiri, dan bantuan pengembangan perkebunan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Bantuan dana dari program PNPM Mandiri digunakan masyarakat untuk melapisi jalan Unit Pemukiman Transmigrasi dengan pasir dan batu. Bantuan pengembangan perkebunan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan berupa pembagian bibit karet dan kelapa sawit serta saprodi yang menunjang program tersebut.

BAB V DINAMIKA STRUKTUR AGRARIA UNIT PEMUKIMAN