Sarana dan Prasarana GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB V DINAMIKA STRUKTUR AGRARIA UNIT PEMUKIMAN

TRANSMIGRASI UPT SIMPANG NUNGKI 5.1 Masa Pra Masuknya Komoditas Kelapa Sawit 2005 – 2006 5.1.1 Sejarah Unit Pemukiman Transmigrasi Simpang Nungki 7 Desa Simpang Nungki adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Cerbon yang memiliki lokasi strategis, yakni dekat dengan jalan kabupaten yang menghubungkan Kabupaten Banjar dengan Kabupaten Barito Kuala. Namun, jumlah penduduk yang kecil dan pola pikir masyarakat lokal yang masih tradisional membuat wilayah tersebut sulit berkembang. Bapak EDS 50 tahun selaku tokoh Desa Simpang Nungki yang juga bekerja sebagai pegawai kecamatan mendapatkan informasi dari Dinas Transmigrasi Barito Kuala bahwa akan dipilih beberapa wilayah untuk dijadikan lokasi transmigrasi. Tokoh masyarakat baik di tingkat desa maupun kecamatan mengoordinasikan hal tersebut dan mengajukan permohonan kepada dinas terkait. Para tokoh berpendapat bahwa dengan dibukanya Unit Pemukiman Transmigrasi di Desa Simpang Nungki, maka wilayah tersebut dapat lebih cepat berkembang. Persiapan suatu wilayah untuk dijadikan tujuan transmigrasi berlangsung dalam beberapa mekanisme, seperti pelepasan dan pembukaan lahan, pembangunan sarana dan prasarana dan pengecekan apakah tempat tersebut sudah layak untuk dihuni atau belum. Peserta program transmigrasi memiliki komposisi yang berbeda sesuai dengan periode berlangsungnya program tersebut. Saat ini, komposisi yang digunakan adalah 50 persen penduduk lokal dan 50 persen adalah pendatang. Keresediaan lahan yang tidak terlalu luas membuat mekanisme pemberian lahan untuk penduduk lokal sedikit berbeda. Pada umumnya lahan transmigrasi berada dalam satu luasan wilayah, tapi di Desa Simpang Nungki tidak demikian. Beberapa peserta transmigrasi lokal tidak mendapatkan bagian lahan pekarangan sebagaimana mestinya. Transmigran tersebut diperkenankan mendaftarkan lahan 7 Berdasarkan penuturan informan kunci bapak EDS selaku tokoh masyarakat dan pegawai kecamatan pada tanggal 28 April 2011 pribadi yang dimiliki dan mendapatkan ganti rugi sesuai dengan harga lahan pada saat itu. Unit pemukiman Transmigran UPT Simpang Nungki dibuka pada tahun 2005. Peserta program transmigrasi datang dalam tiga tahap yakni pada tahun 2005 sebanyak 150 kepala keluarga, tahun 2006 sebanyak 100 kepala keluarga, dan pada tahun 2007 sebanyak 75 kepala keluarga. Peserta transmigrasi mendapatkan fasilitas pertanian berupa saprodi, bibit, dan lain-lain untuk menunjang kegiatan pertaniannya. Oleh karena itu, jenis komoditas masyarakat pun hampir sama yakni padi, palawija, dan sayur-sayuran seperti benih-benih yang dibagikan oleh Dinas Transmigrasi. Kondisi tersebut mulai berubah setelah satu tahun penempatan, karena transmigran lokal mulai kembali ke daerah asal setelah jatah hidup tidak lagi diberikan oleh Dinas Transmigrasi. Transmigran lokal lebih memilih untuk tinggal di rumah sendiri karena sarana dan prasarana yang tersedia lebih memadai dibandingkan di Unit Pemukiman Transmigran UPT. Transmigran lain yang berasal dari luar Kalimantan Selatan juga mulai meninggalkan lokasi transmigrasi untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Beberapa transmigran memilih untuk pulang kembali ke daerah asalnya seperti Jawa dan Lombok. Hal ini sesuai dengan penuturan SRI 46 tahun di bawah ini. 8 “Masyarakat lokal tertarik mengikuti program transmigrasi karena mendapatkan jadup selama setahun. Setelah jadup habis, ya mereka kembali lagi ke rumah mereka. Transmigran asal Jawa dan Lombok juga banyak yang kembali ke daerah asal karena tidak tahan. Sebagian besar lahan ditinggalkan begitu saja. Ada juga yang masih sering ke sini cuma untuk melihat lahan dan rumahnya saja.”

5.1.2 Sistem Kepemilikan dan Penguasaan Lahan Tenurial System

Transmigran Simpang Nungki mendapatkan lahan dari program transmigrasi. Masing-masing kepala keluarga mendapatkan lahan seluas 1,5 hektar dengan rincian 0,5 hektar lahan pekarangan dan satu hektar lahan usaha. Kepemilikan lahan pada awal kedatangan transmigran masih sama, kecuali transmigran lokal yang telah memiliki lahan pribadi sebelum mengikuti program 8 Hasil wawancara dengan transmigran pada tanggal 19 April 2011