Perkembangan Bidang Pendidikan Fase Feudalisme; Tanah Sebagai Tata-produksi Kekuasaan

135 ditiadakan. Setelah penaklukan, saudara Raja, I Mangi-mangi Karaeng Bontonompo di buang ke Bima dan anak lelaki Karaeng Lembangparang yang bernama I Mappanyukki di buang ke pulau Selayar 74 . Regalia kalompoang kerajaan Gowa di rampas oleh pemerintah Hindia Belanda dan dijadikan alat untuk memperkuat kewibawaan Gubernemen di mata rakyat. Karena dalam sejarah dan adat Gowa, pemegang regalia adalah pemegang sesungguhnya atas Kerajaan Gowa. Untuk sementara tercipta ketenangan di wilayah ibu kota dan sekitarnya.

5.3.2 Perkembangan Bidang Pendidikan

Pendidikan umum yang berlangsung di Sulawesi Selatan sejak abad 17, seperti halnya di Jawa dan Sumatera, menekankan kemampuan dalam pengajian Al-Quran dan Hadis. 75 Salah satu kebijakan dari Politik Etis yang paling penting pada masa kolonial adalah kebijakan di bidang pendidikan bagi bumiputera. Sekolah pertama yang didirikan oleh Pemerintah Kolonial adalah Sekolah Raja pada tahun 1910 yang diperuntukkan kepada anak-anak para bangsawan. Namun sekolah ini tidak mendapat respon dari kalangan bangsawan terutama dari daerah yang berstatus dikuasai tetapi tidak diperintah langsung oleh Belanda. 76 Keadaan ini tampaknya disebabkan keengganan kaum bangsawan karena menyadari jika mereka mengadopsi nilai-nilai Barat melalui pendidikan akan membuat otoritas mereka akan menjadi lemah di kalangan rakyatnya dan sikap ini diikuti pula oleh rakyatnya. Hal lain yang mendukung sikap ini, karena Belanda telah memberikan jaminan atas kedudukan para raja dan bangsawan lainnya selama mereka setia kepada pemerintah. Keadaan ini berbeda di wilayah yang diperintah langsung oleh Belanda. anak- anak bangsawan dari daerah ini mendapat kesempatan lebih dahulu memperoleh pendidikan modern. Hampir sebagian besar kalangan terkemuka dan terdidik yang menjadi motor gerakan sosial di Sulawesi Selatan menjelang Perang Dunia II. Mereka merupakan tamatan pendidikan sekolah Belanda seperti HIS Hollands 74 Mattulada, Sejarah, Masyarakat, dan Kebudayaan Sulawesi Selatan Ujung Pandang: Lephas, 1998, hlm. 392-393. 75 Barbara S. Harvey, Pemberontakan Kahar Muzakkar, dari Tradisi ke DITII Jakarta: Graffiti Press, 1989, hlm. 66 76 Ichlasul Amal, Hubungan Pusat dan Daerah: Kasus Sumatra Barat dan Sulawesi Selatan 1949- 1979 Yogyakarta: PAU-SS-UGM, 1988, hlm. 23-24 136 Inlandse School , sekolah buat pamongpraja bumiputera OSVIA Opleiding School voor Inlands Bestuur Ambtenaar . Para anak bangsawan yang bersekolah di tempat tersebut diwajibkan menunjukkan stamboom atau silsilah keluarga dan menyatakan kesetiaan kepada Belanda. 77 Untuk membedakan anak bangsawan ini dengan kalangan lainnya maka di depan nama mereka ditambahkan gelar ―Andi‖, menunjukkan pemakainya adalah keturunan bangsawan Sulawesi Selatan. 78 Secara umum, perkembangan pendidikan modern di Sulawesi Selatan bermula dengan dibukanya Kweekschool di kota Makassar pada tahun 1880 oleh B.F. Matthes. 79 Tamatan sekolah ini kemudian dimanfaatkan oleh Pemerintah Belanda untuk membuka sekolah dasar empat tahun bagi anak-anak bangsawan dan orang-orang terkemuka di daerah ini di Makassar, Maros, dan di Bantaeng. Sejak tahun 1906, kemudian dibuka sekolah-sekolah serupa di tiap ibu kota onderafdeeling. Pada tahun 1920, dibuka lagi sekolah dasar tiga tahun di setiap ibu kota distrik diikuti dengan dibukanya Leergang vor Volks Onderwijzer atau sekolah guru Desa. Sampai tahun 1930, terdapat hanya dua jenis sekolah untuk bumiputera yaitu Sekolah Desa selama tiga tahun dan sekolah sambungannya selama tiga tahun. Sedangkan dua jenis sekolah untuk anak bangsawan yaitu HIS dan Schakel School yang mempergunakan bahasa Belanda sebagai pengantar. Mereka yang menamatkan pendidikan di HIS atau Schakel School dapat melanjutkan pendidikannya di MULO Merdeer Uitbreiding Lager Onderwijs selama empat tahun atau tiga tahun di Makassar. Penerimaan anak-anak bangsawan dan orang-orang terkemuka diatur oleh Residen Sulawesi sendiri. 80

5.3.3 Cikal Bakal Modernisme Pada Etnis Bugis dan Makassar