dengan menanyakan kepada guru yang ingin ikut. Seminar bahasa Indonesia dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 oleh 4
orang guru dan seminar peningkatan profesionalisme guru dan dosen pada bulan Agustus 2013 oleh 3 orang guru. Ketika guru
selesai mengikuti tidak ada evaluasi hanya melihat kinerjanya saja.
8
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolah melakukan pengembangan guru dengan sungguh-sungguh sebagaimana
sekolah memfasilitasi guru untuk mengikuti seminar walaupun dalam pemilihannya bukan berdasarkan pada kebutuhan guru yang benar-benar
membutuhkan sehingga yang diikutkan hanya guru yang ingin mengikuti saja. Setelah itu kepala sekolah tidak melakukan evaluasi sebagai respon
atas keterlibatan guru pada seminar tersebut.
4 MGMP Musyawarah Guru Mata Pelajaran
MGMP merupakan suatu forum atau wadah profesional guru mata pelajaran yang berada dalam satu wilayah. Ruang lingkup MGMP
meliputi guru mata pelajaran pada SMP, SMA dan SMK baik Negeri maupun swasta. Prinsip kerja dari MGMP ini merupakan kegiatan yang
dilakukan “dari, oleh dan untuk guru”. Adanya program ini dimaksudkan
untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme para guru. Untuk itu, MGMP ini sangat penting dalam artian bahwa guru dapat
mengembangkan kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan tugas dan fungsi sebagai guru.
Tujuan diikutsertakannya guru pada MGMP untuk memperdalami kompetensi yang dimiliki guru seperti yang dijelaskan oleh Drs. Djoko
Towo HB, MM.Pd. Tujuannya agar guru dapat terlibat dalam kegiatan MGMP dan
menimba ilmu dari guru-guru dari sekolah yang lain mengenai
8
Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Djoko Towo HB, MM.Pd, kepala sekolah, 17 September 2014, di kantor kepala sekolah.
permasalahan yang tengah dihadapi. Sehingga pada akhirnya kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial dan kompetensi profesional para guru akan meningkat. Yang pada akhirnya dapat melaksanakan pekerjaan dengan
baik.
9
Kegiatan MGMP di SMPN 131 Jakarta Selatan dilakukan rutin untuk meningkatkan profesionalisme guru.
Teknis dari kegiatan MGMP ini dimulai dari sekolah mengadakannya pada minggu pertama oleh guru pada tiap-tiap
mata pelajaran yang sudah terjadwal. Pada minggu pertama yaitu Senin: Bahasa Inggris dan Agama, Selasa: IPS dan Seni Budaya,
Rabu: Matematika dan Olahraga, Kamis: IPA dan Bahasa Indonesia, Jum
’at: TIK. Frekuensi waktu MGMP di sekolah dalam satu semester bisa 10 kali.
Berlanjut pada tingkat Kecamatan pada November 2014. Yang melanjutkan pada
tingkat Kecamatan ini hanya ketua koordinator masing-masing mata pelajaran. Frekuensinya dalam satu semester 2 kali. Setiap
kegiatan MGMP guru mendapatkan sarana laptop untuk keperluan MGMP agar mempelajari metode yang bervariasi.
Selanjutnya dilakukan kegiatan MGMP pada tingkat Kotamadya. Kegiatannya diskusi permasalahan pembelajaran, penyusunan
dan pengembangan silabus dan RPP, analisis kurikulum, pelatihan terkait dengan penguasaan materi yang mendukung
pembelajaran, pelatihan kompetensi kepribadian guru di kelas seperti pakaian yang digunakan harus serasi dan sesuai, bahasa
yang digunakan harus dimengerti dan tutur kata yang baik ketika menyampaikan pembelajaran harus ditata sedemikian rupa. Hasil
dari guru yang mengikuti MGMP dibagikan kepada guru masing-masing mata pelajaran. Selanjutnya saya melihat
hasilnya pada kinerja guru.
10
Setiap kegiatan memerlukan penilaian dan umpan balik agar diketahui hasil yang didapat dan respon guru yang mengikuti proses
kegiatan tersebut. Dalam hal ini seperti yang sudah dijelaskan di atas
9
Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Djoko Towo HB, MM.Pd, kepala sekolah, 17 September 2014, di kantor kepala sekolah.
10
Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Djoko Towo HB, MM.Pd, kepala sekolah, 17 September 2014, di kantor kepala sekolah.
bahwa Drs. Djoko Towo HB, MM.Pd tidak melakukan penilaian terhadap guru yang mengikuti MGMP tersebut. Akan tetapi, hanya melakukannya
dalam rapat kerja berdasarkan hasil kinerja. Ketua koordinator yang diikutsertakan hanya diwajibkan membagi hasil yang diperoleh dari
kegiatan MGMP pada tingkat Kecamatan. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kegiatan MGMP
yang dilaksanakan oleh SMPN 131 Jakarta Selatan selalu dilakukan rutin. Adapun kelemahannya pada peserta yang diikutsertakan hanya pada ketua
koordinatornya saja kemudian ketua koordinator tersebutlah yang membagi hasilnya kepada guru yang lain sehingga tidak semua guru
dapat mendiskusikan masalahnya untuk mendapatkan solusi nyata.
5 Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Pelatihan ini bertujuan untuk merubah pola pikir mindset dan kemampuan guru dalam proses pembelajaran di kelas sesuai dengan
pendekatan dan evaluasi pembelajaran kurikulum 2013 dengan baik dan benar, adapun
untuk kepala sekolah
agar sekolah
mampu mengimplementasikan kurikulum 2013 secara efektif dan efisien.
Berikut penjelasan Drs. Djoko Towo HB, MM.Pd bahwa “tujuan
diikutsertakan guru pada kegiatan pelatihan implementasi kurikulum 2013 untuk pengetahuan mengenai kurikulum 2013 dan dapat
mempraktekkannya. ”
11
Dapat dijelaskan di atas bahwa sekolah dalam mengikutsertakan guru pada kegiatan pelatihan implementasi kurikulum 2013 agar guru
mampu mendalami
kurikulum 2013
sehingga guru
mampu mengimplementasikan kurikulum 2013.
Adapun penjelasan kepala sekolah terkait pelaksanaan program tersebut bahwa:
11
Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Djoko Towo HB, MM.Pd, kepala sekolah, 17 September 2014, di kantor kepala sekolah.
Pelatihan implementasi kurikulum 2013 dilaksanakan pada tanggal 20-24 Oktober 2014 dengan materi seputar kurikulum
2013 yang
diadakan oleh
Dinas Pendidikan dengan
mengikutsertakan guru sesuai dengan undangan bidang studinya dan tempat pelatihannya berbeda-beda. Saat ini baru beberapa
saja yang mengikutinya. Evaluasinya tidak dilakukan.
12
Evaluasi akan pelatihan implementasi kurikulum 2013 yang dihadiri oleh guru tidak dilakukan oleh pihak sekolah sebagai bahan
pertimbangan akan respon guru yang mengikuti pelatihan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelatihan implementasi kurikulum
2013 sudah dilaksanakan dengan baik hanya saja kekurangannya pada tidak adanya evaluasi terhadap guru yang mengikuti kurikulum 2013
tersebut.
c. Tujuan Pengembangan
Adapun tujuan dari program pengembangan guru yang telah dilaksanakan oleh SMPN 131 Jakarta Selatan menurut Drs. Djoko Towo
HB, MM.Pd bahwa: Tujuannya sesuai dengan indikator visi sekolah yang unggul dalam
kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Kemudian misinya melaksanakan pengembangan profesionalisme tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan. Hal tersebut agar guru dapat meningkatkan
kompetensi pedagogik,
kompetensi sosial,
kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. Sehingga guru mampu melakukan tugasnya sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi sebagai guru.
13
Dapat dijelaskan bahwa tujuan program pengembangan guru satu persatu dan berdasarkan atas penjelasan Drs. Djoko Towo HB, MM.Pd yaitu
pertama, guru mampu meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi
12
Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Djoko Towo HB, MM.Pd, kepala sekolah, 17 September 2014, di kantor kepala sekolah.
13
Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Djoko Towo HB, MM.Pd, kepala sekolah, 17 September 2014, di kator kepala sekolah
profesional pada kegiatan penyusunan program KBM. Kedua, guru mampu meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional pada
Seminar Bahasa
Indonesia dan
Peningkatan Profesionalisme Guru dan Dosen. Ketiga, guru mampu meningkatkan
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional pada pelatihan komputer. Keempat, guru mampu meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional pada kegiatan MGMP. Dan kelima, guru mampu meningkatkan kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional pada pelatihan implementasi kurikulum 2013.
d. Manfaat Pengembangan
Jika terdapat tujuan, maka akan mendapatkan manfaat bagi guru yang mengikuti program pengembangan dan bagi sekolah sebagai pihak yang
menyelenggarakan atau
mengikutsertakan guru
pada program
pengembangan seperti penjelasan Drs. Djoko Towo, MM.Pd bahwa: Guru mendapatkan ilmu baru, guru tidak akan terbebani oleh
tuntutan tugas sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik, guru merasakan kualitas mengajar meningkat karena kompetensi
sebagai guru juga meningkat. Bagi sekolah: tingkat pengawasan berkurang karena guru mampu melakukan tugas tanpa diawasi,
kepercayaan masyarakat pada sekolah bertambah karena guru mampu meluluskan siswa dan sekolah akan mudah mencapai
visi.
14
Dari manfaat dari program pengembangan guru yang dilaksanakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa guru mendapatkan ilmu baru
yang diperoleh dari program pengembangan, guru akan lebih mudah dalam menyelesaikan tugasnya sebagai pengajar, guru akan merasakan bahwa
kualitas mereka sebagai guru dalam hal mengajar akan meningkat, karena kompetensi mereka juga meningkat. Adapun bagi sekolah akan mengurangi
14
Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Djoko Towo HB, MM.Pd, kepala sekolah, 17 September 2014, di kator kepala sekolah
tingkat pengawasan terhadap pekerjaan guru sehingga timbul kepercayaan masyarakat terhadap sekolah dan pada akhirnya sekolah mampu mencapai
visinya.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Pengembangan Guru Di SMPN 131 Jakarta Selatan
Dalam melaksanakan program pengembangan guru, Drs. Djoko Towo, MM.Pd mengatakan bahwa menemukan beberapa faktor pendukung dan
penghambat diantaranya yaitu: a. Faktor Pendukung
1 Adanya kebutuhan guru terhadap program pengembangan sehingga sekolah mengadakan program pengembangan.
2 Adanya respon guru yang baik terhadap program pengembangan karena mereka merasa diperhatikan sehingga dapat membantu mereka
dalam meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. b. Faktor Penghambat
1 Masih ada guru yang kurang tertarik untuk ikut dalam program pengembangan.
2 Tidak adanya anggaran khusus untuk program pengembangan sehingga
dibuat skala prioritas karena
anggaran program
pengembangan sudah menjadi kewajiban sekolah.
15
Dapat dilihat di atas bahwa faktor pendukung adanya program pengembangan guru karena guru membutuhkan program tersebut sesuai dengan
masalah yang sedang dihadapinya. Karena kepala sekolah mengadakan program pengembangan sesuai dengan kebutuhan guru, maka guru merasa diperhatikan.
Akan tetapi, masih adanya guru yang kurang tertarik untuk mengikuti program tersebut membuat program tidak optimal. Ditambah dengan tidak adanya
anggaran khusus untuk setiap program pengembangan guru membuat pihak sekolah dalam mengadakan suatu program harus membuat skala prioritas.
15
Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Djoko Towo HB, MM.Pd, kepala sekolah, 17 September 2014, di kantor kepala sekolah.
Faktor pendukung dan penghambat tersebut dapat menjadi acuan sekolah dalam menghadapi kendala-kendala berikutnya sehingga bisa meminimalisir kendala-
kendala tersebut. Selain dari faktor pendukung dan penghambat tersebut, penulis mendapatkan faktor penunjang terhadap program pengembangan guru
yaitu peran kepala sekolah yang memfasilitasi guru dengan membuat dan mengikutsertakan guru pada program-program pengembangan. Dengan
kewenangan dan peran yang dimilikinya, kepala sekolah dapat mewujudkan kebutuhan guru melalui program pengembangan guru. Komitmen yang
ditampilkan kepala sekolah terhadap mutu pendidik dapat dikatakan bahwa ia mampu memimpin dan mengelola guru demi tercapainya tujuan sekolah. Di
samping itu adanya pelatih yang ahli serta sarana dan prasarana yang digunakan merupakan faktor penunjang lainnya.
3. Peningkatan Kompetensi Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan
Untuk menjadikan sekolah yang berkualitas diperlukan guru yang berkompeten di dalamnya. Sehingga dapat menghasilkan peningkatan pada
hasil belajar siswa dan lulusan yang berkualitas pula. Hal tersebut menandakan bahwa perlu dilakukannya pengembangan terhadap guru. Dalam hal ini, SMPN
131 Jakarta Selatan telah melaksanakan program pengembangan terhadap guru sehingga guru mendapatkan manfaat dari program pengembangan yang telah
dilaksanakan tersebut. Menurut Kombali, S.Pd guru Bahasa Inggris mengatakan bahwa
“program pengembangan yang diikuti: Workshop pada rapat kerja dan MGMP sangat membantu dalam pembuatan silabus dan RPP karena mampu
mengembangkannya sesuai dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah. Sehingga ketika mengikuti pelatihan implementasi kurikulum 2013 bertambah
pula pengetahuan akan kurikulum 2013. ”
16
Hal yang sama dikatakan oleh Murti Iriyani, S.Pd guru Seni Budaya bahwa
Workshop dalam rapat kerja sangat bermanfaat dalam menyusun silabus dan RPP karena ada pada pembuatan silabus dan RPP
dilakukan oleh guru juga sebagai pengajar jadi bisa sama-sama belajar kemudian karena
ada penilaian setelah
itu, maka dapat mengembangkan silabus dan RPP. MGMP di sekolah hanya
berdiskusi kesulitan mengajar. Pelatihan implementasi kurikulum 2013 yang diadakan Dinas Pendidikan sama seperti workshop
pembuatan silabus dan RPP yang diadakan sekolah. Jadi, hanya sebagai penguatan pengetahuan saja.
17
bahwa Hal senada dijelaskan oleh Drs. Anang Triyuni A, MM guru Matematika
Menyusun silabus dan RPP yang baik dan benar didapatkan manfaatnya dari workshop pembuatan silabus dan RPP dalam rapat
kerja yang hasil pembuatannya dinilai oleh kepala sekolah serta mengikuti MGMP di sekolah yang membahas permasalahan kepada
sesama guru mata pelajaran. Manfaat Pengetahuan tambahan tentang kurikulum 2013 didapat dari pelatihan implementasi kurikulum 2013
yang diadakan oleh Dinas Pendidikan.
18
Adapun menurut Yani Yuniartini, S.Pd guru BK bahwa “diikutsertakan
dalam MGMP karena sebagai ketua koordinator. Dalam MGMP diajarkan bagaimana menangani anak yang bermasalah dengan sesama guru BK serta
kaitannya dengan pengajaran sebagai guru BK. Adapun pengetahuan kecerdasan spiritual guru BK sangat berperan pada pelatihan implementasi
kurikulum 2013.
19
16
Hasil wawancara dengan Bapak Kombali, S. Pd, guru Bahasa Inggris, 22 September 2014, di kantor guru.
17
Hasil wawancara dengan Muti Iriyani, S.Pd, guru Seni Budaya, 13 Oktober 2014, di kantor guru.
18
Hasil wawancara dengan Drs. Anang Triyuni A, MM, guru Matematika, 02 Oktober 2014, di kantor guru.
19
Hasil wawancara dengan Yani Yuniartini, S.Pd, guru BK, 17 Oktober 2014, di kantor guru.