sederhana sampai dengan yang canggih. Hal ini perlu diperhitungkan dalam program pengembangan dalam organisasi tersebut.
b. Faktor Eksternal Agar organisasi itu dapat melaksanakan misi dan tujuannya, maka ia
harus memperhitungkan faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor eksternal organisasi tersebut. Faktor-faktor eksternal tersebut antara
lain: 1. Kebijakan Pemerintah
Kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah, baik yang dikeluarkan melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan pemerintah,
surat-surat keputusan menteri dan pejabat pemerintah, dan sebagainya adalah merupakan arahan yang harus diperhitungkan
oleh organisasi. Jadi, setiap kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut akan mempengaruhi program-program pengembangan
sumber daya manusia yang telah dibuat oleh suatu organisasi. 2. Sosio-Budaya Masyarakat
Faktor sosio-budaya masyarakat tidak dapat diabaikan oleh suatu organisasi. Hal ini dapat dipahami karena suatu organisasi apapun
didirikan untuk kepentingan masyarakat yang mempunyai latar belakang sosio-budaya yang berbeda-beda.
3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di luar organisasi
dewasa ini telah sedemikian pesatnya. Sudah barang tentu suatu organisasi baik yang harus mengikuti arus tersebut. Untuk itu
kemampuan karyawan organisasi harus diadaptasi dengan kodisi tersebut.
Kesimpulan dari penjelasan yang diuraikan tersebut bahwa faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam organisasi yang terdiri dari
misi dan tujuan organisasi, strategi untuk mencapai tujuan tersebut, sifat dan jenis kegiatan yang dimiliki organisasi, dan jenis teknologi yang digunakan oleh
organisasi tersebut. kemudian ada faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar organisasi yang terdiri dari kebijakan yang lakukan oleh
pemerintah, sosio-budaya masyarakat, adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Faktor-faktor tersebut yang akan memengaruhi pelaksanaan
pengembangan. Jadi, sebagai organisasi yang baik perlu mempertimbangkan faktor-faktor tersebut agar pelaksanaan pengembangan berjalan baik.
8. Kendala-kendala Pengembangan
Kendala pada
program pengembangan
development yang
dilaksanakan seringkali menghambat lancarnya pelaksanaan program tersebut, sehingga sasaran yang tercapai kurang memuaskan. Ada 5 kendala menurut
Malayu S.P. Hasibuan, yaitu: a. Peserta, b. Pelatih atau instruktur, c. Fasilitas pengembangan, d. Kurikulum, e. Dana pengembangan.
23
Adapun uraiannya sebagai berikut:
a. Peserta Peserta pengembangan mempunyai latar belakang yang tidak sama atau
heterogen, seperti pendidikan dasarnya, pengalaman kerjanya, dan usianya. Hal ini akan menyulitkan dan menghambat kelancaran
pelaksanaan latihan dan pendidikan karena daya tangkap, persepsi, dan daya nalar mereka terhadap pelajaran yang berbeda.
b. Pelatih atau instruktur
23
Malayu S. P. Hasibuan, op. cit., h. 85-86
Pelatih atau instruktur yang ahli dan cakap mentransfer pengetahuannya kepada para peserta latihan dan pendidikan sulit didapat. Akibatnya,
sasaran yang diinginkan tidak tercapai. c. Fasilitas pengembangan
Fasilitas sarana dan prasaran pengembangan yang dibutuhkan untuk latihan dan pendidikan sangat kurang atau tidak baik. Misalnya, buku-
buku, alat-alat, dan mesin-mesin yang akan digunakan untuk praktek kurang atau tidak ada. Hal ini akan menyulitkan dan menghambat
lancarnya pengembangan. d. Kurikulum
Kurikulum yang ditetapkan dan diajarkan kurang serasi atau menyimpang seta tidak sistematis utnuk mendukung sasaran yang
diinginkan oleh pekerjaan atau jabatan peserta bersangkutan. Untuk menetapkan kurikulum dan waktu megajarkannya yang tepat sangat
sulit. e. Dana pengembangan
Dana yang tersedia untuk pengembangan sangat terbatas, sehingga sering dilakukan secara terpaksa, bahkan pelatih maupun sarananya
kurang memenuhi prasyaratan yang dibutuhkan.
Dapat disimpulkan di atas bahwa peserta yang latar belakangnya tidak sama, pelatih yang tidak ahli, fasilitas atau sarana dan prasarana yang
dibutuhkan kurang, kurikulum yang digunakan yang tidak sesuai sasaran dan dana pengembangan yang terbatas membuat program pengembangan jadi
terkendala. Dengan adanya kendala dalam pelaksanaan pengembangan tersebut membuat program pengembangan kurang optimal. Cara yang harus dilakukan
oleh organisasi yaitu dengan meminimalisir kendala-kendala yang akan terjadi tersebut.
B. Kompetensi Guru 1. Pengertian Kompetensi Guru
Dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 10 bahwa
“kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melakukan tugas keprofesionalannya. ”
24
Maksudnya agar tugas dalam mengajar berjalan dengan lancar, guru harus memiliki dan menguasai pengetahuan,
keterampilan serta perilaku sebagai guru. Menurut Jejen Musfah
“kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran dan pendidikan. ”
25
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan belajar mandiri. Hal tersebut sebagaimana yang dikutip oleh
Ouston dalam Jejen Musfah bahwa kompetensi ialah “deskripsi tentang sesuatu
yang harus dapat dilakukan oleh seseorang yang bekerja dalam bidang profesi tertentu.
”
26
Maksudnya suatu hal yang menggambarkan tindakan, perilaku dan hasil kerja yang diperagakan oleh guru.
Adapun menurut Piet dan Ida Sahertian sebagaimana dikutip oleh Kunandar bahwa
“kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang bersifat afektif, kognitif dan
performen. ”
27
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan guru yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diperoleh
melalui pendidikan, pelatihan dan belajar mandiri sehingga dapat mewujudkan hasil kerja nyata.
24
UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
25
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011, Cet. 1, h. 27
26
Ibid., h. 28
27
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007, cet. 1, h. 52