g. Dari pendekatan “ Tarik Tambang” ke “ Dorong Gelombang”.
PERHEPI1989a, b pernah melontarkan gagasan pendekatan ini”. Tarik tambang” maksud teori ini adalah Investasi diarahkan didaerah yang
mempuyai potensi dikembangkan sehingga muncul daerah tertentu yang berkembang cepat tetapi daerah lain tertinggal. Model ini akhirnya justru
ditenggarai memperlebar ketimpangan dan karenanya pendekatan tersebut perlu diikuti dengan policy investasi “dorong gelombang” yang maksudnya
daerah tertinggal perlu didorong untuk berkembang agar dapat mengikuti daerah yang lebih maju.
h. Dari Pendekatan Peran Pemerintah yang Dominan ke Peran Masyarakat yang
Lebih Besar. Partipasi masyarakat ini perlu terus ditingkatkan pada proyek proyek
pembangunan pertanian pada masa mendatang. Bila pendekatan ini berhasil, maka beban pemerintah dalam pembanguanan akan semakin berkurang.
2. 4 Penelitian Terdahulu
Sadikh iksan dan Artahnan Aid 2011 dalam jurnal penelitiannya yang berjudul analisis swot untuk merumuskan strategi pengembangan komoditas karet
dikabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah yang berkesimpulan bahwa hasil perhitungan nilai total dari faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor strategis
eksternal, yaitu berturut-turut sebesar 6, 13 dan 5, 97 menunjukkan indikasi bahwa komoditas karet menduduki posisi strategis yang cukup kuat untuk terus
dikembangkan. Berdasarkan analisis SWOT yang dibuat beberapa strategi dapat diajukan terkait dengan pengembangan komoditas dimaksud yaitu:
1. Peningkatan produksi melalui tindakan intensifikasi, ekstensifikasi, dan
peremajaan; 2.
Dalam program peremajaan perbaikan bahan tanam agar diprioritaskan melalui penyediaan bibit unggul karena dalam jangka panjang berpengaruh
pada produktivitas dan kualitas produk; 3.
Penerapan program intensifikasi ditunjang oleh penyediaan sarana produksi sesuai dengan keperluannya dengan jumlah, tempat, dan waktu yang tepat,
serta tindakan penyuluhan untuk mengintroduksi teknologi barutepat guna serta hal-hal yang terkait dengan program intensifikasi;
4. Peningkatan akses petani produsen atas lembaga dan sumber finansial
khususnya untuk membantu memberikan solusi atas kendala finansial yang potensial terjadi pada program peremajaan serta pemeliharaan TBM;
5. Pertahankan peruntukkan lahan untuk komoditas unggulan karet.
6. Tetap menjaga insentif harga di tingkat petani sepanjang memungkinkan
untuk menjamin pendapatan serta meningkatkan kesejahteraan petani; 7.
Pemeliharaan dan pengembangan infrastruktur: jalan dan pelabuhan antar pulau untuk keperluan mempertahankan serta merintis akses pasar atas
produk yang dihasilkan. Dalam jurnal Tiurna Mariani Haloho 2009 yang berjudul strategi
pengembangan agrobisnis kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan sumatra utara
yang berkesimpulan bahwa hasil analisis terhadap faktor internal dalam Pengembangan Agribisnis Kopi di Humbang Hasundutan, menunjukkan faktor
kekuatan keadaan sumberdaya manusia, ketersediaan lahan, keamanan berusaha, akses transportasi, keadaan sumberdaya alam mampu mengatasi faktor kelemahan
penggunaan teknologi tradisional, ketersediaan dana, lembaga pembina, penelitian, dan pelatihan, pemasaran kopi, dukungan kebijakan pemerintah daerah dan
pelaksanaanya, industri pengolahan kopi, kemitraan usaha, bibit kopi bermutu pengendalian hama penyakit dan pemeliharaan yang dimiliki kawasan tersebut. Hal
itu ditunjukkan oleh nilai bobot skor faktor kekuatan yang lebih besar dari bobot skor kelemahan yakni sebesar 1, 338 untuk faktor kekuatan dan 0, 992 untuk faktor
kelemahan. Secara umum menunjukkan bahwa Pengembangan Agribisnis Kopi dibawah rata-rata dalam kekuatan internalnya secara keseluruhan, hal ini ditunjukkan
dengan total nilai bobot skor 2, 330. Ini berarti berarti Pemerintah DaerahDinas Pertanian Subdinas Perkebunan dan masyarakatpetani secara internal kekuatan dan
kelemahan belum baik kuat, dalam upaya pengembangan kopi di Humbang Hasundutan. Hasil analisis eksternal yang menjadi peluang yaitu otonomi daerah
tumbuhnya asosiasi, pasar yang masih terbuka baik domestik maupun diluar kawasan, tumbuhnya CU, perdagangan bebas, perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi dan permintaan kopi organik. Faktor peluang tersebut memiliki bobot skor sebesar 1, 928. Pertumbuhan ekonomi, ketidakpastian iklim global, fluktuasi
harga kopi, penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan, kopi sejenis dari wilayah lain, penguasaan lahan kopi oleh pihak luar merupakan faktor ancaman bagi
Pengembangan Agribisnis Kopi dengan bobot skor 0, 841 serta nilai total bobot skor 2, 769, berarti secara eksternal Pemerintah DaerahDinas Pertanian Subdinas
Perkebunan dan masyarakatpetani telah merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang dimiliki, yang berarti bahwa faktor peluang eksternal dalam upaya
Pengembangan Agribisnis Kopi di Humbang Hasundutan dapat mengatasi ancaman yang dihadapinya dan dapat mengambil peluang sebaik mungkin.
Dalam jurnal perencanaan strategi pengembangan industri rumah tangga gula kelapa studi kasus industri rumah tangga gula kelapa desa Geleduk oleh Azmi
alvian gabriel, Imam santoso dan Dhyta Merita Ikasari 2009 menyimpulkan bahwa : 1.
Pengembangan strategi penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk merupakan alternatif strategi yang tepat untuk dikembangkan dan diterapkan
dalam upaya pengembangan industri rumah tangga gula kelapa Desa Gledug Kabupaten Blitar.
2. Pembentukan ikatan kerjasama dengan lembaga pengembangan industri
merupakan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan IRT gula kelapa Desa Kabupaten Blitar.
2. 5 Kerangka Konseptual