Strategi Pengembangan Sektor Pertanian Subsektor Tanaman Dan Bahan Makanan Di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

(1)

SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN SUBSEKTOR TANAMAN DAN BAHAN MAKANAN DI KECAMATAN POLLUNG

KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

OLEH:

COIN A LUMBANBATU 100501160

PROGRAM STUDI STRATA-1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan kajian ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan subsector tanaman dan bahan makanan di Kecamatan Pollung.Analisis di lakukan dengan melibatkan masyarakat Kecamatan Pollung yang memenuhi kebutuhanya dari subsector tanaman dan bahan makanan.Dengan mendasarkan penelitian pada pendapa tmasyarakat tentang keadaan subsektror tanaman dan bahan makanan.

Penelitian ini menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Oportunity, Threat).Data diperoleh dengan penyebaran kuisioner.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah 3775 rumah tangga subsector 97 sampel.

Hasil dari penelitian ini adalah strategi yang baik dalam pengembangan subsector tanaman dan bahan makanan adalahstrategi SO (StrenghtOportunity) yaitu dengan memaksimalkan kekuatan faktor faktor subsector tanaman dan bahan makanan dan memanfaatka faktor faktor peluang subsector tanaman dan bahan makanan.

Kata Kunci :Subsektor tanaman dan bahan makanan, Strategi pengembangan, faktor faktor kekuatan, faktor faktor peluang , faktor faktor kelemahan dan faktor faktor ancaman.


(3)

ABSTRACK

This research purpose to cognize about subsector development strategics of plants and foodstuffs on Pollung Sub-district. This research refers to the society of Pollung Sub-district which is the main of livelihood is plants and foodstuffs subsector. The basis of this research is the opinion of society about the state of subsector plants and foodstuffs.

The analysis of this research is SWOT (Strenght,Weakness,Oportunity,Threat) analysis. Data were obtained by questionnaire. The population that used in this study is 3775 households. While the method of sampling is judgement sampling as much as 97 samples.

The results of this research is to indicate that the good strategy in the subsector development of plants and food is SO strategy (Strenght Oportunity) which to maximize the strength factors of plants and foodstuffs subsector and then how to take the advantage of opportunities in plants and foodstuffs subsector.

Keywords: Plants and foodstuffs Subsector, Strategy Development, Strength Factors, Opportunities Factors, Weaknesses Factors and Threats factors.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena kasih karuniaNya yang di diberikan kepada penulis yang telah menyelesaikan skripsi yang berjudul“ Strategi Pengembangan Sektor Pertanian Subsektor Tanaman dan Bahan Makanan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.”

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara tahun akademik 2013/2014.Adapun pengerjaan skripsiini saya persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, yakni Bilson Lumbanbatu dan Ibunda tercinta Nurmala Lumbangaol yang telah memberikan kasih sayang yang tulus seumur hidup saya.

Adapun keberhasilan pengerjaan skripsi ini tidak terlepas oleh pihak-pihak terkait yang telah banyak membantu kelacaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih yang besa kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ak. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen, sekaligus dosen Pembanding saya dan Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Siselaku Sekretaris


(5)

program studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak DR.Drs.H.B. Tarrmizi selaku dosen pembimbing telah banyak memberikan masukan dan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs Rachmat Sumanjaya HSB, MSI selaku Dosen Pembanding I, yang juga telah memberikan masukan bagi pengerjaan Skripsi ini.

6. Bapak Dr. Rujiman MA selaku Dosen Pembanding II ,yang juga telah memberikan masukan bagi pengerjaan skripsi ini

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Pegawai Departemen Ekonomi Pembangunan

8. Seluruh Masyarakat Kecamatan Pollung yang terlibat dalam penelitianini. Demikianlah penulisan ini saya buat, atas kesalahan maupun kelalaian penulis lakukan, saya memohon maaf.Penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan skrips ini.Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1SektorPertanian ... 9

2.1.1 PengertianPertanian ... 9

2.1.2 EkonomiPertanian ... 11

2.1.3 MasalahmasalahEkonomiPertanian…………. ... 12

2.1.4 ModelEkonomiPertanian……….. .... 13

2.2StrategiPengembanganpertanian……… 16

2.2.1 KonsepStrategi………. 16

2.2.2 StrategiDalamPertanian……… 17

2.3Pembangunan Pertanian ... 19

2.3.1 Pengertian Pembangunan Pertanian………….. 19

2.3.2 Paradigma Pembangunan Pertanian………….. 20

2.4 PenelitianTerdahulu ... 23

2.5 KerangkaKonseptual……….. 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 TempatdanWaktuPenelitian ... 28

3.3 Batasan Operasional ... 28

3.4 Definisi Operasional ... 28

3.5 PopulasidanSampel data ... 28

3.6 JenisdanSumber data ... 30

3.7 MetodePengumpulan data... 30

3.8 TehnikPengumpulan Data ... 30

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 KeadaanPertanianKecamatanPollungPertanian ... 44

4.1.2Keadaan Geografis ... 44

4.1.2 KeadaanPenduduk ... 45


(7)

4.1.4 KeadaanPertanian ... 47

4.2 FaktorPendukungdanPenghambat ... 50

4.3 Strategi yang cocok ... 59

4.3.1 Hasilevaluasifaktor internal ... 59

4.3.2 Hasilevaluasifaktoreksternal ... 61

4.3.3 Matris SWOT ... 62

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Kontribusitiapsektorterhadap PDRB 2010-2012………... 4

1.2 KontribusiSubsektorPertanian ... .... 5

3.1 AnalisiFaktor Internal ... 34

3.2 NilaiPeringkat ... 35

3.3 MatriksFaktor Internal ... 36

3.4 AnalisisFaktorEksternalternal ... 37

3.5 NilaiPeringkat ... 39

3.6 MatriksFaktorEksternal ... 40

3.7 Model HasilEvaluiasifaktor internal ... 40

3.8 Model EvaluasiFaktorEksternal ... 41

3.9 Matriks SWOT ... 42

4.1 DesadanDusun di kecamatanPollung ... 44

4.2 Jumlahproduksidanluaslahantanamandanmakanan ... 46

4.3 Jumlahproduksidanluasperkebunan ... 47

4.4 JumlahProduksipeternakan ... 48

4.5 JumlahProduksiPerikanan ... 48

4.6 LuasHutankecamatanPollung ... 49

4.7 Persepsimasyarakatterhadapkondisifaktor internal ... 51

4.8 PersepsiMasyarakatTerhadapKondisiFaktorEksternal ... 55

4.9 Hasilevaluasifaktor internal ... 58

4.10 HasilEvaluasifaktoreksternal ... 59

4.11 RumusanMatriks SWOT ... 60


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 68 2. Analsis Rating ... 69 3. Analisis Bobot ... 81


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan kajian ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan subsector tanaman dan bahan makanan di Kecamatan Pollung.Analisis di lakukan dengan melibatkan masyarakat Kecamatan Pollung yang memenuhi kebutuhanya dari subsector tanaman dan bahan makanan.Dengan mendasarkan penelitian pada pendapa tmasyarakat tentang keadaan subsektror tanaman dan bahan makanan.

Penelitian ini menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Oportunity, Threat).Data diperoleh dengan penyebaran kuisioner.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah 3775 rumah tangga subsector 97 sampel.

Hasil dari penelitian ini adalah strategi yang baik dalam pengembangan subsector tanaman dan bahan makanan adalahstrategi SO (StrenghtOportunity) yaitu dengan memaksimalkan kekuatan faktor faktor subsector tanaman dan bahan makanan dan memanfaatka faktor faktor peluang subsector tanaman dan bahan makanan.

Kata Kunci :Subsektor tanaman dan bahan makanan, Strategi pengembangan, faktor faktor kekuatan, faktor faktor peluang , faktor faktor kelemahan dan faktor faktor ancaman.


(11)

ABSTRACK

This research purpose to cognize about subsector development strategics of plants and foodstuffs on Pollung Sub-district. This research refers to the society of Pollung Sub-district which is the main of livelihood is plants and foodstuffs subsector. The basis of this research is the opinion of society about the state of subsector plants and foodstuffs.

The analysis of this research is SWOT (Strenght,Weakness,Oportunity,Threat) analysis. Data were obtained by questionnaire. The population that used in this study is 3775 households. While the method of sampling is judgement sampling as much as 97 samples.

The results of this research is to indicate that the good strategy in the subsector development of plants and food is SO strategy (Strenght Oportunity) which to maximize the strength factors of plants and foodstuffs subsector and then how to take the advantage of opportunities in plants and foodstuffs subsector.

Keywords: Plants and foodstuffs Subsector, Strategy Development, Strength Factors, Opportunities Factors, Weaknesses Factors and Threats factors.


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar melakukan kegiatanya ekonominya disektor pertanian. Tapi kenyataannya, sektor pertanian bukanlah sektor penyumbang pendapatan terbesar pada PDRB Indonesia. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor pertanian menjadi tumpuan hidup (pekerjaan primer) bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Sektor pertanian juga menjadi sumber pangan publik, menempati posisi penting sebagai penyumbang devisa yang relatif besar dan cukup lentur dalam menghadapi gejolak moneter dan krisis ekonomi. Lebih dari itu, sektor pertanian memiliki keunggulan khas dari sektor-sektor lain dalam perekonomian antara lain, produksi pertanian berbasis pada sumber daya domestik, kandungan impornya rendah dan relative lebih tangguh menghadapi gejolak perekonomian eksternal. Dengan demikian, upaya mempertahankan dan meningkatkan peranan sektor pertanian merupakan carayang efektif untuk meningkatkan ketahanan ekonomi.

Ada beberapa faktor yang bisa diungkap bahwa sektor pertanian menjadi penting dalam proses pembangunan, yaitu:

1. Sektor pertanian menghasilkan produk yang diperlukan sebagai input sektor lain, terutama sektor industri (agroindustri).


(13)

2. Sebagai negara agraris populasi di sektor pertanian (pedesaan) membentuk proporsi yang sangat besar. Hal ini menjadi pasar yang sangat besar bagi produk produk dalam negeri terutama produk pangan. Sejalan dengan itu ketahanan pangan yang terjamin merupakan persyarat kestabilan social dan politik

3. Sektor pertanian mampu menghasilkan produk-produk pertanian yang memiliki keunggulan komperatif, baik untuk kepentingan ekspor maupun substitusi impor (Tambunan, 2006).

Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian dari integral pembangunan nasional semakin penting dan strategis. Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik sumbangan langsung dalam pembentukan PDRB, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, menyediakansumber pangan dan bahan baku industri, pemicu pertumbuhan ekonomi di pedesaan, perolehan devisa, maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain. Dengan demikian, sektor pertanian masih tetap akan berperan besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Belajar dari pengalaman masa lalu dan kondisi yang dihadapi saat ini, sudah selayaknya sektor pertanian menjadi sektor unggulan dalam menyusun strategi pembangunan nasional. Sektor pertanian haruslah diposisikan sebagai sektor andalan perekonomian nasional.Terutama subsektor tanaman pangan,subsektor ini merupakan yang sangat perlu dikembangkan masa


(14)

kini,hal ini untuk dilakukan untuk menjadikan Indonesia menjadi negara swasembada pangan.

Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota memiliki luas 71. 680, 68 km2, dikenal sebagai daerah yang memiliki potensi yang besar bagi pengembangan sektor pertanian, di mana beberapa komoditi yang dihasilkan daerah ini adalah merupakan komoditi ekspor. Hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013), Jumlah rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 sebanyak 1. 327. 759 rumah tangga, subsektor tanaman pangan 741. 068 rumah tangga, hortikultura 397. 214 rumah tangga, perkebunan 938. 843 rumah tangga, peternakan 534. 625 rumah tangga, perikanan 75. 928 rumah tangga, kehutanan 56. 133 rumah tangga, dan Jasa Pertanian 51. 750 rumah tangga. Melihat jumlah rumah tangga usaha pertanian di provinsi di Sumatra Utara yang sangat besar menandakan bahwa propinsi ini sangat tergantung pada sektor pertanian.

Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pembangunan ekonomi yang sedang dikembangkan di Provinsi Sumatra Utaraterutama subsektor tanaman pangan. Pembangunan ekonomi yang ada di Provinsi Sumatra utara tidak lagi terpusat di perkotaan saja, tetapi sudah terdesentralisasi ke semua daerah. Seperti halnya pembangunana sektor pertanian di Humbang Hasundutan, yang merupakan salah satu kabupaten disumatra utara yang sebagian besar kegiatan masyarakatnya berada sektor pertanian dan subsektor tanaman pangan menjadi subsektor unggulan didaerah ini . Luas Kabupaten Humbang Hasundutan adalah 251. 765, 93 Ha. Terdiri dari 10 (sepuluh) Kecamatan, 153 (seratus lima puluh tiga) Desa dan 1 (satu)


(15)

Kelurahan, yaitu Kecamatan Pakkat, Kecamatan Onanganjang, Kecamatan Sijamapolang, Kecamatan Lintongnihuta, Kecamatan Paranginan, Kecamatan Doloksanggul, Kecamatan Pollung, Kecamatan Parlilitan, Kecamatan Tarabintang dan Kecamatan Baktiraja.

Humbang Hasundutan merupakan salah satu kabupaten disumatra utara yang mengalami perkembangan yang sangat pesat jika dilihat dari jumlah PDRB setiap kabupaten disumatra utara. Hal ini merupakan suatu prestasi besar mengingat Humbang Hasundutan baru pemekaran 10 tahun yang lalu dari kabupaten tapanuli utara. Sektor pertanian menjadi sektor andalan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Berikut kontribusi tiap sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Humbang Hasundutan:

Tabel 1. 1 Kontribusi tiap sektor terhadap PDRB Atas Harga Dasar Berlaku 2010-2012 Kabupaten Humbang Hasundutan

SEKTOR EKONOMI 2010 2011 2012

Pertanian 1.433.323.260 1.615.255.700 1.822.707.100

Pertambangan 4.887.500 5.742.500 6.975.700

Industri 8.780.200 9.923.800 11.388.200

Listrik, gas dan air bersih 10.313.900 11.837.900 13.769.400

Konstruksi 94.933.400 111.934.300 132.451.600

Perdagangan, hotel dan restoran 366.331.300 415.410.100 480.366.100 Pengangkutan dan komunikasi 100.578.500 114.824.800 131.334.400 Keuangan, reastate dan jasa 68.442.700 102.643.600 119.712.900

Jasa jasa 363.399.500 404.327.600 460.917.500

TOTAL 2.470.988.500 2.791.905.600 3.179.572.500

Sumber : BPS Humbang Hasundutan (2012)

Berdasarkan tabel diatas, sektor pertanian merupakan sektor penyumbang paling besar PDRB Humbang Hasundutan dan selisih sektor ini dengan sektor


(16)

lainnya sangat jauh, hal ini menandakan bahwa kabupaten ini merupakan kabupaten yang masyarakatnya bergantung pada sektor pertanian. Oleh karena itu, pengembangan sektor pertanian merupakan hal yang sangat penting di lakukan.

Besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Humbang Hasundutan tidak terlepas dari banyaknya jumlah rumah tangga yang mencari kehidupan sehari hari dari sektor pertanian. Menurut sensus pertanian pada tahun 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Humbang Hasundutan sebanyak 34. 000 rumah tangga, yang terdiri dari subsektor tanaman pangan 28. 769 rumah tangga, hortikultura 16. 919 rumah tangga, perkebunan 29. 648 rumah tangga, peternakan 18. 596 rumah tangga, perikanan 1. 004 rumah tangga, dan kehutanan 2. 028 rumah tangga. Subsektor perkebunan menjadi subsektor terbesar yang diminati rumah tangga dan perikanan merupakan subsektor paling sedikit diminati rumah tangga Kabupaten Humbang Hasundutan.

Besarnya kontribusi sektor pertanian tidak dapat dilepaskan dari besarnya dukungan subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Kontribusi subsektor pertanian terhadap sektor pertanian dapat dilihat pada Tabel berikut :


(17)

Tabel 1. 2 Kontribusi Sub Sektor Pertanian Kabupaten Humbang Hasundutan Sub Sektor

Pertanian

2008 2009 2010 2011 2012

Tanaman dan bahan makanan

765.136,5 829.885,1 920.339,4 1.615.255,7 1.822.707,1 Tanaman

perkebunan

311.663,1 334.746,1 366.756,1 413.670,2 466.105,4 Peternakan 85.379,6 94.692,1 106.352,7 121.582,1 137.859,5

Kehutanan 26.521,8 30.373,8 35.451,8 38.621,5 42.941,6

Perikanan 3.346,8 3.894,7 4.423,5 4.756,8 5.127,3

TOTAL 1.192. 046,8 1.293.591,7 1.433.323,6 1.615.255,7 1.822.707,1

Sumber : BPS Humbang Hasundutan (2012)

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa subsektor tananaman pangan merupakan penyumbang terbesar pada sektor pertanian, dan perikanan merupakan subsektor paling sedikit penyumbang pada sektor pertanian.Hal ini menunjukkan bagaimana dominasi subsektor pertanian di kabupaten Humbang Hasundutan ,hal ini terlihat dari perbedaan jumlah subsektor tanaman pangan dengan sub sektor yang lain sangat jauh.

Kecamatan Pollung merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan di Humbang Hasundutan, dari segi luas wilayah merupakan daerah terluas ketiga dari sepuluh kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, luas Kecamatan Pollung 32.736,46 km, memiliki 13 desa dengan jumlah penduduk 17.515 dengan jumlah rumah tangga 3.944 rumah tangga. Menurut hasil sensus pertanian 2013, Rumah Tangga subsektor tanaman pangan di Kecamatan Pollung 3775, melihat banyaknya jumlah rumah tangga subsektor tanaman pangan dikecamatan ini, maka perlu ada strategi untuk mengembangkan subsektor tanaman dan bahan makanan di Kecamatan Pollung untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang baik di kecamatan ini. Selain


(18)

banyak nya jumlah Rumah tangga pertanian di kecamatan ini, lahan untuk pengembangan sektor pertanian pun didaerah ini sangat berpotensi, dimana Kecamatan Pollung memiliki luas daerah tanaman sawah dan kering 2705 ha, tempat tinggal 1477 ha, hutan dan lahan mati 28.554 ha.Subsektor tanaman pangan merupakan subsektor yang banyak diminati di Kecamatan Pollung.Berikut adalah hasil produksi subsektor tanaman pangan di Kecamatan pollung.

Tabel 1.3 Produksi Subsektor tanaman Pangan di Kecamatan Pollung pada tahun 2011-2013 (ton).

NO Subsektor Tanaman Pangan

2011 2012 2013

1 Padi sawah dan ladang 5527,90 5600.91 5317,1

2 Jagung 164 82 289,5

3 Ubi kayu 424 632,70 303,75

4 Ubi jalar 144.60 122.88 352

5 Kacang Tanah 10 15.50 40,8

6 Sayur - sayuran 1476 4740,9 8833,65

7 Buah buahan 411,2 475,6 444,24

Sumber : BPS Humbang hasundutan

Dari tabel diatas,dapat kita lihat bahwa bagaimana subsektor tanaman pangan secara keseluruhan mengalami penurunan dari tahun ke tahun,meskipun sebagian ada peningkatan, tapi penuruhan hasil produksi lebih banyak.Dan untuk menghindari penurunan hasil produksi subsektor tanaman pangan tersebut perlu ada strategi pengembangan sektor pertanian .

Melihat uraian diatas, maka penulis ingin meneliti strategi yang baik untuk mengembangkan sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan di Kecamatan Pollung dalam karya ilmiah yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Sektor


(19)

Pertanian Subsektor Tanaman dan Bahan Pangan Di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan”

1. 2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1) Bagaimana keadaan Sektor pertanian Kecamatan Pollung sebagai daerah yang masyarakatnya tergantung pada sektor pertanian?

2) Apakah terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam proses pengembangan Subsektor tanaman dan bahan makanan di Kecamatan Pollung?

3) Apa strategi pengembangan subsektor tanaman pangan yang tepat guna meningkatkan perekonomian masyarakat Kecamatan Pollung?

1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keadaan sektor pertaniaan Kecamatan Pollung sebagai daerah pertaniaan

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan pengembangan subsektor tanaman dan bahan makanan di Kecamatan Pollung 3. Untuk mengetahui strategi pengembangan subsektor tanaman pangan yang


(20)

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dan masukan dalam melakukan perencanaan strategi pengembangan sektor pertanian di Kecamatan Pollung

2. Bagi peneliti selajutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan pendukung penelitian.

3. Bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Derpartemen Ekonomi Pembangunan, penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran sebagai bentuk kontribusi terhadap pengembangan dunia pendidikan.

4. Bagi penulis, penelitian ini merupakan wadah menuangkan ide ide kreatif penulis untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi dan pengembangan dunia pendidikan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Sektor Pertanian.

2. 1. 1 Pengertian Pertanian

Pertanian merupakan kegiatan dalam usaha mengembangkan (reproduksi) tumbuhan dan hewan dengan maksud supaya tumbuh lebih baik untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pertanian juga sebagai jenis usaha atau kegiatan ekonomi berupa penanaman tanaman atau usahatani (pangan, holtikultura, perkebunan, dan kehutanan), peternakan (beternak) dan perikanan (budidaya dan menangkap). Sementara petani adalah orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan hidupnyya di dalam bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha pertanian, peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut (Surahman et al, 1999:7). Sektor pertanian memiliki cabang-cabang sektor atau sub sektor yangmembentuk sektor pertanian tersebut. Sub sektor tersebut adalah sub sektortanaman pangan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan danhasilnya, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan.Pembagian sub sektor tersebut sama hal nya terkait definisi pertanian itusendiri. Menurut BPS (2003), pertanian adalah semua kegiatan yang meliputipenyediaan komoditi tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan,kehutanan, dan perikanan. Semua kegiatan penyediaan tanaman bahan makanan,perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan itu dilakukan secara sederhana,yang masih menggunakan peralatan tradisional.


(22)

2. 1. 2 Ekonomi Pertanian

Ekonomi pertanian telah berkembang sesuai dengan ilmu dasar yang mendukungnya, seperti ekonomika (mikro dan makro), statistika, matematika, dan ekonometrika. Selain itu, ekonomika pertanian pun merupakan kelompok ilmu ilmu kemasyarakatan (sosial sciences), yaitu ilmu yang mempelajari perilaku serta hubungan antar manusia. Perilaku yang dipeljari bukan hanya mengenai perilaku manusia secara sempit misalnya perilaku petani, nelayan, dan peternak dalam kehidupanya, tatapi mencakup persoalan ekonomi lainnya yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan produksi atau penangkapan, pemasaran, dan konsumsi.

Ilmu ekonomi pertanian dapat diberi definisi sebagai ilmu yang berurusan dengan azas yang mendasari keputusan petani dalam menghadapi masalah yang diproduksi, bagaimana memproduksi, apa yang dijual, bagaimana menjual agar petani memperoleh keuntungan terbesar sesuai dengan kepentingan masyarakat keseluruhan. (Widodo, 1993 : 3). Menurut Mubyarto (1995 : 5), ilmu ekonomi pertanian sebagai bagian ilmu ekonomi umum yang mempelajari fenomena fenomena dan persoalan persoalan yang berhubungan dengan pertanian, baik mikro maupun makro. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekonomi pertanian merupakan fenomena fenomena atau persoalan kehidupan dalam masyarakat pertanian (petani, nelayan, dan peternak) dengan menggunakan teori ekonomika (mikro dan makro), statistik, matematika, dan ekonomimetrika sebagai dasar pengambilan keputusan,


(23)

mulai dari masalah pengadaan seprodi, produksi, pemasaran, masalah pendapatan sampai dengan masalah konsumsi.

2. 1. 3 Masalah Masalah Ekonomi Pertanian

Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani, nelayan, dan peternak. Secara umum, masalah tersebut bisa berhubungan langsung dengan produksi (bercocok tanam, penangkapan dan beternak) dan pemasaran hasil hasil pertanian. Dilihat dari segi ekonomi pertanian, keberhasilan produksi/panen oleh petani dengan tingkat harga yang diterima untuk hasil produksinya tersebut merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku kehidupan petani. Ada beberapa persoalan yang biasa dihadapi oleh petani antara lain sebagai berikut :

a) Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen sedangkan pengeluaran harus diadakan setiap hari, setiap minggu atau kadang kadang dalam waktu yang mendesak sebelum panen.

b) Petani hanya dapat menyimpan hasil panen yang besar untuk dijual sedikit demi sedikit pada waktu keperluannya tiba. Namun, karena padatnya penduduk maka lahan milik petani menjadi sangat sempit sehingga hasil bersih tidak cukup hidup layak sepanjang tahun.

c) Yang sangat merugikan petani adalah pengeluaran yang besar kadang kadang tidak dapat diatur dan ditunggu sampai panen tiba, misalnya kematian dan pesta perkawinan. Dalam hal tersebut, petani sering menjual tanaman pada saat masih hijau disawah atau dikebun. Penjualan tersebut sering disebut ijon sehingga harga yang diterima jauh lebih rendah.


(24)

d) Petani memerlukan keperluan besar, misalnya memperbaiki rumah membeli pakaian atau sepeda. Hal ini hanya dapat dipenuhi pada masa panen. Namun, umumnya harga hasil pertanian rendah saat panen. Jika hal ini terjadi, sebenarnya petani mengalami dua kali terpukul, yaitu pertama harga hasil panen rendah dan kedua petani harus menjual lebih banyak untuk mencapai uang yang diperlukan.

2. 1. 4 Model Ekonomi Pertanian

Pada hakikatnya model alur dari ekonomi pertanian dimulai dari komoditas pertanian yang diproduksi kemudian didistribusikan kepasar(terjadi interaksi antara permintaan/demand dan produksi penawaran / supply komoditas pertanian. Disini kegiatan pemasaran pertanian (marketing agriculture) terjadi. Selanjutnya, dari kegiatan tersebut akan diperoleh pendapatan (income), baik dari pendapatan usaha tani maupun pendapatan rumah tangga. Pengeluaran usaha tani ini akan tersalurkan kembali kegiatan atau usaha produksi (uasahatani melaut, dan beternak ).

Berikut Model Alur ekonomi pertanian

Komoditas Pertanian (arriculture Comodity)

Produksi Komoditas Pertanian (Agriculture commodity production)

Pasar (markets) Penawaran (Supply)


(25)

Secara singkat paparan model alur ekonomi pertanian dibagi menjadi empat bagian yaitu:

1. Produksi komoditas pertanian

Produksi komoditas pertanian (agriculture commodity production ) terdiri dari :

• Proses dan produksi budi daya komoditas pertanian yang dimulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan panen.

• Faktor faktor yang mempengaruhi produksi komoditas pertanian yaitu lahan pertanian, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, bibit, teknologi, menejemen. • Ekonomika produksi dalam pertanian yaitu profit maximum dan cost minimum, fungsi produksi, hubungan antara faktor produksi komunitas pertanian, hubungan antara hasil produksi dengan profit maximum.

2. Permintaan dan penawaran komoditas pertanian

Permintaan komoditas pertanian terdiri atas permintaan (demand) dan permintaan komoditas pertanian(argiculture commodity pertanian); faktor faktor

Pendapatan Rumah Tangga Tani

Pendapatan Luar Usahatani Pendapatan Usaha Tani


(26)

yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian; faktor bukan harga terhadap penawaran komoditas pertanian (harga komoditas komoditas pertanian lain, yaitu komoditas subsitusi, komoditas komplementer, dan komoditas netral, dan elasitas permintaan komoditas pertanian. Sementara itu, penawaran komoditas pertanian terdiri atas komoditas penawaran (supply) dan penawaran komoditas pertanian (agriculture comodity supply); faktor faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas pertanian; faktor bukan harga terhadap penawaran komoditas pertaniaan (harga komoditas pertaniaan lain, biaya untuk memperoleh faktor produksi komoditas pertanian, tujuan tujuan perusahaan pertanian, tingkat teknologi dan cuaca); dan elasitas penawaran komoditas pertanian atau dikenal elasitas produksi dan keseimbangan komoditas pertanian.

3. Pemasaran Komoditas Pertanian

Pemasaran komoditas pertanian terdiri dari pasar dan pemasaran komoditas pertanian; pendekatan sitem, fungsi, dan kegunaan pemasaran komoditas pertanian; lembaga dan saluran pemasaran komoditas pertanian; biaya dan keuntungan pemasaran komoditas pertanian; serta efisiensi pemasaran komoditas terdiri dari margin pemasaran (margin, distribusi margin, share, dan faktor faktor yang mempengaruhi margin pemasaran), integrasi pasar, dan elastisitas transmisi harga. 4. Usaha serta pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani

Usaha terdiri atas pengertian usahatani; klasifikasi usaha tani; pengeluaran usaha tani; penerimaan usaha tani, pendapatan usahatani; pendapatan rumah tangga terdiri dari pendapatan usaha tani dan luar usahatani; pengeluaran rumah tangga


(27)

petani terdiri dari pengeluaran rumah tangga dan usahatani, serta faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani.

2. 2 Strategi Pengembangan Pertanian. 2. 2. 1 Konsep Strategi

Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir (sasaran). Tetapi, strategi bukanlah sekedar suatu rencana. Strategi ialah rencana yang disatukan, strategi mengikat semua bagian perusahaan menjadi satu. Strategi itu menyeluruh dan meliputi semua aspek penting perusahaan. Strategi itu terpadu, yakni semua bagian rencana serasi satu sama lain dan bersesuaian. Strategi haruslah dilakukan dengan terlebih dahulu adanya perencanaan strategi dan kemudian implementasi strategi tersebut.

Tujuan utama dari rencana strategi adalah untuk mengembangkan kesepakatan awal tentang seluruh upaya rencana strategi dan langkah - langkah perencanaan yang utama di antara orang - orang penting pembuat keputusan atau pembuat opini internal dan juga pihak eksternal jika dipandang relevan untuk dilibatkan. Konsep perencanaan strategi dikemukakan oleh Olsen dan Eadie (1982:4) mengatakan bahwa perencanaan strategi sebagai upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi, apa yang dikerjakan organisasi dan mengapa organisasi


(28)

mengerjakan hal seperti itu. Pernyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa perencanaan dapat memfasilitasi komunikasi dan partisipasi, mengakomodasi kepentingan dan nilai yang berbeda, dan membantu pembuat keputusan secara tertib maupun keberhasilan implementasi keputusan.

Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Implementasi strategi diperlukan untuk memperinci secara lebih jelas dan tepat bagaimana sesungguhnya pilihan strategi yang telah diambil direalisasikan. Implementasi adalah operasional dari berbagai aktivitas guna mencapai sasran tertentu. Sifat dari suatu implementasi adalah tidak dapat beroperasi tanpa adanya faktor - faktor internal dan faktor - faktor eksternal yang selalu mempengaruhinya. 2. 2. 2. Strategi Dalam Pertanian

Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan berdasarkan analisa terhadap faktor internal dan eksternal. Strategi disesuaikan dengan tujuanakhir sedangkan taktik berkaitan dengan tujuan antara. Dalam organisasibisnis, strategi adalah cara untuk mencapai laba yang besar sebaliknya dalam organisasi nonbisnis strategi adalah cara untuk memuaskan anggotanya (Sjafrizal, 2008). Dalam pertanian, strategi merupakan cara yang dilakukan untuk mengembangkan sector pertanian untuk memperoleh hasil produksi yang lebih besar dan hasil produksi yang lebih unggul. Strategi pengembangan pertanian yang ada saat ini diantaranya :


(29)

a) Pembangunan pertanian wajib mengedepankan riset dan pengembangan (R&D), terutama yang mampu menjawab tantangan adaptasi perubahan iklim.

b) Integrasi pembangunan ketahanan pangan dengan strategi pengembangan energi, termasuk energi alternatif. Strategi ini memang baru berada pada tingkat sangat awal sehingga Indonesia tidak boleh salah melangkah.

c) Pembangunan pertanian perlu secara inheren melindungi petani produsen (dan konsumen). Komoditas pangan dan pertanian mengandung risiko usaha seperti faktor musim, jeda waktu (time-lag), perbedaan produktivitas dan kualitas produk yang cukup mencolok. Mekanisme lindung nilai (hedging), asuransi tanaman, pasar lelang dan resi gudang adalah sedikit saja dari contoh instrumen penting yang mampu mengurangi risiko usaha dan ketidakpastian pasar. Operasionalisasi dari strategi ini, perumus dan administrator kebijakan di tingkat daerah wajib mampu mewujudkannya menjadi suatu langkah aksi yang memberi pencerahan kepada petani, memberdayakan masyarakat, dan memperkuat organisasi kemasyarakatan untuk mampu berperan dalam pasar berjangka komoditas yang lebih menantang.

Pembangunan pertanian tidak hanya berhenti sampai proses produksi, pemasaran produk pertanian menjadi pekerjaan dan tugas berikutnya yang tidak mudah. Produk pangan utama, misalnya beras, mungkin relatif mudah untuk menemukan pasar karena pasti akan diperlukan, setidak-tidaknya di dalam negeri. Persoalan muncul ketika kita berhadapan dengan pemasaran produk-produk bukan


(30)

pangan utama, khususnya hortikultura, terlebih lagi di pasaran internasional. Tekanan persaingan dengan negara-negara produsen lain, termasuk di dalamnya tekanan akibat regulasi perdagangan dunia yang diterapkan di zona-zona ekonomi tertentu, menambah kesulitan di dalam menemukan pasar bagi produk pertanian Indonesia.

2. 3. 1. Pengertian Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian diartikan sebagai proses yang ditujukan untuk selalu menambah produk pertanian untuk tiap konsumen sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar campur tangan manusia didalam perkembangbiakan tumbuhan dan hewan. Penambahan produksi, pendapatan maupun produkvitas itu berlangsung terus, sebab apabila tidak, berarti pembangunan berhenti (Surahman dan Sutrisno, 1997). Ada tiga tahap perkembangan pembangunan pertanian yaitu :

1. Pertanian tradisional yang produktivitasnya rendah.

2. Tahap penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi dimana produk pertanian sudah ada yang dijual kesektor komersial, tatapi pemakaian modal dan teknologi masih rendah.

3. Tahap yang menggambarkan pertanian modern yang produktivitasnya sangat tinggi yang disebabkan oleh pemakaian modal dan teknologi yang sangat tinggi juga. Pada tahap ini produk pertanian seluruhnya ditujukan untuk melayani kebutuhan pasar komersial (Arsyad, 2004).


(31)

Pembangunan sebaiknya ditekankan pada wilayah pedesaan dan lebih khusus lagi pada sektor pertanian, hal ini karena beberapa alasan yaitu :

a) Pertanian merupakan sektor yang bertanggung jawab menyediakan kebutuhan pangan masyarakat sehinggga ekssitensinya muthlak diperlukan.

b) Sektor pertanian ikut menyediakan bahan baku bagi sektor industri sehingga aktivitas industri dapat terus berlangsung.

c) Sektor pertanian memberikan kontribusi bagi pendapatan

d) Sektor pertanian merupakan sektor yang menyediakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja di pedesaan (Yustika, 2002)

2. 3. 2 Paradigma Pembangunan Pertanian

Paradigma dalam pembangunan pertanian pada masa mendatang ini dan yang perlu mendapatkan perhatian para perencana dan pelaksana pembangunan pertanian adalah sebagai berikut :

a. Dari Sentralisasi ke Desentralisasi.

Para perencana dan pelaksana pembangunan pertanian didaerah perlu diberikan wewenang yang lebih luas dalam merencanankan daerahnya, karena mereka yang lebih mengetahui potensi dan kendala daerahnya. Karena aparat perencanaan didaerah umumnya relative masih lemah, maka bantuan tenaga ahli perguruan tinggi sebaiknya perlu dilibatkan. Untuk menguatkan pendapat ini tampaknya peranan instansi didaerah sudah waktunya mulai diperbesar. b. Dari Pendekatan Komoditas Ke Sumber Daya.


(32)

Para perencana dan pelaksana pembangunan pertanian sekarang sebaiknya tidak boleh lagi berpikir persial; akan tetapi harus berpikir holistic. Pendekatanya bukan bagaimana semata mata produksi komoditas pertanian tertentu dicapai (misalnya pendekatan target produksi); tetapi harus pula memikirkan pengaruh kenaikan produksi tersebut keaspek kehidupan yang lain misalnya bagiman pengolahanya, pengaruhnya terhadap eksitensi komoditas lain, multipler-effect-nya terhadap sumber daya setempat dan sebagainya.

c. Dari Peningkatan Pendapatan Petani ke Peningkatan Kesejahtraan Masyarakat Pedesaan.

Oleh karena pendapatan petani kecil juga berasal dari kegiatan nonpertanian dank arena pendapatan masyarakat pedesaan sebagian besar juga didasrkan pada pendapatan yang berkaitan dengan kegiatan disektor pertanian dan sejenisnya, maka orientasi pembangunan pertanian tidak lagi memperhatikan petani saja tetapi juga perlu memperhatikan masyarakat pedesaan secara luas. Karena petani dipedesaan khusunya petani kecil sangat bergantung dari pendapatan disektor nonpertanian sehingga kaiatan keberhasilan sektor pertanian dan sektor non pertanian jadi sangat kental.

d. Dari pendekatan skala subsisten ke skala komersial.

Pembangunan pertanian perlu mempertimbangkan skala usaha. Petani kecil perlu diarahkan berusaha tani pada skala usaha yang memnguntungkan(Soakartawi, 1989c, 1991c). Aspek manajerial terus


(33)

menjadi penting dalam kaitanya dengan skala usaha yang menguntungkan ini dan karenanya yang diperlukan bukan doing the right things saja, tetapi juga sekaligus memperhatikan doing the things right.

e. Dari pendekatan Teknologi Padat Karya ke Penggunaan Alat atau Mesin. Selama ini selalu dijadikan alasan bahwa semua kegiatan agrobisnis perlu menggunakan pendekatan padat karya dengan alasan agar kegiatan tersebut dapat menyerap banyak tenaga kerja. Namun tidak disadari bahwa padat karya tanpa menggunakan alat atau mesin, maka agribisnis tersebut tidak akan menghasilkan produk yang mempunyai keunggulan komperatif.

f. Dari Pendekatan Komoditas Primer ke Komoditi Yang Mempuyai Nilai Tambah Tinggi.

Salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah adalah melaksanakan diversivikasi. Untuk itu, aspek diversifikasi menjadi penting, apakah itu diversifikasi horizontal ataupun vertical. Para perencana dan pelaksana pembangunan pertanian perlu bekerja keras untuk menganjurkan komoditi apa yang mempuyai nilai tambah lebih itu. Perlu diingat karena produk pertanian itu spesifik, maka perwilayahan komoditi menjadi amat penting, yaitu perwillayahan komodity yang disesuaikan dengan daya dukung sumber daya yang ada. Diversifikasi vertical adalah upaya penganekaragaman produk pertanian dari hasil olahan produk tersebut, dan diversivikasi horizontal adalah penganeka ragaman usaha tani dengan cara mengintrodusir berbagai cabang usahatani agar produknya mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi.


(34)

g. Dari pendekatan “ Tarik Tambang” ke “ Dorong Gelombang”.

PERHEPI(1989a, b) pernah melontarkan gagasan pendekatan ini”. Tarik tambang” maksud teori ini adalah Investasi diarahkan didaerah yang mempuyai potensi dikembangkan sehingga muncul daerah tertentu yang berkembang cepat tetapi daerah lain tertinggal. Model ini akhirnya justru ditenggarai memperlebar ketimpangan dan karenanya pendekatan tersebut perlu diikuti dengan policy investasi “dorong gelombang” yang maksudnya daerah tertinggal perlu didorong untuk berkembang agar dapat mengikuti daerah yang lebih maju.

h. Dari Pendekatan Peran Pemerintah yang Dominan ke Peran Masyarakat yang Lebih Besar.

Partipasi masyarakat ini perlu terus ditingkatkan pada proyek proyek pembangunan pertanian pada masa mendatang. Bila pendekatan ini berhasil, maka beban pemerintah dalam pembanguanan akan semakin berkurang. 2. 4 Penelitian Terdahulu

Sadikh iksan dan Artahnan Aid ( 2011 ) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul analisis swot untuk merumuskan strategi pengembangan komoditas karet dikabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah yang berkesimpulan bahwa hasil perhitungan nilai total dari faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor strategis eksternal, yaitu berturut-turut sebesar 6, 13 dan 5, 97 menunjukkan indikasi bahwa komoditas karet menduduki posisi strategis yang cukup kuat untuk terus


(35)

dikembangkan. Berdasarkan analisis SWOT yang dibuat beberapa strategi dapat diajukan terkait dengan pengembangan komoditas dimaksud yaitu:

1. Peningkatan produksi melalui tindakan intensifikasi, ekstensifikasi, dan peremajaan;

2. Dalam program peremajaan perbaikan bahan tanam agar diprioritaskan melalui penyediaan bibit unggul karena dalam jangka panjang berpengaruh pada produktivitas dan kualitas produk;

3. Penerapan program intensifikasi ditunjang oleh penyediaan sarana produksi sesuai dengan keperluannya dengan jumlah, tempat, dan waktu yang tepat, serta tindakan penyuluhan untuk mengintroduksi teknologi barutepat guna serta hal-hal yang terkait dengan program intensifikasi;

4. Peningkatan akses petani produsen atas lembaga dan sumber finansial khususnya untuk membantu memberikan solusi atas kendala finansial yang potensial terjadi pada program peremajaan serta pemeliharaan TBM; 5. Pertahankan peruntukkan lahan untuk komoditas unggulan (karet).

6. Tetap menjaga insentif harga di tingkat petani sepanjang memungkinkan untuk menjamin pendapatan serta meningkatkan kesejahteraan petani; 7. Pemeliharaan dan pengembangan infrastruktur: jalan dan pelabuhan (antar

pulau) untuk keperluan mempertahankan serta merintis akses pasar atas produk yang dihasilkan.

Dalam jurnal Tiurna Mariani Haloho (2009) yang berjudul strategi pengembangan agrobisnis kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan sumatra utara


(36)

yang berkesimpulan bahwa hasil analisis terhadap faktor internal dalam Pengembangan Agribisnis Kopi di Humbang Hasundutan, menunjukkan faktor kekuatan (keadaan sumberdaya manusia, ketersediaan lahan, keamanan berusaha, akses transportasi, keadaan sumberdaya alam) mampu mengatasi faktor kelemahan (penggunaan teknologi tradisional, ketersediaan dana, lembaga pembina, penelitian, dan pelatihan, pemasaran kopi, dukungan kebijakan pemerintah daerah dan pelaksanaanya, industri pengolahan kopi, kemitraan usaha, bibit kopi bermutu pengendalian hama penyakit dan pemeliharaan) yang dimiliki kawasan tersebut. Hal itu ditunjukkan oleh nilai bobot skor faktor kekuatan yang lebih besar dari bobot skor kelemahan yakni sebesar 1, 338 untuk faktor kekuatan dan 0, 992 untuk faktor kelemahan. Secara umum menunjukkan bahwa Pengembangan Agribisnis Kopi dibawah rata-rata dalam kekuatan internalnya secara keseluruhan, hal ini ditunjukkan dengan total nilai bobot skor 2, 330. Ini berarti berarti Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian Subdinas Perkebunan dan masyarakat/petani secara internal (kekuatan dan kelemahan) belum baik (kuat), dalam upaya pengembangan kopi di Humbang Hasundutan. Hasil analisis eksternal yang menjadi peluang yaitu otonomi daerah tumbuhnya asosiasi, pasar yang masih terbuka baik domestik maupun diluar kawasan, tumbuhnya CU, perdagangan bebas, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dan permintaan kopi organik. Faktor peluang tersebut memiliki bobot skor sebesar 1, 928. Pertumbuhan ekonomi, ketidakpastian iklim global, fluktuasi harga kopi, penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan, kopi sejenis dari wilayah lain, penguasaan lahan kopi oleh pihak luar merupakan faktor ancaman bagi


(37)

Pengembangan Agribisnis Kopi dengan bobot skor 0, 841 serta nilai total bobot skor 2, 769, berarti secara eksternal Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian Subdinas Perkebunan dan masyarakat/petani telah merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang dimiliki, yang berarti bahwa faktor peluang eksternal dalam upaya Pengembangan Agribisnis Kopi di Humbang Hasundutan dapat mengatasi ancaman yang dihadapinya dan dapat mengambil peluang sebaik mungkin.

Dalam jurnal perencanaan strategi pengembangan industri rumah tangga gula kelapa (studi kasus industri rumah tangga gula kelapa desa Geleduk) oleh Azmi alvian gabriel, Imam santoso dan Dhyta Merita Ikasari (2009) menyimpulkan bahwa : 1. Pengembangan strategi penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk merupakan alternatif strategi yang tepat untuk dikembangkan dan diterapkan dalam upaya pengembangan industri rumah tangga gula kelapa Desa Gledug Kabupaten Blitar.

2. Pembentukan ikatan kerjasama dengan lembaga pengembangan industri merupakan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan IRT gula kelapa Desa Kabupaten Blitar.

2. 5 Kerangka Konseptual

Untuk menentukan strategi pengembangan subsektor tanaman pangan di Kecamatan Pollung, maka terlebih dahulu akan dilihat keadaan subsektor tanaman pangan Kecamatan Pollung untuk dapat menentukan faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan sektor pertanian itu sendiri, yaitu berupa kekuatan


(38)

dan kelemahan yang bersumber subsektor tanaman pangan Kecamatan Pollung (secara internal), ataupun berupa peluang dan tantangan yang datang dari luar tiap tiap sub sektor pertanian Kecamatan Pollung (secara eksternal). Dengan demikian, setelah mengetahui faktor pendukung dan penghambat tiap subsector baik secara internal maupun eksternal, maka dapat dibuat strategi pengembangan subsektor tanaman pangan pertanian yang baik guna meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat Kecamatan Pollung. Berikut tampilan model kerangka konseptual dalam menentukan strategi pengembangan sektor pertanian Kecamatan Pollung.

Faktor Internal: Kekuatan dan kelemahan

Faktor Eksternal: Peluang dan Tantangan

ANALISIS STRATEGIS PENGEMBANGAN Keadaan Sektor Pertanian

Kecamatan Pollung

Subsektor Tanaman Bahan Pangan


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Jenis penelitian

Penelitian ini menganalisis tentang bagaimana menetukan strategi pengembangan sektor pertanian di Kecamatan Pollung dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

3. 2 Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan dengan waktu sejak bulan juli sampai bulan Desember 2014

3. 3 Batasan Operasional

Batasan yang akan diteliti dalam penelitian ini diantaranya faktor internal (kekuatan dan kelemahan), faktor eksternal (peluang dan tantangan) dan strategi pengembangan sektor pertanian di Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan.

3. 4 Definisi Operasiaonal

1. Kekuatan (strength) adalah segala sesuatu yang berupa kelebihan dan kebaikan yang bersumber dari sektor pertanian Kecamatan Pollung sebagai daerah pertanian.

2. Kelemahan (weakness) adalah segala sesuatu yang berupa kekurangan dan hambatan yang bersumber dari Kecamatan Pollung (kondisi internal) sebagai daerah pertanian.


(40)

3. Peluang adalah kondisi yang muncul dari luar wilayah Kecamatan Pollung (eksternal) berupa kesempatan (opportunity) yang dapat membantu pengembangan sektor pertanian di Kecamatan Pollung.

4. Tantangan adalah kondisi yang muncul dari luar wilayah Kecamatan Pollung (eksternal) berupa ancaman atau hal hal yang dapat menghambat pengembangan sektor pertanian di Kecamatan Pollung.

Strategi adalah bentuk rencana, cara, ataupun kebijakan yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Pollung untuk mengembangkan sektor pertanian guna meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat Kecamatan Pollung.

3. 5. Populasi dan Sampel Penelitian.

Pengertian Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri cirinya akan dianalisis. Sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian dengan karakteristik yang sama. Penelitian menggunakan jenis populasi terhingga yang dimana populasinya ialah sekumpulan objek penelitian ini dengan julah tertentu (Andi, 2008). Populasi dalam penelitian ini meliputi jumlah rumah tangga subsektor tanaman pangan di kecamatan Pollung yaitu 3775 menurut hasil sensus pertanian 2013.

Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan sebagai bahan penelahan dengan harapan dari contoh yang diambil dari populasi dapat mewakili terhadap populasinya. Sampling yaitu cara pengambilan sampel baik dari jumlah maupun modelnya yang mewakili populasinya (Andi, 2008). Penelitian ini enggunakan


(41)

judgement sampling yang merupakan purposive sampling.Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini di hitung dengan rumus slovin yaitu

Dimana

n: jumlah sampel N: jumlah populasi

e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Dalam penelitian ini, batas toleransi kesalahan 10%,maka jumlah sampel : Berikut adalah kriteria sample bagi penelitian ini:

� = 3775

3775(0.1)2 + 1

Maka total jumlah sampel dalam penelitian ini ada 97,41 atau dibulatkan 97 1. Responden berada dalam usia dewasa.

2. Responden mampu memahami kuisioner penelitian.

3. Responden berasal dari keluarga yang bekerja pada sektor pertanian di Kecamatan Pollung.

4. Dalam melakukan wawancara satu keluarga hanya diwakili satu responden. 3. 6 Jenis dan Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekundder. Data primer diperoleh dari pemyebaran kuisioner kepada masyarakat petani. Dan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Humbang Hasundutan.


(42)

3.7Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data primer yaitu sejumlah jawaban dari kuisioner yang diberikan kepada masyarakat petani yang telah dipilih dan juga metode kepustakaan yaitu berasal dari berbagai sumber penelitian terdahulu, BPS daerah Kabupaten Humbang Hasundutan dan berbagai buku yang berkaitan dengan judul penelitian.

3. 8Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis SWOT yaitu singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), dan threat (tantangan). Analisis ini akan mengidentifikasi faktor internal dalam pengembangan sektor pertanian di Kecamatan Pollung, dan faktor eksternal yang muncul dari luar Kecamatan Pollung. Jadi, dengan menggunakan analisis SWOT akan diperoleh suatu strategi yang tepat dan cocok dalam pengembangan sektor pertanian di Kecamatan Pollung, yaitu dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang yang ada, serta dengan meminimalisir kelemahan dan anca


(43)

1. Mengidentifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Sebelum melakukan analisis terhadap lingkungan usaha (faktor - faktor eksternal dan kondisi sumber daya (faktor - faktor internal) perlu diperhatikan sifat faktor eksternal dan internal.

a. Faktor Internal (Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan)

Kekuatan (strength) adalah segala sesuatu yang bagus yang dapat diperbuat oleh perusahaan, atau suatu karakteristik yang memiliki kapabilitas penting. Kekuatan ini dapat berupa keahlian (skill), keunggulan / kompetensi inti (core competence), sumber daya, kemampuan bersaing, teknologi superior, dan lain - lain. Kelemahan (weakness) adalah segala sesuatu yang merupakan kekurangan perusahaan, atau suatu kondisi yang tidak menguntungkan perusahaan. Perusahaan harus dapat menggunakan kekuatannya untuk

Faktor Eksternal Faktor Internal

• Mengembangkan daftar peluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman yang perlu dihindarkan.

• Tidak bertujuan

mengembangkan daftar panjang dan lengkap semua faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pencapaian misi dan visi.

• Mengenali faktor - faktor kunci saja dan menawarkan respons yang mungkin dilakukan.

• Semua organisasi mempunyai

kekuatan dan kelemahan, tidak satupun yang kuat atau lemah di segala bidang.

• Tidak mungkin melakukan peninjauan semua bidang fungsional organisasi (pemasaran, keuangan, akunting, manajemen, sistem akuntansi komputer, produksi dan operasi) dan sub – bidang secara mendalam.

• Mengenali faktor – faktor kunci saja dan menawarkan respons yang mungkin dilakukan.


(44)

memenangkan persaingan. Sedangkan kelemahan yang ada, harus diperbaiki. Strategi dibangun berdasarkan kekuatan perusahaan dan apa yang terbaik yang dapat diperbuat oleh perusahaan, serta berusaha menghindari kelemahan dan kekurangmampuan perusahaan.

b. Faktor Eksternal (Identifikasi Peluang dan Tantangan)

Peluang pasar merupakan faktor terbesar yang membentuk strategi perusahaan. Peluang industri berbeda dengan peluang perusahaan. Tidak semua perusahaan bisa memanfaatkan peluang industri. Hal ini tergantung dengan posisi dan kemampuan perusahaan dalam mengejar peluang yang ada. Peluang dan tantangan tidak hanya mempengaruhi daya tarik dari suatu situasi perusahaan, tetapi intinya diperlukan untuk pelaksanaan suatu strategi. Untuk bisa cocok dan sesuai dengan situasi perusahaan, strategi harus ditujukan untuk mencapai peluang dan sesuai dengan kapabilitas perusahaan. Pentingnya analisis SWOT menyangkut evaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan, serta menggambarkan kesimpulan mengenai daya tarik situasi perusahaan untuk pelaksanaan suatu strategi (strategic action). 2. Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Evaluasi Faktor Eksternal

(EFE)


(45)

Evaluasi faktor - faktor internal untuk diidentifikasi, apakah faktor - faktor tersebut merupakan kekuatan atau kelemahan dan untuk kemudian diberi bobot dan peringkat, melalui langkah - langkah sebagai berikut: 1) Identifikasi faktor - faktor kunci internal mana saja yang merupakan

kekuatan dan beri tanda “v” pada kolom kekuatan apabila faktor tersebut menjadi kekuatan, dan beri tanda “v” pada kolom kelemahan apabila faktor tersebut menjadi kelemahan dalam usaha pengembangan subsektor tanaman pangan.

Tabel 3. 1. Analisis Faktor Internal

No. Faktor Internal Kekuatan Kelemahan

1. ... ... 9.

Keadaan Tanah

2) Tentukan nilai rating terhadap faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dalam pengembangan subsektor tanaman pangan Kecamatan Pollung. Penentuan nilai rating berdasarkan pada keterangan berikut:


(46)

Identitas Kepentingan Pengertian nilai

4

3

2

1

Jika faktor tersebut berpengaruh sangat besar/kekuatan dalam pengembangan subsektor tanaman pangan Kecamatan Pollung

Jika faktor tersebut berpengaruh besar/kekuatan kecil dalam pengembangan subsektor pangan Kecamatan Pollung

Jika faktor tersebut kurang berpengaruh/kelemahan kecil dalam pengembangan subsektor tanaman pangan di Kecamatan Pollung

Jika faktor tersebut tidak berpengaruh/kelemahan dalam pengembangan subsektor tanaman panagan di Kecamatan Pollung

Tabel 3. 2. Nilai peringkat (Rating) Faktor Internal

No. Faktor Internal Rating

1. ... ... 9.

3) Beri bobot untuk setiap faktor dengan menggunakan skala 1, 2, dan 3. Pemberian nilai skala dilakukan pada perbandingan berpasangan antar 2 faktor secara relatif berdasarkan kepentingan dan pengaruh terhadap perkembangan sektor pertanian di Kecamatan Pollung. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah:

1 = jika indikator horisontal kurang penting dari pada indikator vertikal. 2 = jika indikator horisontal sama pentingnya dengan indikator vertikal.


(47)

3 = jika indikator horisontal lebih penting indikator vertikal. Tabel 3. 3. Matriks Faktor Internal

No. Faktor Internal

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Kondisi tanah dan klimatologis untuk sektor pertanian.

2. ... 9.

4) Setelah semua faktor - faktor kunci internal diberi nilai rating, nilai tersebut dijumlah, dan bobot untuk suatu faktor kunci internal adalah nilai skala yang diberikan kepada faktor dibagi dengan jumlah nilai skala semua faktor. Dan apabila semua bobot faktor - faktor kunci internal dijumlahkan, akan diperoleh nilai 1. Faktor - faktor yang diberi nilai lebih besar daripada nol hendaknya faktor yang benar - benar mempunyai pengaruh yang signifikan.

5) Hasil identifikasi faktor - faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel matriks evaluasi faktor internal (EFI) untuk diberi skor: bobot x rating. Skor faktor - faktor internal yang merupakan kekuatan dan yang merupakan kelemahan, masing - masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan.


(48)

b. Melakukan Pembobotan Terhadap Faktor Eksternal

Evaluasi faktor - faktor eksternal diidentifikasi apakah faktor - faktor tersebut merupakan peluang atau ancaman dan untuk kemudian diberi nilai rating dan nilai bobot, melalui langkah - langkah sebagai berikut:

1) Identifikasi faktor - faktor eksternal mana saja yang merupakan peluang dan ancaman dan beri tanda “v” pada kolom peluang apabila faktor tersebut menjadi peluang, dan beri tanda “v” pada kolom ancaman apabila faktor tersebut menjadi ancaman dalam usaha pengembangan wisata.

Tabel 3. 4. Analisis Faktor Eksternal

No. Faktor Eksternal Peluang Ancaman

1. ... ... 9.

Keseriusan pemerintah dalam mengembangkan sektor pertanian.

2) Tentukan nilai rating terhadap faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan wisata Danau Toba di Kota Parapat. Penentuan nilai rating berdasarkan pada keterangan berikut:


(49)

Identitas Kepentingan

Pengertian nilai

4 3 2 1

Jika faktor tersebut berpengaruh sangat baik

Jika faktor tersebut berpengaruh baik Jika faktor tersebut berpengaruh sedang Jika faktor tersebut kurang berpengaruh

Tabel 3. 5. Nilai Peringkat (Rating) Faktor Eksternal

No. Faktor Eksternal Rating

1. ... ... 9.

Perkembangan teknologi dan informasi

3) Beri bobot untuk setiap faktor dengan menggunakan skala 1, 2, dan 3. Pemberian nilai skala dilakukan pada perbandingan berpasangan antar 2 faktor secara relatif berdasarkan kepentingan dan pengaruh terhadap perkembangan sektor pertanian di Kecamatan Pollung. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah:

1 = jika indikator horisontal kurang penting dari pada indikator vertikal. 2 = jika indikator horisontal sama pentingnya dengan indikator vertikal. 3 = jika indikator horisontal lebih penting indikator vertikal.


(50)

Tabel 3. 6. Matriks Faktor Eksternal No. Faktor

Eksternal

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Perkembangan teknologi dan informasi 2. Aksesibilitas ...

9.

4) Setelah semua faktor - faktor kunci eksternal diberi nilai rating, nilai tersebut dijumlah, dan bobot untuk suatu faktor eksternal adalah nilai skala yang diberikan kepada faktor dibagi dengan jumlah nilai skala semua faktor. Dan apabila semua bobot faktor – faktor eksternal dijumlahkan, akan diperoleh nilai 1. Faktor - faktor yang diberi nilai lebih besar daripada nol hendaknya faktor yang benar - benar mempunyai pengaruh yang signifikan.

5) Hasil identifikasi faktor - faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) untuk diberi skor: bobot x rating. Skor faktor - faktor eksternal yang merupakan peluang dan yang merupakan ancaman, masing - masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan.


(51)

3. Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Evaluasi Faktor Eksternal

(EFE)

Hasil identifikasi faktor - faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) untuk diberi skor: bobot x rating. Skor faktor – faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan yang merupakan kelemahan masing - masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan, sedangkan hasil identifikasi faktor - faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) untuk diberi skor: bobot x rating. Skor faktor - faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman masing - masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan. Berikut ditampilkan model hasil evaluasi faktor internal (EFI) dan evaluasi faktor eksternal (EFE) :

Tabel 3. 7. Model Hasil Evaluasi Faktor Internal (EFI)

Faktor Internal Bobot Rating Bobot x

Rating Kekuatan

(Strength) 1.

... 6.

Total skor kekuatan Kelemahan

(Weakness) 1.

... 3.


(52)

Total skor kelemahan Kekuatan-

Kelemahan (selisih)

Tabel 3. 8. Model Hasil Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating Peluang

(Opportunity) 1.

... 6.

Total skor peluang Ancaman (Threat) 1.

... 3.

Total skor ancaman

Peluang - Ancaman

Tabel 3. 9. Matriks SWOT IFAS

EFAS

Strength (S)

Tentukan faktor - faktor kekuatan internal

Weakness (W) Tentukan faktor - faktor kelemahan internal

Opportunity (O) Tentukan faktor -

faktor peluang eksternal Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi WO Ciptakan strategi ysng meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang


(53)

Threat (T)

Tentukan faktor - faktor ancaman eksternal

Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yanag meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

 IFAS: Internal Strategic Factors Analysis Summary  EFAS: External Strategic factors Analysis Summary


(54)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1Keadaan Pertanian Kecamatan Pollung Sebagai Daerah Pertanian.

4.1.1 Keadaan Geografis Kecamatan Pollung

Kecamatan Pollung merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan di kabupaten Humbang Hasundutan.Humbang Hasundutan yang merupakan Kabupaten yang terletak di Propinsi Sumatra Utara dengan luas wilayah 251.763,93 km yang letak geografisnya terletak pada garis 201-2028’Lintang Utara dan 98010- 98058’Bujur Timur. Kabupaten Humbang Hasundutanberbatasan langsung dengan Kabupaten Samosir di sebelah utara, KabupatenPakpak Bharat dan Kabupaten Tapanuli Utara di sebelah timur, KabupatenTapanuli Tengah di sebelah selatan, dan Kabupaten Dairi di sebelah barat.Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri 10 kecamatan yaitu Doloksanggul, Pollung, Baktiraja, Onanganjang, Pakkat, Paranginan, Parlilitan, Sijamapolang, Tarabintang.

Kecamatan Pollung yang merupakan salah satu kecamatan dari sepuluh kecamatan Humbang Hasundutan yang luas wilayahnya 32.736,46 ha dan berada1.000 – 1.500 m diatas permukaan laut.Secara astronomis daerah terletak antara dan sebelah utaraberbatasan dengan kabupaten Toba Samosir ,selatan kecamatan Dolok Sanggul, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan parlilitan dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bakti Raja.Berikut tabel desa desa di kecamatan pollung dan jumlah dusun tiap desa.


(55)

Tabel5.1 Desa dan Dusun di kecamatan Pollung

Sumber : BPS Humbang Hasundutan

Berdasarkan topografinya, Kecamatan Polung berada dijajaran Bukit Barisan dengan keadaan lereng umumnya berbukit dan bergelombang dan Kecamatan Pollung memiliki suhu berkisar 170C-290C dan rata-rata kelembaban udara (RH) sebesar 85,94 persen.

4.1.2 Keadaan Penduduk Kecamatan Pollung

Jumlah penduduk Kecamatan Pollung pada tahun 2013 adalah 17.785 jiwa yang terdiri 8.903 laki laki dan 8.882 perempuan yang tersebar pada 13 desa .Jumlah penduduk terbanyak terdapat di desa Sipituhuta 1985 jiwa sedangkan yang terkecil didesa Pardomuan dengan jumlah 447 jiwa.

4.1.3 Keadaan Sarana dan Prasarana

No Nama Desa Jumlah Dusun

1 Aek Nauli I 3

2 Aek Nauli II 3

3 Panduman 3

4 Sipituhuta 3

5 Parsingguran I 4

6 Parsingguran II 4

7 Pollung 3

8 Ria-Ria 5

9 Hutapaung I 3

10 Hutapaung II 4

11 Pardomuan 2

12 Hutajulu 3


(56)

Keadaan jalan raya di kecamatan pollung relatif sangat baik dimana seluruh desa di Kecamatan Pollung dapat dilalui dengan roda empat dengan keadaan jalan yang baik.Selain jalan,pasar sebagai fasilitas tempat pemasaran barang di wilayah Kecamatan Pollung ada satu, dengan hari raya pekan selasa. Pasar dapat mendukung petani untuk memperoleh sarana dan prasarana pertanian serta mempermudah pemasaran hasil pertaniannya ke pasar yang masih bisa dijangkau.

4.1.4 Keadaan Pertanian Kecamatan Pollung.

Subsektor tanaman dan bahan makanan merupakan subsector paling mendominasi dikecamatan Pollung.Hal ini di kuatkan dengan jumlah rumah tangga yang ada disubsektor tanaman dan bahan makanan di daerah ini 3775 rumah tangga dari 3944 rumah tangga yang ada.Melihat banyaknya jumlah rumah tangga di subsector tanaman dan bahan makanan, bukan berarti subsector yang lainnya tidak jalan didaerah ini,di daerah ini ada kecenderungan bahwa satu keluarga bukan hanya menetap mata pencariannya pada satu subsector saja,melainkan pada dua atau bahkan semua subsector pertanian,tetapi subsector tanaman dan bahan makanan tetap juga menjadi prioritas utama.Berikut ini keadaan pertanian tiap subsector pertanian kecamatan pollung :

4.1.4.1 Subsektor Tanaman Dan Bahan Makanan.

Subsektor ini merupakan subsector unggulan dikecamtan Pollung.Berikut adalah tabel subsector tanaman pangan jumlah produksi dan luas lahan :


(57)

Tabel.5.2 Jumlah Produksi dan Luas Lahan Subsektor Tanaman dan Bahan

Makanan (ha dan ton)

NO Subsektor Tanaman dan

Bahan Makanan

2011 2012 2013

Luas (ha) Jumlah Produksi(ton) Luas (ha) Jumlah Produksi(ton) Luas (ha) Jumlah Produksi(ton) 1 Padi sawah

dan Ladang

1243 5527,90 1219 5600.91 1324 5317,1

2 Jagung 40 164 20 82 45,5 289,5

3 Ubi kayu 15 424 20 632,70 18,5 303,75

4 Ubi jalar 12 144.60 10 122.88 27,5 352 5 Kacang

Tanah

7 10 11 15.50 34,5 40,8

6 Sayur sayuran 201 1476 192 4740,9 166,7 8833,65 7 Buah buahan 67 411,2 64,3 475,6 47,02 444,24 Sumber : Data bps

Produksi dan jumlah luas lahan tiap jenis tumbuhan naik dari tahun ke tahun berubah ubah.Untuk sayur sayuran ,jenis sayur sayuran yang ada pada kecamatan Pollung adalah sayur bawang daun, kentang, kubis, kacang panjang cabe dan tomat dan untuk jenis buah buahab terdiri dari jeruk,nenas,markisa,pisang dan Terung belanda

4.1.4.2 Subsektor Perkebunan.

Untuk subsector perkebunan,di kecamatan ini tidak banyak jenis tumbuhan perkebunan yang di tanam masyarakat.Di kecamatan ini ,hanya dua jenis perkebunan yaitu kopi dan kemenyan.Berikut adalah tabel jumlah produksi dan luas lahan di Kecamatan Pollung :


(58)

Tabel 5.3 Jumlah Produksi dan Luas Lahan Subsektor Perkebunan (ha dan ton)

NO Subsektor

Perkebunan

2011 2012 2013

Luas Produksi Luas Produksi Luas Produksi

1 Kopi 854,5 572,91 852,5 572,5 1290 853,9

2 Kemenyan 620,5 51 653,5 53 363,3 36,93

Sumber : BPS Humbang Hasundutan 4.1.4.3 Subsektor Peternakan

Subsektor peternakan bukanlah subsector yang diunggulkan di Kecamatan ini,dan tidak satupun rumah tangga di Kecamatan ini yang focus untuk peternakan.Berikut tabel subsector peternakan di Kecamatan Pollung :

Tabel 5.4 Jumlah subsector pertanian menurut jenisnya (dalam ekor)

NO Subsektor Peternakan 2011 2012 2013

1 Kerbau 2307 2315 1824

2 Kuda 46 19 24

3 Kambing 22 11 11

4 Babi 6985 7022 84250

5 Ayam 15022 21351 17135

6 Itik 1266 1368 1370

Sumber : BPS Humbang Hasundutan 4.1.4.4 Subsektor Perikanan.

Tidak jauh berbeda dengan subsector peternakan,subsector perikanan juga tidak banyak diminati di daerah ini, berikut adalah tabel subsector perikanan :

Tabel 5.5. Jumlah Produksi Subsektor Perikanan (kg)

NO Subsektor Perikanan 2011 2012 2013

1 Kolam 57 17 85

2 Kolam sawah 20 16 90

Sumber : BPS Humbang Hasundutan 4.1.4.5 Subsektor Perikanan


(59)

Sub sector kehutanan di kecamatan Pollung berpeluang besar mendorong perekonomian di kecamatan ini apabila di kelola dengan baik.Kecamatan ini memiliki hutan yang sangat luas,berikut tabel luas hutan Kecamatan Pollung :

Tabel 5.6 Luas hutan kecamatan Pollung

NO Jenis Hutan Luas (ha)

1 Hutan Lindung 15544

2 Hutan Produksi Tetap 11753,69

3 Hutan produksi yang dapat dikonsumsi 4275,47 Sumber : BPS Humbang Hasundutan

4.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Subsektor Tanaman dan Bahan Makanan

Faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan subsector tanaman dan bahan makanan dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Proses pengkajian faktor internal dan eksternal yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pengembangan subsector tanaman dan bahan makanan adalah menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Oportunity, & Threat). Analisis SWOT dimaksudkan untuk memperjelas semua kekuatan dan kelemahan (internal) serta peluang dan ancaman (eksternal) yang dapat diidentifikasi guna memberikan suatu rekomendasi ataupun strategi pengembangan berdasarkan potensi - potensi yang tersedia.

Dalam mengidentifikasi faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan maka penelitian ini mencoba meminta persepsi dari responden yaitu masyarakat petani subsector tanaman dan bahan makanan berdasarkan keadaan dan kondisi yang


(60)

mereka alami selama berada dikecamatan Pollung.Adapun yang menjadi faktor internal yaitu

1. Keadaan sumber daya alam yang mendorong pengembangan sektor tanaman pangan seperti kesuburan tanah

2. Ketersediaan lahan yang sangat luas untuk mendorong pengembangan subsektor tanaman dan bahan makanan

3. Cara bertani yang sebagian besar dengan cara tradisional

4. Akses transportasi menuju daerah kecamatan pollung sangat baik sehingga mendukung pengembangan subsektor tananman dan bahan makanan

5. Tingkat pendidikan dan pola pikir petani dalam mengembangkan sektor pertanian yang masih kurang

6. Keamanan dalam usaha bertani seperti tidak adanya kehilangan hasil panen

7. Keterbatasan dana oleh para masyarakat petani yang menghambat pengembangan sektor pertanian

8. Lembaga pembinaan ,penelitian dan pelatihan yang sangat minim dari pemerintah.

9. Pemasaran hasil subsektor tanaman pangan yang banyak perantara sehingga petani mendapatkan harga yang tidak layak

10.Kurangnya kemitraan usaha bertani.

11.Keadaan sumber daya manusia yang dimana sebagian besar penduduknya berada pada subsektor tanaman dan bahan makanan


(61)

Melihat faktor faktor internal diatas,maka presepsi masyarakat dalah sebagai berikut :

Tabel 4.7. Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Internal Subsektor Tanaman dan Bahan Makanan di Kecamatan Pollung

Sumber: Data Diolah

No. Faktor Internal

Kriteria (%) Sangat

Setuju Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

1.

Keadaan sumber daya alam yang mendorong pengembangan sektor tanaman pangan seperti

kesuburan tanah. 50 50

2.

Ketersediaan lahan yang sangat luas untuk mendorong pengembangan subsektor tanaman dan bahan makanan.

28 64 5

3. Cara bertani yang sebagian besar dengan cara

tradisional. 2 51 47

4.

Akses transportasi menuju daerah kecamatan pollung sangat baik sehingga mendukung pengembangan subsektor tananman dan bahan makanan.

22 66 12

5.

Tingkat pendidikan dan pola pikir petani dalam mengembangkan sektor pertanian yang masih kurang.

6 67 27

6. Keamanan dalam usaha bertani seperti tidak

adanya kehilangan hasil panen . 38 59 13

7.

Keterbatasan dana oleh para masyarakat petani yang menghambat pengembangan sektor pertanian.

57 43

8. Lembaga pembinaan ,penelitian dan pelatihan

yang sangat minim dari pemerintah. 7 53 40

9.

Pemasaran hasil subsektor tanaman pangan yang banyak perantara sehingga petani mendapatkan harga yang tidak layak.

11 42 47

10. Kurangnya kemitraan usaha bertani. 4 55 41

11 Keadaan sumber daya manusia yang dimana sebagian besar penduduknya berada pada subsektor tanaman dan bahan makanan


(62)

Berdasarkan tabel 4.3 mengenai persepsi masyarakatterhadap kondisi internal subsector tanaman dan bahan makanan maka ditemukan faktor internal yang menjadi pendukung dan penghambat. Dalam analisis SWOT maka yang menjadi faktor pendukung adalah kekuatan (strength) dan yang menjadi penghambat adalah kelemahan (weakness) yang kedua - duanya berasal darikondisi subsector tanaman dan bahan makanan. Adapun yang menjadi kekuatan ialah

1. Keadaan sumber daya alam yang mendorong pengembangan sektor tanaman pangan seperti kesuburan tanah.

2. Ketersediaan lahan yang sangat luas untuk mendorong pengembangan subsektor tanaman dan bahan makanan.

3. Akses transportasi menuju daerah kecamatan pollung sangat baik sehingga mendukung pengembangan subsektor tananman dan bahan makanan.

4. Keamanan dalam usaha bertani seperti tidak adanya kehilangan hasil panen . 5. Keadaan sumber daya manusia yang dimana sebagian besar penduduknya

berada pada subsektor tanaman dan bahan makanan. Sedangkan yang menjadi kelemahan adalah :

1. Cara bertani yang sebagian besar dengan cara tradisional.

2. Tingkat pendidikan dan pola pikir petani dalam mengembangkan sektor pertanian yang masih kurang.

3. Keterbatasan dana oleh para masyarakat petani yang menghambat pengembangan sektor pertanian.

4. Lembaga pembinaan ,penelitian dan pelatihan yang sangat minim dari pemerintah.


(1)

26 23 0.104 24 0.109 20 0.09 24 0.109 18 0.081 22 0.1

27 25 0.114 25 0.114 18 0.082 22 0.1 18 0.082 22 0.1

28 23 0.105 24 0.109 19 0.086 24 0.109 18 0.082 22 0.1

29 23 0.105 25 0.114 18 0.082 26 0.118 19 0.086 22 0.1

30 23 0.105 27 0.123 17 0.077 26 0.118 19 0.086 22 0.1

31 21 0.097 26 0.12 19 0.088 23 0.106 19 0.088 23 0.106

32 21 0.096 25 0.114 21 0.096 23 0.105 15 0.068 21 0.096

33 25 0.114 25 0.114 17 0.077 25 0.114 18 0.082 21 0.095

34 23 0.098 20 0.085 21 0.09 23 0.098 19 0.081 21 0.09

35 24 0.109 24 0.109 18 0.082 24 0.109 19 0.086 23 0.105

36 23 0.106 23 0.106 18 0.083 25 0.115 18 0.083 23 0.106

37 21 0.102 18 0.088 18 0.088 20 0.098 19 0.093 20 0.098

38 21 0.094 25 0.112 22 0.099 23 0.103 17 0.076 25 0.112

39 21 0.095 26 0.118 17 0.077 24 0.109 18 0.082 23 0.105

40 21 0.096 25 0.114 21 0.096 24 0.11 20 0.091 21 0.096

41 23 0.122 25 0.133 17 0.09 25 0.133 13 0.069 16 0.085

42 23 0.105 24 0.109 19 0.086 24 0.109 19 0.086 22 0.1

43 24 0.11 25 0.114 17 0.078 24 0.11 19 0.087 23 0.105

44 22 0.097 25 0.11 21 0.093 23 0.101 19 0.084 23 0.101

45 21 0.094 26 0.116 20 0.089 22 0.098 17 0.076 24 0.107

46 21 0.095 24 0.109 17 0.077 23 0.105 19 0.086 22 0.1

47 23 0.105 21 0.096 17 0.078 25 0.114 19 0.087 23 0.105

48 21 0.089 21 0.089 21 0.089 19 0.08 20 0.084 21 0.089

49 23 0.108 20 0.094 16 0.075 25 0.117 18 0.085 23 0.108

50 23 0.105 25 0.114 18 0.082 25 0.114 17 0.077 22 0.1

51 21 0.104 17 0.084 20 0.099 18 0.089 19 0.094 18 0.089

52 23 0.107 25 0.116 18 0.084 23 0.107 18 0.084 23 0.107


(2)

54 23 0.104 25 0.113 21 0.095 23 0.104 17 0.077 22 0.099

55 23 0.104 25 0.113 20 0.09 23 0.104 17 0.077 21 0.095

56 23 0.105 26 0.118 19 0.086 24 0.109 18 0.082 23 0.105

57 21 0.094 26 0.117 21 0.094 23 0.103 17 0.076 22 0.099

58 23 0.105 26 0.118 21 0.095 22 0.1 17 0.077 20 0.091

59 23 0.105 23 0.105 17 0.077 24 0.109 17 0.077 23 0.105

60 23 0.104 24 0.109 21 0.095 23 0.104 16 0.072 23 0.104

61 23 0.106 26 0.119 15 0.069 25 0.115 14 0.064 15 0.069

62 22 0.097 25 0.11 20 0.088 22 0.097 22 0.097 23 0.101

63 24 0.11 22 0.101 18 0.083 24 0.11 21 0.096 22 0.101

64 22 0.1 25 0.114 19 0.086 26 0.118 19 0.086 22 0.1

65 22 0.1 25 0.114 20 0.091 22 0.1 17 0.077 22 0.1

66 23 0.105 27 0.123 18 0.082 25 0.114 18 0.082 23 0.105

67 24 0.109 24 0.109 19 0.086 23 0.105 16 0.073 21 0.095

68 21 0.096 24 0.11 18 0.082 24 0.11 18 0.082 23 0.105

69 23 0.105 27 0.123 18 0.082 24 0.109 17 0.077 23 0.105

70 24 0.11 25 0.114 24 0.11 24 0.11 18 0.082 23 0.105

71 23 0.105 25 0.114 19 0.086 25 0.114 18 0.082 23 0.105

72 20 0.088 24 0.106 20 0.088 23 0.101 21 0.093 20 0.088

73 24 0.11 24 0.11 18 0.082 22 0.1 17 0.078 23 0.105

74 23 0.102 26 0.115 21 0.093 21 0.093 17 0.075 23 0.102

75 23 0.103 27 0.121 20 0.09 23 0.103 17 0.076 21 0.094

76 21 0.096 25 0.114 18 0.082 23 0.105 17 0.078 21 0.096

77 23 0.104 24 0.109 22 0.1 23 0.104 17 0.077 20 0.09

78 24 0.11 23 0.106 18 0.083 23 0.106 20 0.092 21 0.096

79 23 0.104 26 0.118 18 0.081 24 0.109 19 0.086 23 0.104

80 24 0.11 25 0.114 18 0.082 23 0.105 19 0.087 23 0.105


(3)

82 25 0.113 24 0.109 20 0.09 25 0.113 20 0.09 19 0.086

83 24 0.109 24 0.109 18 0.082 25 0.114 18 0.082 22 0.1

84 23 0.105 25 0.114 18 0.082 25 0.114 18 0.082 23 0.105

85 21 0.096 24 0.11 20 0.091 23 0.105 18 0.082 23 0.105

86 22 0.099 25 0.113 20 0.09 23 0.104 17 0.077 23 0.104

87 22 0.1 25 0.114 18 0.082 24 0.109 18 0.082 23 0.105

88 23 0.106 23 0.106 21 0.096 21 0.096 18 0.083 22 0.101

89 22 0.1 23 0.105 18 0.082 25 0.114 17 0.077 22 0.1

90 22 0.099 24 0.108 21 0.094 23 0.103 18 0.081 23 0.103

91 23 0.105 24 0.11 19 0.087 25 0.114 18 0.082 22 0.1

92 22 0.098 26 0.116 20 0.089 23 0.103 17 0.076 22 0.098

93 24 0.11 25 0.114 19 0.087 25 0.114 18 0.082 22 0.1

94 23 0.105 24 0.109 20 0.091 23 0.105 18 0.082 22 0.1

95 19 0.082 23 0.099 21 0.091 22 0.095 19 0.082 21 0.091

96 21 0.109 17 0.089 22 0.115 18 0.094 19 0.099 21 0.109

97 16 0.069 19 0.082 21 0.091 22 0.095 23 0.1 19 0.082

jumlah 9.92819 10.608 8.4136 10.307 8.01383


(4)

Lanjutan Tabel Analisis Bobot Faktor Internal

Repon den

MODAL LEMBAGA

PENELITIAN

PEMASARAN KEMITRAAN TANI SDM JUMLAH

SKALA BOBOT SKALA BOBOT SKAL

A

BOBOT SKALA BOBOT SKALA BOBO

T

1 24 0.108 14 0.0631 22 0.0991 15 0.068 17 0.077 222

2 24 0.109 12 0.0543 20 0.0905 14 0.063 17 0.077 221

3 25 0.113 12 0.0543 20 0.0905 16 0.072 17 0.077 221

4 19 0.102 15 0.0806 18 0.09677 15 0.081 17 0.091 186

5 19 0.089 21 0.0986 20 0.0939 21 0.099 19 0.089 213

6 12 0.062 10 0.0518 11 0.05699 10 0.052 26 0.135 193

7 19 0.086 14 0.0633 20 0.0905 15 0.068 18 0.081 221

8 26 0.118 13 0.0591 21 0.09545 15 0.068 18 0.082 220

9 24 0.11 12 0.0548 19 0.08676 15 0.068 18 0.082 219

10 20 0.093 19 0.0884 19 0.08837 20 0.093 18 0.084 215

11 18 0.09 15 0.0746 19 0.09453 19 0.095 17 0.085 201

12 24 0.108 13 0.0586 20 0.09009 14 0.063 18 0.081 222

13 20 0.095 20 0.0948 20 0.09479 15 0.071 20 0.095 211

14 22 0.1 14 0.0636 18 0.08182 18 0.082 17 0.077 220

15 24 0.109 15 0.0679 20 0.0905 14 0.063 19 0.086 221

16 25 0.115 13 0.0596 21 0.09633 15 0.069 18 0.083 218

17 25 0.113 13 0.0588 18 0.08145 16 0.072 17 0.077 221

18 23 0.102 14 0.0622 20 0.08889 16 0.071 20 0.089 225

19 23 0.105 13 0.0591 21 0.09545 15 0.068 16 0.073 220

20 18 0.085 21 0.0991 20 0.09434 19 0.09 20 0.094 212

21 24 0.107 15 0.067 20 0.08929 16 0.071 17 0.076 224

22 19 0.09 12 0.0566 18 0.08491 22 0.104 19 0.09 212

23 24 0.11 23 0.105 17 0.07763 14 0.064 25 0.114 219


(5)

25 25 0.114 14 0.0636 20 0.09091 14 0.064 16 0.073 220

26 21 0.095 14 0.0633 20 0.0905 15 0.068 20 0.09 221

27 26 0.118 13 0.0591 20 0.09091 13 0.059 18 0.082 220

28 24 0.109 15 0.0682 18 0.08182 15 0.068 18 0.082 220

29 24 0.109 13 0.0591 18 0.08182 13 0.059 19 0.086 220

30 23 0.105 11 0.05 20 0.09091 14 0.064 18 0.082 220

31 21 0.097 12 0.0553 20 0.09217 16 0.074 17 0.078 217

32 23 0.105 16 0.0731 20 0.09132 17 0.078 17 0.078 219

33 23 0.105 13 0.0591 21 0.09545 15 0.068 17 0.077 220

34 22 0.094 21 0.0897 19 0.0812 20 0.085 25 0.107 234

35 25 0.114 12 0.0545 19 0.08636 13 0.059 19 0.086 220

36 25 0.115 12 0.055 20 0.09174 14 0.064 17 0.078 218

37 19 0.093 17 0.0829 16 0.07805 20 0.098 17 0.083 205

38 25 0.112 14 0.0628 19 0.0852 15 0.067 17 0.076 223

39 23 0.105 13 0.0591 21 0.09545 15 0.068 19 0.086 220

40 24 0.11 13 0.0594 18 0.08219 13 0.059 19 0.087 219

41 12 0.064 13 0.0691 13 0.06915 15 0.08 16 0.085 188

42 23 0.105 13 0.0591 20 0.09091 16 0.073 17 0.077 220

43 24 0.11 12 0.0548 19 0.08676 15 0.068 17 0.078 219

44 24 0.106 15 0.0661 20 0.08811 16 0.07 19 0.084 227

45 24 0.107 15 0.067 21 0.09375 14 0.063 20 0.089 224

46 27 0.123 13 0.0591 20 0.09091 16 0.073 18 0.082 220

47 25 0.114 13 0.0594 20 0.09132 15 0.068 18 0.082 219

48 22 0.093 20 0.0844 24 0.10127 22 0.093 26 0.11 237

49 25 0.117 12 0.0563 20 0.0939 14 0.066 17 0.08 213

50 25 0.114 12 0.0545 19 0.08636 16 0.073 18 0.082 220

51 16 0.079 18 0.0891 17 0.08416 20 0.099 18 0.089 202


(6)

53 22 0.1 12 0.0548 20 0.09132 16 0.073 18 0.082 219

54 22 0.099 15 0.0676 20 0.09009 15 0.068 19 0.086 222

55 24 0.109 14 0.0633 19 0.08597 17 0.077 18 0.081 221

56 24 0.109 14 0.0636 17 0.07727 15 0.068 17 0.077 220

57 23 0.103 15 0.0673 20 0.08969 16 0.072 19 0.085 223

58 25 0.114 12 0.0545 20 0.09091 15 0.068 19 0.086 220

59 25 0.114 14 0.0636 21 0.09545 15 0.068 18 0.082 220

60 21 0.095 14 0.0633 20 0.0905 16 0.072 20 0.09 221

61 24 0.11 21 0.0963 18 0.08257 12 0.055 25 0.115 218

62 23 0.101 14 0.0617 20 0.08811 16 0.07 20 0.088 227

63 24 0.11 13 0.0596 20 0.09174 14 0.064 16 0.073 218

64 24 0.109 13 0.0591 19 0.08636 15 0.068 16 0.073 220

65 24 0.109 14 0.0636 18 0.08182 17 0.077 19 0.086 220

66 23 0.105 14 0.0636 18 0.08182 15 0.068 16 0.073 220

67 23 0.105 15 0.0682 21 0.09545 15 0.068 19 0.086 220

68 23 0.105 14 0.0639 21 0.09589 15 0.068 18 0.082 219

69 23 0.105 14 0.0636 19 0.08636 15 0.068 17 0.077 220

70 25 0.114 12 0.0548 13 0.05936 15 0.068 16 0.073 219

71 25 0.114 12 0.0545 20 0.09091 14 0.064 16 0.073 220

72 21 0.093 19 0.0837 19 0.0837 21 0.093 19 0.084 227

73 25 0.114 14 0.0639 20 0.09132 15 0.068 17 0.078 219

74 23 0.102 15 0.0664 19 0.08407 19 0.084 19 0.084 226

75 23 0.103 14 0.0628 21 0.09417 16 0.072 18 0.081 223

76 23 0.105 14 0.0639 21 0.09589 18 0.082 18 0.082 219

77 24 0.109 14 0.0633 19 0.08597 17 0.077 18 0.081 221

78 24 0.11 14 0.0642 18 0.08257 16 0.073 17 0.078 218

79 24 0.109 12 0.0543 19 0.08597 16 0.072 17 0.077 221


Dokumen yang terkait

ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

9 122 13

Kajian Pemanfaatan Rotan Di Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan

1 46 82

Strategi Pembangunan Pertanian Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan (Strategi Pengembangan Komoditas Kopi di Dinas Pertanian Kabupaten Humbang Hasundutan)

3 53 122

Strategi Pembangunan Pertanian Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan (Strategi Pengembangan Komoditas Kopi di Dinas Pertanian Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 8

Strategi Pembangunan Pertanian Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan (Strategi Pengembangan Komoditas Kopi di Dinas Pertanian Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 1

Strategi Pembangunan Pertanian Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan (Strategi Pengembangan Komoditas Kopi di Dinas Pertanian Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 33

Strategi Pembangunan Pertanian Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan (Strategi Pengembangan Komoditas Kopi di Dinas Pertanian Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 4

Strategi Pembangunan Pertanian Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan (Strategi Pengembangan Komoditas Kopi di Dinas Pertanian Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Sektor Pertanian. 2. 1. 1 Pengertian Pertanian - Strategi Pengembangan Sektor Pertanian Subsektor Tanaman Dan Bahan Makanan Di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Strategi Pengembangan Sektor Pertanian Subsektor Tanaman Dan Bahan Makanan Di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

0 0 9