Hubungan fungsi supervisi dengan produktivitas kerja perawat

memiliki nilai efisien yang tinggi. Pelaksanaan asuhan keperawatan yang efisien ini dapat dipengaruhi oleh kinerja yang efektif. Semakin efektif dalam pemberian asuhan keperawatan maka akan semakin efisien. Berdasarkan hasil penelitian pada sub variabel efektivitas dan efisiensi diketahui bahwa kedua sub variabel tersebut memiliki nilai yang mendekati. Menurut Cheminais, Bayat, Walt dan Fox 1998 dalam Bhaga 2010, berpendapat bahwa produktifitas adalah nilai ekonomi yang meliputi efisiensi dan efektifitas melalui langkah-langkah yang telah ditentukan dengan tujuan untuk mencapai tingkat yang optimal. Meningkatnya produktivitas kerja diharapkan pekerjaan akan terlaksana secara efisien dan efektif yang diperlukan untuk pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan Sutrisno, 2012. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai efektivitas lebih rendah dibandingkan dengan nilai efisiensi, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat dipengaruhi karena kepala ruangan masih belum maksimal dalam pemberian pembelajaran serta pelatihan. Hasil ini dapat diketahui fungsi formatif lebih rendah dibandingkan fungsi restorative dan normatif.

5.3. Hubungan fungsi supervisi dengan produktivitas kerja perawat

pelaksana Hasil penelitian dengan uji Person Product Moment diketahui ada hubungan yang tinggi antara fungsi supervisi kepala ruangan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum dr Pirngadi Medan. Berdasarkan hasil korelasi tersebut diketahui bahwa fungsi supervisi kepala ruangan Universitas Sumatera Utara berhubungan positif dengan produktivitas kerja perawat pelaksana. Hasil yang diperoleh fungsi supervisi kepala ruangan telah dilaksanakan dengan baik. Produktivitas kerja perawat pelaksana juga diketahui mendekati nilai maksimal. Penelitian ini menunjukkan bahwa apabila fungsi supervisi dilaksanakan dengan baik maka produktivitas kerja perawat pelaksana juga akan baik. Sejalan dengan hasil penelitian Fako, Forcheh dan Balogi 2002, bawahan yang mendapat pembelajaran dari atasan lebih produktif dibandingkan yang tidak mendapat pembelajaran. Sujono 2007, dalam Andriani 2012, supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang di supervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui kepala ruangan telah memberikan pembelajaran dan pelatihan kepada perawat pelaksana dengan baik. Efektivitas fungsi supervisi dapat dilihat dari produktivitas kerja perawat pelaksana. Dalam hal ini perawat pelaksana sudah dapat memberikan asuhan keperawatan secara efektif dan efisien. Fako dan Forcheh 2007, menyataka bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja perawat adalah pelatihan, partisipasi dalam pengambilan kebijakan, kehadiran, pembelajaran dari atasan, dan usia. Berdasarkan hasil penelitian produktivitas kerja yang tinggi tersebut dapat dipengaruhi oleh kepala ruangan. Kepala ruangan telah memberikan pembelajaran dalam pemberian asuhan keperawatan kepada perawat pelaksana. Kepala ruangan dalam mengatasi konflik telah melibatkan perawat pelaksana dengan terlebih Universitas Sumatera Utara dahulu kepala ruangan mencari informasi. Pembelajaran dalam pemberian asuhan keperawatan berdasarkan standar operasional dilakukan oleh kepala ruangan. Sejalan dengan hal tersebut Kron 1987 menyatakan bahwa seorang supervisor dalam memberikan supervisi harus dapat berperan sebagai pelatih dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien melalui pengajaran dan pelatihan secara berkesinambungan untuk menghasilkan perubahan perilaku. Berdasarkan hasil penelitian kepala ruangan setiap harinya menunjukkan cara pemberian pelayanan keperawatan yang baik. Cara ini dapat mempengaruhi kinerja perawat pelaksana. Perawat pelaksana langsung melihat praktek pemberian asuhan keperawatan yang benar sehingga memudahkan perawat pelaksana untuk mengikutinya. Berggren Severinsson 2005, supervisor juga harus mampu memberikan penilaian terhadap hasil kerja perawat pelaksana dalam memberikan asuhan kepearawatan dalam waktu tertentu. Kualitas pelaksanaan supervisi mendorong untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Berdasarkan hasil penelitian produktivitas kerja perawat pelaksana belum sama. Kepala ruangan harus dapat menilai perawat pelaksana yang memiliki produktivitas yang lebih tinggi dan yang lebih rendah. Tujuan dari penilain ini untuk memudahkan dalam pemberian fungsi supervisi. Perawat pelaksana yang memiliki produktivitas lebih rendah sudah seharusnya diberikan supervisi yang lebih efektif sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerjanya. Sinungan 2009, salah satu untuk mendorong peningkatan produktivitas adalah melalui peningkatan ketrampilan dan perbaikan terus menerus. Hal ini Universitas Sumatera Utara bertujuan agar setelah pelatihan seorang mampu mengemban tugas dan pekerjaan sebaik mungkin sehingga pada akhirnya dapat mendorong kemajuan setiap usaha. Pelatihan untuk meningkatkan keterampilan perawat pelaksana dapat diberikan oleh kepala ruangan pada saat pelaksanaan supervisi. Salah satu fungsi seorang supervisior klinik adalah sebagai teacher yang membantu untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran dan pelatihan DHHS, 2009. Sejalan dengan Wegman dan McGee dalam Ledvak dan Buck 2008, perawat yang kurang terlatih adalah merupakan masalah yang signifikan yang mempengaruhi produktivitas kerja. Berdasarkan hasil penelitian seorang kepala ruangan harus memberikan sosialisasi dari hasil pelatihan yang didapat maupun kebijakan yang baru. Sosialisasi pelatihan ini dapat dilakukan oleh kepala ruangan melalui perannya sebagai role model. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh kepala ruangan dengan menunjukkan cara kerja setiap harinya yang sesuai standar yang telah ditetapkan. Perawat pelaksana langsung dapat melihat tidak hanya pada saat pelaksanaan supervisi namun juga dalam kegiatan sehari-hari. Menurut simanjuntak 1993 dalam sutrisno 2012, beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan yang meliputi pelatihan, mental dan kemampuan fisik karyawan, hubungan antara atasan dan bawahan. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Gonzalo 2011, keperawatan dipandang sebagai proses interpersonal karena menghubungkan dua individu atau lebih yang memiliki tujuan yang sama. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hubungan interpersonal antara kepala ruangan dengan perawat pelaksana terjalin dengan Universitas Sumatera Utara baik. Hal ini terlihat dari adanya dukungan kepala ruangan kepada perawat pelaksana yang medapatkan masalah dalam pemberian asuhan keperawatan. Kepala ruangan juga menyelesaikan konflik dengan terlebih dahulu mencari informasi. Kegiatan ini dapat dilaksanakan bila hubungan interpersonal antara atasan dan bawahan berjalan dengan baik. Hasil penelitian Frimpong, Helleringer, Williams, Yeji dan Phillips 2011, diketahui bahwa kegiatan supervisi dapat meningkatkan produktivitas kerja perawat. Supervisees penerima supervisi yang mendapatkan dukungan dari supervisor pelaksana supervisi menunjukkan bahwa produktivitas kerjanya lebih tinggi dari pada yang tidak mendapat dukungan dari supervisor. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh DHHS 2009, bahwa fungsi supervisor kepala ruangan adalah memberikan dukungan terhadap masalah yang dihadapi perawat pelaksana dalam pemberian asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan produktivitas kerja perawat pelaksana mendekati nilai maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh pelaksanaan supervisi telah dilaksanakan dengan baik. Fungsi formatif, restorative dan normatif secara keseluruhan mendekati nilai maksimal. Oleh karena itu, hasil tersebut mempengaruhi produktivitas kerja perawat pelaksana yang meliputu efektifitas dan efisiensi diketahui rata-rata mendekati nilai maksimal. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN