Gambar 32. Ilustrasi Konsep Borrowing Screenery
V.3. Block Plan
Konsep tata ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas dan fasilitas yang telah dijabarkan akan digambarkan dalam bentuk block plan. Block plan tersebut dapat
dilihat pada gambar 34. Ruang penerimaan yang akan dikembangkan pada taman terdiri dari empat
entrance pada jalur sungai dan lima entrance pada jalur darat dengan entrance utama berada di bagian tengah tapak. Pada ruang penerimaan ini akan
direncanakan plasa untuk pengguna yang melalui darat dan dermaga untuk pengguna yang melalui sungai. Kedua elemen tersebut berfungsi juga sebagai area
transisi menuju ruang selanjutnya yaitu ruang rekreasi aktif dan pasif. Proporsi ruang rekreasi aktif dan rekreasi pasif memiliki besar yang berbeda, ruang
rekreasi pasif lebih banyak dibanding rekreasi aktif. Hal ini dikarenakan rekreasi pasif memiliki kebutuhan aktivitas yang lebih banyak dan dominan pada tapak.
Kemudian terdapat pula ruang penyangga dimana ruang ini direncanakan sebagai area hijau dan penyangga tapak agar dapat berkelanjutan dan memberikan
kenyamanan dan keindahan pada taman.
Sungai Martapura
Titik Pandang Keterangan:
Tapak yang dirancang Batas Tapak dan Desain
Arah Pandang Borrowing screenery
6 4
3 3
BAB VII PERANCANGAN
VII.1. Desain Taman Tepian Sungai Martapura
Taman tepian sungai ini dirancang pada luas 24.340 m
2
dimana di dalamnya terdapat ruang-ruang yang mengakomodasi aktivitas rekreasi aktif dan
pasif. Untuk mengakomodasi segala kebutuhan aktivitas pengunjung, taman ini akan dibuat fasilitas-fasilitas penunjang taman. Pada ruang rekreasi pasif terdapat
plasa dengan shelter sebagai tempat makanfood corner dimana pengunjung dapat melakukan aktivitas makan dan minum sambil menikmati pemandangan sungai.
Pada area ini tidak dikembangkan bangunan yang permanentetap, oleh karena itu penjual makanan yang ada hanya diperbolehkan membangun tenda-tenda
makanan. Selain itu terdapat pula mini plasa yang diletakkan sculpture berupa art work sebagai aksen taman yang dapat dinikmati pengunjung yang berjalan
ataupun duduk-duduk di sekitar plasa, keberadaan sculpture pada taman juga dapat memperkuat karakteristik taman. Tempat pertunjukan atau amphiteater juga
terdapat pada ruang ini yang berfungsi sebagai tempat pengunjung menikmati suasana sungai atau pada saat-saat tertentu pengunjung dapat menikmati
pertujukan atau festival yang digelar di Sungai Martapura. Ruang ini memiliki proporsi lebih dominan dari ruang rekreasi aktif, ini disebabkan fokus utama yang
diinginkan pada taman ini ialah aktivitas rekreasi pasif. Sementara itu, pada ruang rekreasi aktif terdapat lawn tempat bermain
anak-anak dan juga berkumpul keluarga. Lawn ini dibentuk bervariasi seperti berbukit-bukit sehingga memberikan rangsangan untuk anak-anak bermain. Selain
itu untuk mengakomodasi pengunjung yang berolahraga lari dibuat jogging track. Jogging track ini dibuat satu kesatuan dengan jalur jalan setapak pathway. Ini
dikarenakan aktivitas lari atau jogging tidak dilakukan maksimal satu hari penuh, hanya pada saat-saat tertentu. Pada ruang ini juga terdapat jalur untuk sepeda, ini
dikarenakan karakter tapak yang linier serta panjang memungkinkan pengunjung menikmati atau mendapat pengalaman dari tapak melalui sepeda. Jalur sepeda
yang dibuat pada taman ialah tipe multi mode yaitu jalur sepeda dan pejalan kaki menjadi satu jalur.
Pintu masuk ke taman terletak di tengah taman dengan plasa utama sebagai tempat penerima sekaligus interpretasi awal taman. Pada plasa ini juga
diletakkan sebuah sculpture model artwork sebagai landmark taman. Selain itu pintu masuk taman juga dapat diakses melalui dermaga, ini untuk mengakomodasi
pengunjung yang ingin masuk ke taman melalui jalur sungai. Site plan perancangan taman ini dapat dilihat pada gambar 35. Sedangkan gambar 36, 38
dan 40 merupakan gambar perbesaran site plan.
VII.2. Detail Peruntukan Ruang
Berdasarkan konsep tata ruang yang telah dibuat, pada tapak dibagi menjadi empat yaitu ruang penerimaan, rekreasi aktif, rekreasi pasif dan
penyangga. Pada tabel 8 akan dijelaskan jenis ruang, aktivitas, fungsi dan fasilitas serta persentase kebutuhan ruang dari masing-masing zona.
VII.2.1. Rencana Ruang Penerimaan Ruang penerimaan dimaksudkan sebagai ruang penghubung taman dan
ruang luar. Ruang ini mempunyai total luas sebesar 2054 m
2
atau 8 dari total luas taman. Fasilitas yang ada di ruang ini antara lain, plasa penerimaan, dermaga
dan lawn dengan artwork.
VII.2.2. Rencana Ruang Rekreasi Aktif Ruang rekreasi aktif memiliki proporsi luas sebesar 2557 m
2
atau sekitar 10 dari luas taman yang direncanakan. Ruang ini berfungsi untuk
mengakomodasi seluruh kegiatan rekreasi aktif pengguna pada tapak seperti bermain, bersepeda, selusur sungai dan olahraga. Untuk mengakomodasi aktivitas
tersebut akan dikembangkan fasilitas pendukung seperti mounded lawn, mini plasa, boarwalks dan jalur sepeda multi-mode.
VII.2.3. Rencana Ruang Rekreasi Pasif Sementara itu, untuk ruang rekreasi pasif memiliki proporsi luas sebesar
9304 m
2
atau sekitar 38 dari luas taman. Ruang ini berfungsi untuk mengakomodasi segala aktivitas rekreasi pasif seperti duduk-duduk, melihat-lihat,
foto-foto, makan dan minum serta merenung. Fasilitas yang akan dikembangkan pada zona ini antara lain, tempat duduk, natural sitting area, amphiteater,
foodcourt, dan plasa. Natural sitting area ini merupakan tempat duduk dengan menggunakan gundukan rumput mound sebagai setingan alami. Gambar 37, 39
dan 41 merupakan gambar potongan tampak taman dan gambar 42, 43, 44, 45, 46, 47 dan 48 meupakan gambar perspektif.
VII.2.4. Rencana Ruang Penyangga Kemudian untuk ruang penyangga memiliki
proporsi luas sisanya yakni sebesar 10.425 m
2
atau 44 dari luas taman. Pada ruang ini akan dikembangkan ruang ekologishijau yang berfungsi sebagai penyangga taman agar dapat
berkelanjutan dan memberikan kenyamanan dan keindahan pada taman. Tabel 9. Peruntukan Ruang Taman Tepian Sungai
No Zona
Luas m
2
Aktivitas Fasilitas
Dimensi
1 Rekreasi Aktif
10 2557
Aktivitas rekreasi aktif
seperti memancing,
olahraga, bermain,
bersepeda, jogging
Jogging track, Jalur sepeda,
tempat duduk, lampu taman,
tempat sampah • Lampu taman:
T=3 meter • Lampu :
Ukuran dan jumlah
disesuaikan kebutuhan
ditapak dijelaskan
pada sub bab pencahayaan
• Tempat duduk: T=0,4 meter,
L=0,45 meter, P=0,6 meter
• Jalur Sepedamulti-
mode: P=disesuaikan,
L=4m, T=0.05m dan
bahan disesuaikan
kebutuhan
2 Rekreasi Pasif
38 9304
Duduk-duduk, merenung,
melihat pemandangan,
melihat festival sungai, makan-
makan, dll Tempat duduk,
amphiteater, lampu, kafe,
shelter, tempat sampah dan
pedestrian • Shelter:
Ukuran dan bahan
dijelaskan pada sub bab detail
desain
• Amphiteater : Ukuran
dijelaskan pada sub bab detail
desain
• Foodcourt: Luas=425 m
2
• Tempat duduk: T=0,4 meter,
L=0,45 meter, P=0,6 meter
3 Penerimaan
2054 Plaza, lampu
taman, tempat sampah, bolard,
dek dermaga dan tempat parkir
• Bolard: T=0.75 m,
D=0.1 m • Dek dermaga:
Ukuran dan jumlah
dijelaskan pada sub bab detail
desain
• Tempat parkir: Ukuran
dijelaskan pada sub bab detail
desain 8
4 Penyangga
44 10425
Vegetasi, Lampu • Vegetasi:
Ukuran, jenis dan jumlah
dijelaskan pada sub bab
Planting plan
• Lampu: Ukuran dan
jumlah disesuaikan
kebutuhan ditapak
dijelaskan pada sub bab
pencahayaan
7 3
5
7 1
3 6
7 2
3 7
7 3
3 8
7 4
3 9
7 5
4
7 6
4 1
7 7
4 2
7 8
4 3
7 9
4 4
8 4
8 1
4 6
8 2
4 7
VII.3 Detail Desain
VII.3.1 Sirkulasi Sirkulasi yang dirancang pada taman terdiri atas sirkulasi primerutama
dan sekunder. Sirkulasi primer diperuntukkan sebagai jalur pejalan kaki. Sedangkan sirkulasi sekunder ialah jalur yang diperuntukan sebagai jalur sepeda
dan pejalan kaki multi mode. Bentuk sirkulasi diturunkan dari konsep desain. Sirkulasi yang dirancang pada tapak ini diperuntukan untuk memberi kenyamanan
dan memberi pengalaman kesan lebih pengguna pada tapak, sehingga pengguna merasa lebih nyaman dan tidak bosan. Jenis pavment yang digunakan pada tapak
dapat dilihat pada gambar 49.
Gambar 48. Contoh Jenis Pavement Sumber : Google.com
VII.3.1.1 Sirkulasi PrimerUtama Sirkulasi ini dibuat untuk mengakomodasi pejalan kaki semaksimal
mungkin pada tapak. Jalur pejalan kaki taman berada di dalam tapak dengan lebar lebih kurang 3 meter untuk jalur pejalan kaki saja. Oleh karena itu diharapkan
pada jalur pejalan kaki dapat mengakomodasi tiga orang pejalan kaki secara bersama dengan perhitungan tiap satu orang membutuhkan lebar pedestrian
sebesar 80 cm. Pada pagi dan sore hari jalur ini juga dapat dimanfaatkan sebagai jogging track namun tetap dapat dilalui pejalan kaki, dengan perhitungan orang
lari membutuhkan lebar dari pedestrian sebesar 90 cm tiap satu orang. Sehigga jalur ini dapat mengakomodasi masing-masing dua orang lari dan pejalan kaki
secara bersamaan. Setiap jalur sirkulasi ini dihubungkan oleh node atau plaza kecil yang berfungsi sebagai tempat transisi pejalan kaki maupun orang yang
berolahraga lari untuk beristirahat sejenak. Penggunaan tempat duduk atau bangku dalam jalur ini juga diperlukan sebagai tempat istirahat bagi pengguna
pengunjung.
Perkerasan yang digunakan untuk jalur sirkulasi ini berupa concrete pavement dengan warna cool gray dengan motif organik dari lengkungan riak air..
Sedangkan pada entrance dibuat pavement yang berbeda karena sebagai penanda sekaligus pembeda area tapak dan luar tapak dan jenis pavement yang digunakan
ialah jenis concrete-block warna kuning pale.
VII.3.1.2 Sirkulasi Sekunder Sirkulasi multi-mode ini merupakan perpaduan sirkulasi untuk pejalan kaki
dan sepeda. Karena dua sirkulasi ini digabung maka perlu diperhatikan penanda atau batas agar tetap menjaga kenyamanan dan keamanan pengguna. Ukuran
sirkulasi ini sesuai dengan acuan standar ialah 3 meter Harris Dines, 1998, namun untuk mengingat kebutuhan ruang sirkulasi pada tapak yang besar maka
pada perancangan ini dibuat menjadi 4 m. Ini berdasarkan perhitungan lebar yang dibutuhkan untuk satu sepeda adalah 1,5 m dan lebar untuk dua orang pejalan kaki
minimal 1,5 m dengan demikian jalur ini pada taman jalur sirkulasi multi-mode ini dapat digunakan maksimal empat orang pejalan kaki dan dua sepeda
berdampingan secara bersamaan. Untuk pavement yang digunakan pada sirkulasi ini sengaja dibuat berbeda
dari sirkulasi pejalan kaki, baik bahan maupun warna. Pada sirkulasi ini digunakan bahan concrete dengan permukaan agak kasar untuk mencegah slip
pada ban sepeda. Sedangkan untuk warna digunakan warna cerah yaitu kuning pale untuk memberikan kontras dan pembeda. Sebagai pembatas antara jalur
sirkulasi dengan area lain digunakan sekumpulan semak sebagai buffer. Selain itu pada sirkulasi ini perlu juga dilengkapi marker atau tanda masing-masing jalur
sirkulasi, baik sepeda maupun orangpejalan kaki. Gambar 50 ialah gambar refrensi untuk penanda pada jalur sepeda
.
Gambar 49. Image Bike Marker Sumber : Google.com dan Shutterstock.com
VII.3.2. Board walkDek Jalur ini dikembangkan untuk memfasilitasi aktivitas pengunjung yang
akan melintasmenyusur sungai. Board walk ini berfungsi sebagai dek atau titian layaknya terdapat pada rumah tepi sungai di Banjarmasin dan menggunakan
bahan lokal yang tahan air awet yakni kayu galam, sehingga dapat memunculkan karakteristik lokal Kota Banjarmasin. Board walk ini juga
dilengkapi dengan rail yang berfungsi sebagai pegangan tangan dan juga keamanan pengunjung. Gambar 51 ialah gambar refrensi untuk boardwalk dan
gambar 52, 53 dan 54 ialah gambar detail material boardwalk, jalur multimode dan pathway.
Gambar 50. Image Board walk atau Dek Sumber : Google.com
8 6
5 1
8 7
5 2
8 8
5 3
VII.3.3 Fasilitas Taman VII.3.3.1 Amphiteater
Amphiteater merupakan area terbuka yang biasanya digunakan untuk olahraga, konser, pertunjukan teater dan sebagainya. Pada taman ini amphiteater
dimaksudkan sebagai area untuk melihat pemandangan ke sungai dan juga melihat suatu pertunjukan yang biasa diselenggarakan di Sungai Martapura pada acara-
acara tertentu, seperti jukung festival dan permainan olahraga perahu motorjetski. Selain itu amphiteater ini juga dapat dijadikan sebagai pusat interaksi masyarakat
Kota Banjarmasin. Amphiteater pada taman dirancang berbatasan langsung dengan sungai, hal
ini dimaksudkan agar pengguna lebih dapat dekat dengan sungai. Bentuk dari amphiteater ini mengikuti bentukan pola yang telah diturunkan dari konsep desain
yang ada. untuk memberikan efek shade dan naunngan pada amphiteater ini dikembangkan shelter dengan bentuk menyesuaikan pola dari amphiteater
tersebut. Shelter ini menggunakan bahan utama kain Canvas PVC putih dan rangkanya berupa tiang cetak dari baja. Selain berupa pekerasan yang digunakan
sebagai tempat duduk-duduk pengguna, struktur amphiteater ini juga berfungsi sebagai dinding penahan dari erosi tanah.
VII.3.3.2 Bollard Elemen ini digunakan untuk menghindari kendaraan bermotor masuk ke
taman. Bollard diletakkan pada welcome area dan tiap pintu masuk taman. Welcome area taman ini terletak pada bagian tengah taman sedangkan untuk pintu
masuk, terdapat 4 akses masuk dan keluar yang masing-masing berbatasan langsung dengan Jalan Piere Tendean.
Bollard yang digunakan memiliki tinggi 75 cm dengan diameter 10 cm dan diletakkan dengan jarak 60 cm satu sama lain. Pada sirkulasi multi mode,
bollard tetap perlu digunakan agar tidak ada penyalahgunaan jalur yang sering terjadi motor masuk ke dalam jalur sirkulasi.
VII.3.3.3 Railing dan Dermaga Railing merupakan pagar pembatas yang dikembangkan sebagai pegangan
tangan pada area boardwalk dan juga diperuntukan sebagai pembatas antara taman dan sungai sehingga pengguna merasa lebih aman. Penggunaan railing ini
diletakkan disepanjang jalur sirkulasi yang berbatasan langsung dengan tepian sungai. Railing yang digunakan pada jalur sirkulasi yang melintas sungai dan dek
dermaga menggunakan material kayu agar menyatu dengan board walk. Dermaga dibuat sebagai area penerimaan bagi pengguna yang memilih
moda transportasi sungai menuju ke dalam taman. Bentuk dermaga ini ialah lingkaran penuh dengan menggunakan material papan kayu galam. Ukuran luas
tergantung dengan kebutuhan pada tapak dengan perhitungan setiap satu orang membutuhkan kebutuhan ruang sebesar 20 m
2
.
VII.3.3.4 Rak Sepeda Parkir untuk sepeda dibuat di dalam taman yang berbentuk rak sepeda
sederhana yang berada didekat main entrance dan side entrance terutama di node pertemuan antara jalur pejalan kaki dan multi mode. Rak sepeda ini masing-
masing lokasi parkir sepeda dapat mengakomodasi sekitar 12-15 unit sepeda. Tempat parkir ini dibuat untuk dapat mengakomodasi pengguna yang membawa
sepeda maupun yang ingin menggunakan sepedanya ke dalam tapak maupun ingin hanya berjalan di tapak. Gambar refrensi rak sepeda dapat dilihat pada gambar 55.
Gambar 54. Image Rak Sepeda Sumber : Google.com
VII.3.3.5 Retaining Wall Retaining wall pada taman tepian sungai sangat diperlukan sebagai
penahan erosi tanah. Namun tidak hanya itu, dihararapkan juga dinding retaining
ini dapat menambah nilai keindahan taman. Oleh karena itu pada perancangan ini digunakan jenis retaining wall dari bahan batu bronjol atau gabion wall. Dinding
retaining ini memiliki beberapa kelebihan seperti dapat mengurangi arus laju air sungai karena dengan material batu dinding memiliki permukaan yang lebih kasar
serta memiliki celah sehingga memberi ruang bagi air dapat masuk ke dalam material tanah dan tersimpan di dalamnya. Air yang masuk ini kemudian menjadi
sumber mineral bagi tanaman yang ditanam pada taman. Dengan begitu struktur tanah akan lebih tahan terhadap erosi. Selain itu, pada selang beberapa waktu
penggunaan bronjong secara alami dapat merangsang pertumbuhan rumput liar seperti terlihat pada gambar 56.
Gambar 55. Contoh Penggunaan Bronjong atau Gabion Wall Sumber : Google.com
Penggunaan bronjong pada taman menggunakan ukuran rangka 0,9 – 1 m
2
dengan variasi batu didalamnya berukuran 50 mm – 300 mm, ini merupakan ukuran cetakan yang ada pada pasaran. Untuk memperkuat kesan alami pada
bronjong dapat juga dimodifikasi dengan menggunakan tanaman penutup tanah seperti rumput Vetiver Vetiveria zizanoides. Rumput ini dipilih karena memiliki
ketahanan pada kondisi kritis. Selain itu dengan penambahan elemen tanaman dapat memperlunak kesan kaku dari dinding.
Untuk menjaga keawatan dari retaining wall ini perlu dilakukan pemantauan secara rutin ini disebabkan rawannya pencurian material yang ada
pada struktur ini baik dari kawat besi maupun batu. Oleh karena itu pengawasan sangat diperlukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
VII.3.3.6. Tempat Duduk Tempat duduk dibutuhkan pengguna baik individu maupun kelompok
yaitu sebagai tempat istirahat sementara, duduk-duduk melihat pemandangan, berkumpul, dan sebagainya. Ukuran tempat duduk dibuat agar memberikan
kenyamanan kepada pengguna yaitu tinggi 40-45 cm, lebar 36-45 cm dan panjang dudukan 60 cm, ada sandaran belakang dan sandaran tangan Harris dan Dines,
1998.
VII.3.3.7. Tempat Parkir Parkir ini difungsikan untuk kendaraan bermotor yang direncanakan pada
pada ruang penerimaan baik roda empatmobil maupun roda duamotor dengan besar 780 m
2
untuk mobil dan 96 m
2
untuk motor. Sehingga parkir ini hanya dapat mengakomodasi 32 mobil dan 60 motor dengan perhitungan kebutuhan
ruang masing-masing untuk mobil sebesar 24 m
2
dan motor sebesar 1,6 m
2
. Detail tempat parkir dapat dilihat pada gambar
VII.3.4. Elemen Estetik Sculpture atau landmark merupakan elemen estetik taman yang berfungsi
sebagai identitas taman dan juga sebagai aksen atau point of interest pada taman yang dapat menambah nilai estetika taman. Sculpture yang digunakan pada taman
ini ialah berupa artwork yang memiliki filosofi untuk menguatkan konsep dasar perancangan taman tepian sungai dan karakteristik lokal taman. Sculpture akan
dikembangkan pada beberapa spot penting di taman antara lain, seperti pada area penerimaan terdapat artwork dari logam dengan bentuk hasil pengembangan dari
tetesan air dan bentuk orang renang yang dikembangkan dari pola lingkaran diletakkan pada plasa dekat area foodcourt. Contoh jenis metal artwork dapat
dilihat pada gambar 57.
Gambar 56. Contoh Metal Artwork Sumber : Google.com dan Flikr.com
Model artwork dengan bahan metallogam ini telah banyak dibuat oleh pengrajin seni patungsculpture, seperti karya Nyoman Nuarte yang telah banyak
dipakai di Jakarta dan kota besar lainnya. Kemudian pada area selatan tapak dikembangkan sculpture dengan bahan light box, elemen ini sengaja
dikembangkan untuk memberi sentuhan pecinan. Ide pengembangan sculpture ini terinspirasi dari bentukan dupa yang terdiri dari jejeran batang. Dupa ini sering
digunakan masyarakat tionghoa dalam beribadah di dalam Klenteng, dimana pada bagian selatan tapak terdapat Klenteng. Selain sebagai aksen sculpture ini juga
berfungsi sebagai lampu taman pada malam hari, sehingga dapat menjadi elemen arstistik yang menarik. Gambar detail material pada dermaga dan plasa dijelaskan
pada gambar 58 sedangkan gambar 59, 60, 61, 62, 63, 64 dan 65 merupakan gambar detail untuk hardscape taman ini.
9 4
5 7
9 5
5 8
9 6
5 9
9 7
6
9 8
6 1
9 9
6 2
1 6
3
1 1
6 4
VII.3.5. Pencahayaan Pencahayaan sangat dibutuhkan agar dapat mengakomodasi kebutuhan
pengguna pada malam hari. Pencahayaan pada taman juga harus dioptimalkan pada taman yang memiliki aktivitas pada malam hari. Selain untuk keindahan,
penerangan pada malam hari juga berfungsi sebagai pencegah kemungkinan penyalahgunaan taman sebagai kegiatan vandalisme dan kejahatan. Pada taman
tepian sungai ini digunakan tiga macam pencahayaan, yaitu street light, path light dan spotlight. Street light diletakan dibeberapa titik di area penerimaan,
amphiteater dan plasa atau node pertemuan sirkulasi. Contoh tipe-tipe penyinaran menurut Harris dan Dines 1998 dijelaskan pada gambar 66.
Ketinggian lampu lebih kurang 10 meter dan berguna sebagai penerang utama. Sedangkan untuk beberapa spot juga diletakkan lampu taman dengan
ketinggian 3 meter. Pada jalur sirkulasi taman juga dibutuhkan penerangan dan jenis lampu yang digunakan pada area ini adalah jenis path light dengan
ketinggian 60 cm. lampu ini hanya menereangi jalur sirkulasi dengan tinggi atau jarak penyinaran tidak sampai menyilaukan pandangan, sehingga tetap
memberikan kenyamanan pengguna pada malam hari. Sedangkan spotlight digunakan sebagai lampu sorot untuk elemen-elemen tertentu yang ingin
ditonjolkan seperti sculpture dan pohon atau tanaman. Tipe penyinaran ini digunakan untuk menyinari sculpture yang berada di taman agar dapat
memberikan penekanan aksen pada elemen-elemen tersebut di malam hari. Gambar 67 merupakan gambar rencana pencahayaan pada taman.
Gambar 65. Contoh Tipe-Tipe Pencahayaan Sumber : Harris dan Dines, 1998
1 3
6 6
VII.3.6. Planting Plan Secara umum vegetasi yang akan direncanakan pada tapak merupakan
vegetasi yang dapat beradaptasi dengan lingkungan Kota Banjarmasin. Kemudian berdasarkan konsep tata hijau yang telah dikembangkan serta hasil analisis tapak,
vegetasi yang digunakan pada perancangan taman ini dibagi menjadi dua yakni vegetasi untuk fungsi ekologis dan vegetasi untuk arsitektural, tentunya kedua
aspek ini harus fungsional. Gambar 68 merupakan gambar planting plan pada perancangan taman tepian Sungai Martapura sedangkan untuk detail penanaman
dapat dilihat pada gambar 69 dan 70.
VII.3.6.1. Vegetasi untuk Fungsi Ekologis Vegetasi ini dioptimalkan sebagai penahan erosi tanah, ini dikarenakan
letak taman yang berada pada tepian sungai rawan terjadi erosi. Vegetasi yang digunakan ialah vegetasi yang memiliki kemampuan menutupi permukaan tanah
serta perakaran yang kuat seperti rumput paetan Axonopus compressus, seruni rambat Widelia biflora, akar wangi Vetiveria zizanoides, rambai Baccaurea
motleyana, Palem merah Cyrtostachis rendra dan kelapa Cocos nucifera. Sebagian besar tanaman ini merupakan tanaman lokal, selain berfungsi ekologis
penggunaan tanaman lokal juga memperkuat karakter lokal dari taman.
VII.3.6.2. Vegetasi untuk Fungsi Arsitektural Vegetasi berfungsi arsitektural digunakan sebagai pendukung ruang
rekreasi pada taman serta untuk memaksimalkan aktivitas pengguna. Vegetasi ini terdiri atas pohon, semak dan groundcover. Untuk pohon, tanaman yang
digunakan berfungsi sebagai penaung dan pengarah. Tanaman yang digunakan antara lain, Palem Pinang Areca catechu, Palem Sadeng Livistonia
rotundifolia, Bunga Kupu-Kupu Bauhinia purpurea dan Dadap Merah Erythrina cristagali. Sementara itu untuk semak, tanaman yang digunakan yang
memiliki warna bunga dan daun yang mencolok seperti warna merah dan kuning, seperti Soka Ixora sp., Batavia Jatropha panduriforia, Palem Merah
Cyrtosthacis rendra, Bunga Merak Caesalpinia pulchirema, Bunga Kanna Canna sp., Pisang Hias Heliconia sp. serta Talas-talasan Colocasia ordorata.
1 7
6 9
1 8
7
Kemudian untuk ground cover tanaman yang digunakan seperti Bakung Crinum asiaticum dan Pandan Pandanus
amaryllifolius. Karakteristik penggunaan tanaman pada taman dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 10. Daftar Karakteristik Tanaman yang digunakan pada Taman
No Nama Tanaman
Fungsi Images
Penaung Penahan
Erosi Estetika
Pembatas Identitas
Pereduksi polusi
1 Areca catechu
Pinang
• •
2 Arundinaria pumila
Bambu Jepang
• •
3 Axonopus
compressus Rumput Paetan
•
4 Barringtonia asiatica
Keben
• •
•
5 Baccaurea motleyana
Pohon Rambai
• •
6 Bauhinia purpurea
Bunga Kupu-kupu
• •
7 Canna sp. Bunga
Kana
• •
•
8 Carex morowii
Kucai
• •
9 Casuarina
equistofollia Cemara laut
• •
•
10 Cocos nucifera
Pohon Kelapa
• •
•
11 Colocasia ordorata
Talas-talasan
• •
12 Costus sp. Pacing
• •
13 Crinum sp. Bakung
• •
14 Cyrtostachis rendra
Palem merah
• •
• •
15 Ficus lyrata Biola
cantik
• •
16 Heliconia sp Pisang
hias
• •
•
17 Gluta ringhas
Jingah
• •
18 Livistonia
rotundifolia Palem Sadeng
• •
19 Ophiopogon sp
Kucai mini
•
20 Pandanus
amaryllifolius Pandan
• •
21 Pterocarpus indicus
Angsana
•
22 Rhapis excelsa
Palem wregu
• •
•
23 Roystonia regia
Palem Raja
• •
24 Terminalia catappa
Pohon Ketapang
• •
25 Veitchia merilii
Palem putri
•
26 Vetiveria zizanoides
Akar wangi
•
27 Widelia biflora
Seruni rambat
• •
VIII. PENUTUP