Kondisi Biofisik Kondisi Umum Kota Banjarmasin 1. Kondisi Fisik

IV.1.2. Kondisi Biofisik

IV.1.2.1. Morfologi Kota Banjarmasin terletak sekitar 50 km dari muara Sungai Barito dan dibelah oleh Sungai Martapura, sehingga secara umum bentuk fisik Kota Banjarmasin didominasi oleh daerah yang relatif datar dan berada di dataran rendah. Daerah ini terletak di bawah permukaan air laut rata-rata 0,16 m dpl dengan tingkat kemiringan lereng 0 - 2. Letak dataran yang sebagian besar berada di bawah permukaan air menyebabkan sebagian besar wilayah Kota Banjarmasin merupakan rawa tergenang yang dapat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. IV.1.2.2. Geologi Sebagian besar formasi batuan dan tanah di wilayah Kota Banjarmasin adalah jenis Alluvium Qa yang dibentuk oleh kerikil, pasir, lempung dan lumpur. Adapun kondisi dan struktur geologi di Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut : a. Formasi Berai tomb; terbentuk dari batu gamping putih berlapis dengan ketebalan 20-200 cm b. Formasi Dahor Tqd; terbentuk oleh pasir kuarsa, konglomerat dan batu lempeng dengan susunan lignit dengan ketebalan 2-10 cm c. Formasi Karamalan KaK; dibentuk oleh persilingan batu lanau dan batu lempung dengan ketebalan berkisar 20-50 cm d. Formasi Pudak Kap; dibentuk oleh lava yang ditambah perselingan antara bleksikonglomerat dan batuan pasir dengan olistolit berupa batu gampigng, basal, batuan malihan dan ultramafik. e. Formasi Tanjung Tet; dibentuk oleh batu pasir kuarsa berlapis 50- 150 cm dengan sisipan batu lempung kelabu yang memiliki ketebalan 50-150 cm pada bagian atas, serta batubara hitam mengkilap dengan ketebalan 50-100 cm pada bagian bawah. f. Alluvium Qa; dibentuk oleh kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur g. Formasi Pitanak Kvep; disusun dan dibentuk oleh lava yang terdiri atas struktur bantal berasosiasi dengan breksi dan konglomerat h. Kelompok batuan Ultramafik Mub; disusun oleh harzborgit, piroksenit dan serpentit IV.1.2.3 Tanah Secara umum jenis tanah yang dominan di Banjarmasin adalah aluvial dengan dominasi struktur lempung dan sebagian berupa tanah Organosol Glei Humus pada daerah rawagambut khususnya. Jenis tanah aluvial merupakan ciri tanah dengan tingkat kesuburan yang baik, memiliki tingkat kandungan hara yang tinggi dan banyak tergantung pada bahan induknya. Namun dominasi jenis tanah ini terdapat pada lahan datar sehingga kendala yang sering terjadi adalah tanah ini akan tergenang oleh air pada musim hujan. Tanah aluvial ini tergolong aluvial humik karena terdapat material humus di dalamnya mempunyai bahan organik ±12 kgm 3 sedalam kurang dari satu meter dari permukaan. Jadi kandungan bahan organiknya yang ada di dalamnya cukup tinggi sehingga tergolong subur. Selain itu tanah ini memiliki tingkat keasaman yang relatif tinggi, tingkat salinitas yang rendah dan kandungan pospor yang rendah. Tanah tipe ini cukup sesuai untuk diaplikasikan dalam bidang lanskap contohnya berkebun dan taman Philip, 1932. Tipe tanah aluvial ini tergolong pada derajat kesesuaian tanah sedang untuk berkebun sesuai dengan sifat kimia dan fisiknya. Sifat tanah yang berlempung dengan pasir berliat menandakan bahwa drainase sedang. Tanah tipe ini juga dapat dibangun dengan bangunan non permanen ataupun semi permanen. IV.1.2.4 Iklim Secara klimatologi, Kota Banjarmasin beriklim tropis dengan klasifikasi tipe iklim A dengan nilai Q=14,29 rasio jumlah rata-rata bulan kering dengan bulan basah. Temperatur udara bulanan di wilayah ini rata-rata 28ºC - 38ºC dengan sedikit variasi musiman, dimana suhu udara maksimum 33ºC dan suhu udara minimum 22ºC. curah hujan rata-rata mencapai 2.400 mm – 3.500 mm dengan fluktuasi tahunan berkisar antara 1.600 mm – 3.500 mm. Angin yang bertiup dari benua Australia merupakan angin kering, yang berakibat terjadinya musim kemarau sementara itu angin Musim Barat dari Benua Asia menyebabkan musim hujan yang sering terjadi pada bulan November sampai bulan April. Penyinaran matahari tahunan rata-rata pada saat musim hujan 2,8 jamhari dan di musim kemarau 6,5 jamhari. Kelembaban udara relatif bulanan rata-rata tersebar jatuh pada bulan Januari yaitu ± 74 - 91 dan terkecil pada bulan September yaitu ± 52. Evaporasi dari permukaan air bebas karena penyinaran matahari dan pengaruh angin, rata-rata harian sebesar 3,4 mmhari di musim hujan dan 4,1 mmhari di musim kemarau. Evaporasi maksimum pernah terjadi sebesar 11,4 mmhari dan minimum 0,2 mmhari. IV.1.2.5 Hidrologi Secara hidrologi terutama air permukaan, Kota Banjarmasin dikelilingi oleh sungai-sungai beserta cabang-cabangnya, mengalir dari arah utara dan timur laut ke arah barat daya dan selatan. Sungai-sungai tersebut mengalir membentuk pola aliran mendaun dendritik drainage patern yang mana air mengalir dari sungai cabang ke sungai utama. Sungai utama dan besar adalah Sungai Barito dan beberapa cabang utama seperti Sungai Martapura, Sungai Alalak dan Sungai Kuin. Muka air Sungai Barito dan Sungai Martapura dipengaruhi oleh pasang surut Laut Jawa, sehingga mempengaruhi drainase kotadan apabila air laut pasang maka sebagian wilayah kota digenangi air. Rendahnya permukaan lahan 0,16 m di bawah permukaan air laut menyebabkan air sungai menjadi payau dan asin pada musim kemarau karena terjadi instrusi air laut. IV.1.2.6 Pasang Surut Secara umum, tipe pasang surut yang ada di Kalimantan Selatan adalah tipe diurnal, yaitu dalam 24 jam terjadi gelombang pasang 1 kali pasang dan 1 kali surut. Lama pasang rata-rata 5-6 jam dalam satu hari dan selama waktu pasang, air di Sungai Barito dan Sungai Martapura tidak dapat keluar karena terbendung oleh naiknya muka air laut. Kondisi ini tetap aman selama tidak ada penambahan air oleh curah hujan tinggi. Air yang terakumulasi akan menyebar ke daerah-daerah resapan seperti rawa dan tersimpan hingga muka air sungai surut. Kondisi kritis terjadi pada saat muka air pasang tertinggi bersamaan dengan curah hujan maksimum. Aliran air yang terbendung di bagian hilir sungai yang menyebabkan debit air sungai naik dan menyebar pada daerah-daerah resapan, debit air akan terus naik ketika mendapat tambahan dari air hujan. Apabila kondisi daerah resapan tidak mampu lagi menampung air, maka air akan bertambah naik dan meluap ke daerah permukiman dan jalan. Pada umumnya ketinggian permukaan air sungai di Banjarmasin mengacu pada pasang surut air di muara ambang luar Sungai Barito, ini dikarenakan semua sungai yang ada di Banjarmasin dipengaruhi pasokan air dari muara Sungai Barito. Menurut perhitungan yang dilakukan oleh Dinas Ad-Pel Kota Banjarmasin, muka air tertinggi pada ambang luar Sungai Barito setiap hari terjadi secara relatif. Kondisi ini juga mempengaruhi jadwal keluar masuknya kapal ke pelabuhan. Kemiringan sungai di Banjarmasin sangat landai, karena kondisi topografi yang relatif datar dengan arus lamban, serta banyaknya hambatan berupa tumbuhan air dan tumbuhan rawa di sekitar sungai, sampah-sampah, endapan lumpur yang besar dan banyaknya rumah-rumah penduduk yang dibangun di pinggir sungai. Ketika kondisi surut arus mengarah ke bagian hilir dan sebaliknya ketika pasang arus kembali ke bagian hulu. Kecepatan arus ketika pasang berkisar antara 0,28 – 0,373 mdet rata-rata 0,343 mdet, sedangkan pada saat surut antara 0,321 – 0,395 mdet rata-rata 0,363 mdet [Dokumen AMDAL Pembangunan Kawasan Wisata dan Rekreasi Banjarmasin Park, 2003 dalam RTRW Kota Banjarmasin, 2009].

IV.1.3. Kondisi Sosial dan Budaya