V.1.2 Kondisi Biofisik
V.1.2.1 Topografi dan Kemiringan Dengan kondisi permukaan tapak adalah datar dengan ketinggian yang
relatif sama hampir seluruh area tapak potensial untuk dikembangkan. Menurut Nurisjah 2004, umumnya lahan yang mempunyai topografi dan kemiringan
lahan yang relatif datar akan memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk berbagai aktivitas kehidupan dan rekreatif manusia dan juga untuk
peletakan sarana penunjangnya. Secara umum, tapak memiliki kemiringan yang relatif datar untuk itu
diperlukan modifikasi untuk memecah kemonotonan pada tapak. Namun di bagian selatan tapak lokasi didapatkan adanya pemasangan beton siring tanggul
membuat perbedaan level ketinggian permukaan tanah dan beton yang cukup tinggi sebesar ± 100 cm-150 cm, seperti pada gambar 19. Sehingga dalam
pengembangan tapak nantinya diperlukan grading yaitu dengan mengurug beberapa bagian area tapak sehingga didapat kondisi yang maksimal untuk
dibangun taman tepian sungai.
Gambar 19. Ilustrasi Kendala Perbedaan Level Ketinggian Permukaan
Pada waktu pasang air sungai sebagian besar tapak berada dibawah permukaan airterendam. Oleh karena itu pengembangan retaining wall sangat
diperlukan pada tapak, selain sebagai penahan erosi tanah juga penahan air pasang agar tidak masuk merendam permukaan tapak. Dengan kondisi tersebut
diperlukan juga sistem drainase yang baik. Pengembangan sistem drainase ini dapat dilakukan baik secara alami maupun buatan. Perbaikan secara alami ialah
dengan penggemburan atau pencampuran bahan organik pada tanah agar tanah
± 0 m ± 1.5 m
SEMPADAN SUNG AI SUNG AI
SIRING JALAN P.TENDEAN
BANG UNAN
Ta np a Ska la
bersifat lebih porus, sehingga memungkinkan air dapat masuk ke tanah dan tidak langsung terbuang ke sungai. Untuk sistem drainase buatan dibuat dengan
menggunakan pipa-pipa yang diletakan dalam tanah yang akan mengalirkan air dari dalam tapak ke sungai dan sistem drainase kota yang ada di tepi jalan.
Pengembangan sistem drainase ini sebaiknya dirancang dengan baik sehingga air yang dibuang telah melewati penjernihan penyaringan sehingga tidak
mencemari tanah dan sungai. Gambar 20 merupakan gambar analisis topografi, kemiringan dan hidrologi tapak.
V.1.2.2 Tanah Tanah yang tedapat pada tapak memiliki tingkat kandungan hara yang
tinggi dan banyak tergantung pada bahan induknya. Namun untuk dikembangkan sebagai media tanam, tanah harus diperlakukan secara khusus terlebih dahulu
dengan menambahkan bahan organik sehingga tanah menjadi lebih gembur dan porus sehingga tidak saja baik untuk tanaman tetapi juga untuk sistem drainase
dan udara di dalam tanah.
Tabel 6. Analisis Sifat Fisik Tanah
Peruntukan Keterangan
Deskripsi
Konstruksi Bangunan Tanah
berstruktur kokohkeras
Tanah jenis ini baik untuk pengembangan bangunan
konstruksi Media tanam dan tanaman
Tanah berbahan organik tinggi
Kondisi tanah yang keras haruslah diberi penambahan bahan organik
agar tanah lebih gembur dan porus sehingga baik untuk ditanami
tanaman. Tanah yang porus
memiliki sirkulasi udara dan air yang baik,
tanah juga mampu menyerap air secara maksimal sehingga dapat
membantu dalam pemenuhan hara dan mineral tanaman. Akar
tanaman juga dapat berfungsi sebagi pencegah erosi.
4 8
2
V.1.2.3. Vegetasi dan Satwa Kondisi vegetasi yang ada pada tapak yang tidak terawat sehingga
menimbulkan kesan semak belukar, khususnya pada area bekas Banjarmasin Park. Oleh karena itu perlu dilakukan rencana penanaman ulang dan pembersihan
tanaman pengganggu. Kemudian kondisi tapak yang panas membutuhkan penanaman vegetasi
memperbaiki iklim mikro khususnya mereduksi radiasi sinar matahari yang masuk ke tapak Gambar 21. Selain untuk memperbaiki iklim mikro, vegetasi
yang ditanam juga harus mempertimbangkan fungsi yang ingin dicapai oleh tapak. Pemilihan vegetasi pada tapak harus didasarkan pada fungsi-fungsi arsitektural,
seperti peneduh, penaung, pembatas dan estetik. Letak tapak yang berada di pinggir jalan memiliki kendala bising dan polusi debu, oleh karena itu perlu
dilakukan penanaman vegetasi sebagai penjerap bising dan polusi, seperti pada gambar 22.
Gambar 21. Keefektifan Vegetasi dalam Menjerap Radiasi Sinar Matahari Sumber: Brooks, 1988
Penanaman vegetasi untuk membuat ruang pada tapak juga perlu diperhatikan. Seperti yang ditulis dalam Time Saver Standards for Landscape
Architecture, perlu diperhatikan bahwa jenis vegetasi yang digunakan sebaiknya mendukung karakter visual tapak dan fungsi ekologis dalam konteks regional, hal
ini dapat dicapai dengan menggunakan vegetasi lokal dan tanaman yang digunakan sebaiknya bersifat minim perawatan atau low maintenance untuk
mempermudah perawatan. Adanya satwa burung seperti elang laut dan walet yang terbang melintas di
sekitar tapak merupakan elemen akustik yang dapat menambah nilai estetik dari
b Pohon berdaun lebat
a Pohon berdaun jarang
c Pohon berdaun jarum
tapak. Hal ini nantinya juga dapat dijadikan objek pemandangan tersendiri bagi pengunjung.
Gambar 22. Pohon dan Semak sebagai Peredam Bising dan Penjerap Polusi Debu Sumber : Harris dan Dines, 1998
V.1.2.4. Iklim Mikro Angin yang berasal dari koridor sungai dan jalan merupakan potensi yang
dapat dimanfaatkan sebagai elemen modifikasi iklim mikro pada tapak. Namun angin yang berasal dari koridor jalan juga berpotensi membawa debu dan udara
polusi. Tingginya intensitas penyinaran sinar matahari di dalam tapak mempengaruhi kenyamanan terutama karena pada kondisi tapak yang terkena
pancaran sinar sepanjang hari di semua wilayah tapak sehingga menjadi lebih panas kurang nyaman. Oleh karena itu diperlukan perancangan yang matang
khususnya dalam pemilihan dan pemakaian elemen lanskap yang dapat meminimalkan pancaran sinar matahari guna memberikan keteduhan dan
kenyamanan bagi pengguna tapak. Modifikasi iklim mikro tapak salah satunya dapat dilakukan dengan
pemilihan dan pemakaian vegetasi yang tepat. Menurut Grey dan Deneke 1978, salah satu fungsi vegetasi ialah sebagai kontrol radiasi sinar matahari. Pohon
berdaun lebat sangat efektif untuk perlindungan terhadap radiasi sinar matahari. Gambar 23 merupakan gambar analisis iklim mikro pada tapak.
Tanaman ScreeningBorder Sumber Bising Polusi
Pedestrian
V.1.3. Kondisi Sosial