hasilnya. “Lalu Umar mewakafkan tanahnya yang ada di Khaybar”. HR. Bukhari Muslim
15
.
5. Syarat dan Rukun Wakaf
1. Wakif Pemberi Wakaf
Persyaratan seorang calon Wakif agar sah harus memiliki kecakapan hukum atau kemalul ahliyah legal competent dalam
membelanjakan atau memanfaatkan hartanya, kecakapan bertindak disini meliputi 4 empat kriteria:
a. Merdeka
16
Wakaf yang dilakukan oleh seorang budak hamba sahaya tidak sah, karena wakaf pengguguran hak milik dengan cara
memberikan hak milik itu kepada orang lain. Sedangkan hamba sahaya tidak mempunyai hak milik, dirinya dan apa yang
dimilikinya kepunyaan tuannya. Namun demikian, Abu Zahrah mengatakan bahwa para fuqha sepakat, budak itu boleh
mewakafkan hartanya apabila ada izin dari tuannya, karena ia sebagai wakil darinya.
b. Berakal Sehat
15
Sumuran Harahap, Wakaf Uang dan Prospek Ekonominya di Indonesia, Jakarta: Mitra Abadi Press, 2012 hal.1
16
Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, Jakarta: Proyek Pengembangan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji,2006 hal. 22
Wakaf yang dilakukan oleh orang gila tidak sah hukumnya, sebab ia tidak berakal, tidak mumayyiz dan tidak cakap melakukan
akad serta tindakan lainnya. Demikian juga wakaf orang lemah mental idiot, berubah akal karena faktor usia, sakit atau
kecelakann, hukumnya tidak sah karena akalnya tidak sempurna dan tidak cakap untuk menggugurkan hak miliknya.
c. Dewasa Baligh
Wakaf yang dilakukan oleh anak yang belum dewasa baligh hukumnya tidak sah karena ia dipandang tidak cakap
melakukan akad dan tidak cakap pula untuk menggugurkan hak miliknya.
d. Tidak Berada Di bawah Pengampuan BorosLalai
Orang yang berada dibawah pengampuan dipandang tidak cakap untuk berbuat kebaikan tabbaru, maka wakaf yang
dilakukan hukumnya tidak sah. Tetapi berdasarkan istishan, wakaf orang yang berada di bawah pengampuan terhadap dirinya sendiri
selama hidupnya hukumnya sah. Karena tujuan dari pengampuan untuk menjaga harta wakaf supaya tidak habis dibelanjakan untuk
sesuatu yang tidak benar, dan untuk menjaga dirinya agar tidak menjadi beban orang lain.
2. Mauquf „alaih Yang diberi Wakaf
Mauquf „Alaih tujuan wakaf peruntukan wakaf. Wakaf harus dimanfaatkan dalam batas-batas yang sesuai dan diperbolehkan syariat
Islam. Karena pada dasarnya, wakaf merupakan amal yang mendekatkan diri manusia kepada Allah SWT. Karena itu mauquf
‘alaih diisyaratkan harus hadir sewaktu penyerahan wakaf, harus ahli untuk memiliki harta yang diwakafkan, tidak orang yang durhaka
terhadap Allah SWT, dan orang yang menerima wakaf itu harus jelas tidak diragui kebenarannya.
17
3. Mauquf Bih Harta Wakaf
Benda yang dimanfaatkan disebut dengan mauquf bih. Seabagai obyek wakaf, mauquf bih merupakan hal yang sangat penting dalam
perwakafan. Namun demikian, harta yang diwakafkan tersebut bisa dipandang sah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Benda harus memiliki nilai guna, Benda yang dapat disimpan dan
halal digunakan dalam keadaan normal bukan dalam keadaan darurat. Karena itu menurut mazhab Hanafi tidak sah mewakafkan
sesuatu yang hukan harta, seperti mewakafkan manfaat dari rumah sewaan untuk ditempati.
b. Benda yang diwakafkan harus tertentu diketahuai ketika terjadi
akad wakaf. Harta yang akan diwakafkan harus diketahui dengan
17
Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di Indonesia, hal.18
yakin, sehingga tidak akan menimbulkan persengketaan. Karena itu tidak sah mewakafkan yang tidak jelas seperti satu dari dau rumah.
c. Benda tetap atau bergerak yang dibenarkan untuk diwakafkan.
d. Benda yang diwakfkan benar telah menjadi milik sempurna Al-
milik At-tamm si Wakif ketika terjadi akad wakaf.
18
e. Sighat Ikrar Wakaf, Segala ucapan, tulisan atau isyarat dari orang
yang berakad untuk menyatakan kehendak dan menjelaskan apa yang diinginkannya. Namun shigat wakaf cukup dengan ijab saja
dari Wakif tanpa memerlukan qabul dari mauquf ‘alaih. Begitu
juga qabul tidak menjadi syarat sahnya wakaf dan juga tidak menjadi syarat untuk berhaknya
mauquf ‘alaih memperoleh manfaat harta wakaf, kecuali pada wakaf yang tidak tertentu.
19
f. Nazhir Pengelola Harta Wakaf, Nazhir adalah pihak yang
menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukkannya. Posisi Nazhir
sebagai pihak yang bertugas untuk memelihara dan mengurusi harta wakaf mempunyai kedudukan sentral dalam perwakafan.
Sedemikian pentingnya kedudukan Nazhir dalam perwakafan, sehingga berfungsi atau tidaknya wakaf bagai
mauquf ‘alaih sangat bergantung pada Nazhir. Meskipun demikian Nazhir tidak berarti
Nazhir mempunyai kekuasaan mutlak terhadap harta yang
18
Departemen Agama RI, Fikih Wakaf, Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf,2003 hal.44
19
Departemen Agama RI, Fikih Wakaf, Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, 2006 hal. 55
diamanahkan kepadanya. Seorang Nazhir haruslah memiliki persyaratan sebagi berikut:
a. Syarat Moral
Paham tentang hukum wakaf dan zakat, infaq dan sedekah. Baik dalam tinjauan syariah maupun perundang-undangan
Negara RI. Jujur, amanah, dan adil sehingga dapat dipercaya dalam proses pengelolaan dan pentasharrufan kepada sasaran
wakaf. b.
Syarat Manajemen Mempunyai kapabilitas yang baik dalam leadership,
mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual sosial dan pemberdayaan.
c. Syarat Bisnis
Mempunyai keinginan, mempunyai pengalaman dan mempunyai ketajaman melihat peluang usaha sebagimana
layaknya enterpreunership.
20
B. Perundang-undangan Wakaf