Pengertian Wakaf Perwakafan Dalam Perspektif Fiqih

16

BAB II LANDASAN TEORI

A. Perwakafan Dalam Perspektif Fiqih

1. Pengertian Wakaf

Kata wakaf berasal dari bahasa Arab “waqafa”. Asal kata “waqafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau diam ditempat atau tetap berdiri. Kata “Waqafa-Yaqifu-Waqfan” sama artinya dengan “Habasa- Tajbisu- Tahbisan”. 1 Wakaf menurut etimologis yang bermakna menahan harta dan memaanfaatkan hasilnya dijalan Allah atau ada juga yang bermaksud menghentikan seperti telah disebutkan di atas. Makna disini, menghentikan manfaat keuntungannya dan diganti untuk amal kebaikan sesuai dengan tujuan wakaf. Menghentikan segala aktifitas yang pada mulanya diperbolehkan terhadap harta ain benda itu, seperti menjual, mewariskan, menghibahkan, dan mentransaksikannya untuk keperluan agama semata, bukan untuk keperluan si Wakif. Para ahli fiqih berbeda pendapat dalam mendefinisikan wakaf, sehingga mereka berbeda pula dalam memandang hakekat wakaf itu sendiri. Berbagai pandangan dan pendapat tentang wakaf itu dapat dilihat menurut istilah sebagai berikut: 1 Peter Salim MA. Standard Indonesian-English Dictionary, Jakarta: Modern English Press,1993 hal. 893 a. Abu Hanifah Wakaf adalah menahan benda atas milik orang yang berwakaf dan mendermakan mensedekahkan manfaatnya untuk tujuan kebaikan pada masa sekarang dan masa yang akan datang. 2 b. Mazhab Malikiyah Wakaf adalah penahanan suatu benda dari bertasarruf bertindak hukum seperti memperjual-belikannya terhadap benda yang dimiliki serta benda itu tetap dalam pemilikan si Wakif, dan memproduktifkan hasilnya untuk keperluan kebaikan. 3 c. Mazhab Syafi’i dan Ahmad Hambal Kedua mazhab ini berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan Wakif. Setelah sempurna prosedur perwakafan. Seperti perlakuan pemilik dengan cara memindahlan kepemilikannya kepada yang lain, baik yang diwakafkan tersebut tidak dapat diwarisi oleh ahli warisnya. Wakif menyalurkan manfaat harta yang diwakafkannya kepada mauquf ’alaih yang diberi wakaf sebagai sedekah yang mengikat, dimana Wakif tidak dapat melarang penyaluran sumbangannya tersebut. Apabila 2 Muhammad Mustafa Tsalabi, al-ahkam al-washaya wal awqaf, Mesir: Dar al- Ta’lif, 00 hal. 3 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Ciputat Press, 2005 Cet. 1 hal. 9 Wakif melarangnya, maka Qadli berhak memaksanya agar memberikannya kepada mauquf alaih , karena itu mazhab Syafi’i mendefinisikan wakaf adalah Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus sebagai milik Allah SWT, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebijakan sosial, mazhab ini juga berpendapat bahwa wakaf itu berupa penahanan harta bertasarruf dan mensedeqahkan hasilnya serta berpindahnya kepemilikan dari orang yang berwakaf kepada orang yang menerima wakaf dan tidak boleh bertindak sehendak hati mauquf. Imam Syafi’i juga berpendapat bahwa wakaf ialah suatu ibadah yang disyariatkan. Wakaf itu sah bila orang yang berwakaf itu Wakif telah menyatakan lafadz , “saya wakafkan ini waqaffu haza, sekalipun tanpa diputuskan Hakim. Bila harta itu telah dijadikan harta wakaf, maka orang yang berwakaf tidak berhak lagi atas benda itu, walaupum harta itu tetap berada ditangannya. 4 d. Mazhab Imamiyah Mazhab Imamiyah dalam mendifinisikan wakaf sama dengan m azhab Syafi’i dan Imam Hambal namun berbeda dari segi kepemilikan atas benda yang diwakafkan yaitu milik mauquf alaih yang diberi wakaf, meskipun mauquf alaih tidak berhak melakukan 4 Nazaruddin rahmat, Harta Wakaf, Jakarta: Bulan Bintang 1964 hal. 19 suatu tindakan atas benda wakaf tersebut, baik menjual atau menghabisknnya. 5 Selain definisi menurut fikih klasik, di Negara Indonesia sendiri terdapat rumusan wakaf dan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam. 6 Dan dalam Kompilasi Hukum Islam KHI, Pasal 215 ayat 1 wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam. 7 Sedangkan menurut Undang-Undang Wakaf Nomor 41 Tahun 2004 dijelaskan, wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau dalam jangka waktu tertentu sesuai kepentingannya guna keperluan ibadah danatau kesejahteraan umum m enurut syari’ah. 5 Departemen Agama RI, Pradigma baru wakaf di Indonesia,Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam,2007 hal. 2-4 6 Peraturan Pemerintah nomor 28 1977 tentang perwakafan tanah milik, Pasal 1 ayat 1 7 Kompilasi Hukum Islam KHI, Tentang perwakafan, Pasal 215 ayat 5 dan Lihat juga Undang-Undang nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf

2. Dasar Hukum Dan Macam-macam Wakaf