sosial atau public fundation, dan kedua yayasan pribadi atau private fundation.
11
4. Macam-Macam Wakaf
Wakaf ditinjau dari segi peruntukkan dan kepada siapa wakaf itu diberikan, maka wakaf dapat dibagi menjadi 2 macam:
1. Wakaf Ahli
Wakaf Ahli ialah wakaf yang ditunjukkan kepada orang- orang tertentu, seseorang atau lebih, keluarga Wakif atau bukan.
Wakaf seperti ini juga disebut Wakaf Dzurri. Apabila ada seseorang yang mewakafkan sebidang tanah kepada anaknya, lalu kepada
cucunya, wakafnya sah dan yang berhak mengambil manfaatnya yaitu mereka yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf. Wakaf jenis ini
wakaf ahlidzurri terkadang disebut juga wakaf ‘alal aulad, yaitu
wakaf yang diperuntukan bagi kepentingan dan jaminan sosial dalam lingkungan keluarga. Wakaf seperti ini bertujuan membela nasib
mereka. Dalam konsepsi hukum Islam, seseorang yang punya harta yang hendak mewakafkan sebagian hartanya, sebaiknya lebih dahulu
melihat kepada sanak family. Bila ada di antara mereka yang sedang membutuhkan pertolongannya. Maka wakaf lebih afdal diberikan
kepada mereka yang membutuhkan.
12
11
Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, hal. 10
12
Abdul Halim,Hukum Perwakafan di Indonesia, hal. 25
Dalam perkembangan selanjutnya, wakaf ahli untuk saat ini dianggap kurang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan
umum, karena sering menimbulkan ketidak jelasan dalam pengelolaan dan pemanfaatan wakaf oleh keluarga yang diserahi wakaf. Di
beberapa Negara tertentu seperti: Mesir, Turki, Maroko, dan Aljazair, wakaf untuk keluarga ahli telah dihapuskan, karena pertimbangan
dari berbagai segi, tanah-tanah wakaf dalam bentuk ini dinilai tidak produktif. Untuk itu, dalam pandangan KH. Ahmad Azhar Basyir,
MA, bahwa keberadaan jenis wakaf ahli ini sudah selayaknya ditinjau kembali untuk dihapuskan.
13
2. Wakaf Khairi
Wakaf Khairi ialah wakaf yang secara tegas untuk kepentingan keagamaan atau kemasyarakatan kebijakan umum,
seperti wakaf yang diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid, sekolah, jembatan, rumah sakit, panti asuhan yatim dan lain
sebagainya. Dalam tinjauan penggunaannya, wakaf jenis ini jauh lebih banyak manfaatnya dibandingkan dengan jenis wakaf ahli, karena
tidak terbatas pada pihak-pihak yang mengambil manfaat. Dan jenis wakaf inilah yang sesungguhnya paling sesuai dengan tujuan
perwakafan itu sendiri secara umum. Dalam jenis ini juga Wakif dapat mengambil manfaat dari harta yang diwakafkan itu, seperti wakaf
13
Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf,Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf,2003 hal. 14-18
masjid maka si Wakif boleh beribadah di sana, atau mewakafkan sumur maka si Wakif dapat pula mengambil air dari sumur tersebut
sebgaimana yang telah di lakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan sahabat Utsman bin Affan. Secara substansinya, maka wakaf itulah
yang merupakan salah satu segi dari cara membelanjakannya harta dijalan Allah SWT. Dan tentunya dilihat dari kegunaannya merupakan
salah satu sarana pembangunan, baik dibidang keagamaan, khususnya peribadatan, perekonomian, kebudayaan, kesehatan, kemanan, dan
sebagainya.
14
Wakaf Khairi ini juga pernah dilakuakan Umar bin Khatab pada tanahnya yang berada di perkebunan Khaybar. Sebagaimana
yang terdapat dalam hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Umar sebagai berikut:
Dari Abdullah bin Umar bin Khatab, Umar bin Kahatab berkata kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku
memiliki sebidang tanah di Khaybar, yang aku belum pernah memiliki tanah sebaik itu. Apa nasihat engkau kepadaku? Rasulullah
menjawab: “Jika engkau mau, wakafkanlah tanah itu, sedekahkan
14
Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf,Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf,2003 hal. 14-18
hasilnya. “Lalu Umar mewakafkan tanahnya yang ada di Khaybar”. HR. Bukhari Muslim
15
.
5. Syarat dan Rukun Wakaf