Maroko: Daratan di Tepi Laut Mediterania

19 dari majelis rendah yang dipilih secara langsung dan majelis tinggi yang dipilih secara tidak langsung. Setelah kematian ayahnya, raja Muhammad VI mendeklarasikan bahwa Maroko adalah Negara monarki konstitusional, menganut paham liberalisme ekonomi dan menganut paham banyak partai. Dia berjanji akan memberantas kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan lebih mementingkan kepentingan rakyat. 21

B. Selayang Pandang: Maroko Sebelum Kedatangan Prancis

Sebelum datangnya Prancis ke Maroko, sebagai sebuah negara protektorat pada tahun 1912, sebetulnya Maroko sudah berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Baik secara politik maupun ekonomi. faktanya di pertengahan abad-19, Maroko telah menghadapi gelombang kolonialisme yang dilancarkan orang-orang Eropa di tanah Maghrib. Tentu saja hal tersebut akan menjadi hambatan besar bagi kemajuan Maroko kedepannya, terutama bagi kedaulatan Maroko itu sendiri. Proses panjang sampai Maroko bisa jatuh ke tangan Prancis dimulai pada tahun 1830, ketika Prancis melakukan intervensi militer ke Aljazair. 22 Dari situ sinyal-sinyal merambatnya tangan-tangan kolonialisme sudah mulai dirasakan orang-orang Maroko. 23 Ditambah dengan serangan orang-orang Austria di Larache, kota pelabuhan penting di Tanger-Tetouan sebelah selatan Maroko. 21 Raphael Chijioke Njoke, Culture and Costumes of Morocco USA:Greenwwod Press: 2006 hal.31 22 Thomas K. Park dan Aomar Boum, Historical Dictionary of Morocco. Second Edition Oxford: Scarecrow Press Inc., 2005, h. lxv. 23 C.R. Pennell, Morocco: From Empire to Independence Oxford: One World, 2003, h. 115. 20 Paling tidak, dua kejadian tersebut mengakibatkan tersebarnya rumor bahwa orang- orang ―Kristen‖ akan menyerang seluruh dataran Maroko. 24 Kemudian, dengan jatuhnya Aljazair yang notabene masih di bawah bayang-bayang Turki Utsmani, maka dengan sendirinya Prancis juga berhasil memutuskan jalinan diplomasi antara Maroko dengan Turki Utsmani yang biasanya dilakukan melalui perantara Aljazair. 25 Dengan demikian posisi Maroko di tanah Maghrib semakin tidak menguntungkan, apalagi di tengah-tengah tekanan-tekanan politik kolonialisme dari negara-negara Eropa yang tengah melanda daerah tersebut. Meski demikian, perlawanan bantuan masih diberikan oleh Maroko untuk membantu Aljazair melawan Prancis. Kendati demikian, kekuatan militer Maroko tidak sebanding dengan kekuatan militer yang dimiliki oleh Prancis. 26 Pada perkembangan selanjutnya, Maroko tidak hanya mendapatkan tekanan dari Prancis dan Austria semata. Spanyol dan Inggris ikut ke dalam persaingan tersebut untuk mendapatkan bagian dari wilayah paling ujung di tanah Maghrib tersebut. Tentu saja hal tersebut berdampak besar kepada perekonomian Maroko. Pasalnya, invasi yang dilakukan oleh orang-orang Eropa tersebut bukan hanya bersifat politik namun juga ekonomi. Larache –yang sebelumnya diambil alih oleh orang-orang Austria– menjadi basis para pedagang-pedagang Eropa. 27 Singkatnya para pedagang- 24 Ibid., h. 116. 25 Edmund Burke, Prelude to Protectorate in Morocco: Pre-colonial Protets and Resistance 1860-1912 Chicago: The Chicago Unversity Press, 1976, h. 22. 26 Ibid. 27 C.R. Pennell, Morocco since 1830: A History New York: New York University Press, 2000, h. 17. 21 pedagang lokal kalah bersaing dalam perdagangan dengan orang-orang Eropa. Pedagang-pedagang Maroko hanya unggul dalam penjualan domestik, karena ulama menetapkan aturan agar tidak menjual atau membeli barang ke orang-orang Eropa Kristen yang notabene kafir menurut pandangan ulama. 28 Selain itu, otoritas ulama juga melarang sultan menaikkan pendapatan negara dengan pajak, karena tidak sesuai dengan Syariat Islam. 29 Perekonomian Maroko menjadi begitu terpuruk dengan kedatangan orang- orang Eropa tersebut. Sultan yang mencoba mengandalkan sektor ekspor barang- barang lokal khas Maroko seperti gandum, kain wol, kulit, lilin dan karet sebetulnya merupakan sebuah keputusan yang tepat. 30 Namun hal tersebut juga dimatikan oleh orang-orang Eropa dengan munculnya perjanjian antara Inggris dan Prancis mengenai Perjanjian Negosiasi Perdagangan Trade Negotiation Agreement yang memperbolehkan delegasi-delegasi dagang asing mendapatkan dasar hukum yang sah, sehingga bisa melakukan monopoli perdagangan di Maroko. 31 Pada tahun-tahun kedepannya, perekonomian Maroko jelas tidak mempunyai masa depan yang cukup baik, sehingga memperlemah kekuatan Maroko. Selain perekonomian, kondisi Maroko yang turut tidak stabil adalah politik. Jelas, tujuan dari politik kolonial mencoba membentuk identitas Eropa ke dalam bangsa-bangsa yang dijajahnya. Maka dari itu, politik jelas-jelas menjadi 28 Louis Arnaud, Au temps des Mehallas au Maroc ou le Maroc de 1860 à 1912 Casablanca: Atlantides, 1952, h. 66. 29 Ibid., h. 67. 30 C. Avonde, Le Commerce Extérieur du Maroc Français Renseignements Coloniaux, 1923 h. 365-383. 31 Arnaud, Au temps des Mehallas, h. 68. 22 agenda utama dalam politik kolonial disamping ekonomi. Dalam tahun-tahun ini nampaknya agama bukan menjadi agenda utama lagi bagi orang-orang kolonial. Lalu, pada tahun 1883, di tengah krisis ekonomi yang tidak berkesudahan, Hassan I selaku Sultan Dinasti Alawiyah di Maroko melakukan terobosan dengan mengeluarkan kebijakan pajak pada produksi pertanian. 32 Terobosan ini ia ambil agar Maroko tidak jatuh dan menjadi negara yang bangkrut, dengan ganjaran ia harus melanggar hukum yang telah ditentukan oleh otoritas ulama tentang pajak pendapatan. Namun, orang-orang Eropa yang tinggal di Maroko, baik pedagang atau bukan, lewat perwakilan mereka menolak untuk membayar pajak yang diterapkan oleh sultan. Walhasil, kebijakan baru ini tidak dapat mendongkrak perekonomian Maroko di tengah krisis ekonomi negara tersebut yang sudah berlarut-larut tak tentu arah. Bahkan ekonomi Maroko semakin terpuruk dari tahun ke tahun. 33 Sementara itu, Prancis mulai menduduki wilayah-wilayah strategis untuk melancarkan rencananya menduduki Maroko di tahun-tahun kedepannya. Belum lagi ditambah dengan rencana di balik layar negara-negara Eropa untuk ―bagi- bagi‖ wilayah kekuasaan Afrika dan Asia. Yang mana dalam hal ini, Afrika Utara yang menjadi wilayah yang akan dibagi-bagi oleh negara-negara Eropa. Pada kasus ini, Maroko yang sudah lama diincar oleh Prancis pun dilepaskan oleh negara-negara Eropa lainnya. Di lain pihak, Italia mendapatkan Libya, Spanyol mendapatkan Pantai Barat Sahara dan Maroko bagian Utara. 32 Pennell, Morocco since 1830, h. 22. 33 Pennell, Morocco, h. 136.