Gerakan Anti-Kolonialisme KEBANGKITAN NASIONALISME MAROKO

48

BAB IV RESISTENSI POLITIK KOLONIAL DI MAROKO

Setelah siklus pertentangan Latif di Maroko mereda. 82 kaum nasionalis menemui pertanyaan besar tentang bagaimana caranya membuat sebuah gerakan berkelanjutan yang bisa mengantarkan tujuan mereka. Yaitu mereformasi hubungan antara Maroko dengan Pemerintahan Protektorat dan lebih jauh lagi, memperoleh kemerdekaan Maroko. Maka dari itu, pengembangan struktur organisasi yang formal pun menjadi satu faktor penting untuk membangun komunikasi antar pergerakan yang masih tersebar di Maroko. Kaum nasionalis perlu membingkai kebencian yang sama terhadap Protektorat Prancis sebagai dasar persatuan masyarakat Maroko. Tujuan akhirnya jelas, untuk melawan Protektorat Prancis, sehingga Maroko bisa menjadi negara merdeka. Secara organisasi, gerakan nasionalis yang mereka upayakan pun perlahan berkembang di awal 1930-an. Berawal dari kelompok kecil aktivis muda kemudian bertransformasi menjadi gerakan yang lebih terorganisir dengan aturan- aturan organisasi yang jelas. Pada dasarnya gerakan ini merupakan konsep akhir bersatunya sebuah gerakan yang satu dari gerakan-gerakan kecil yang pernah ada sebelumnya. Kelompok nasionalis, pada dasarnya terilhami dari organisasi Komunis, Freemason dan Tradisi kelompok tarekat. 82 Lebih jauh mengenai pertentangan Latif lihat, Jonathan Wyrtzen, ‗Performing the Nation in Anti- Colonial Protest in Interwar Morocco‘, Journal of the Association for the Study of Ethnicity and Nationalism 19 4, 2013, h. 615-634. 49 Karena struktur organisasi dan memiliki kerja organisasi yang sama dengan organisasi-organisasi yang mereka adopsi, menjadikan gerakan nasionalis ini punya ciri khas tersendiri. Melahirkan organisasi orisinil yang hanya ada di Maroko. Pada perkembangan selanjutnya, gerakan nasionalis inilah yang mempunyai peranan besar dalam mencapai kemerdekaan maroko. Mobilisasi masyarakat yang mereka lakukan, sampai dukungan akan pemberontakan dan demonstrasi dapat mengantarkan Maroko mencapai kemerdekaannya.

A. Mobilisasi Masyarakat

Diakhir musim panas tahun 1930, pihak yang terlibat dalam protes Latif menggunakan istilah-istilah yang serupa dengan lembaga tasawuf. Dalam hal ini, mereka menyebut diri mereka adalah zawiya. 83 Di luar kelompok ini, kalangan nasionalis juga membuat kelompok keanggotaaan lainnya yang disebut sebagai Taifa grup. Pada tahun 1933, terdapat juga pergerakan masyarakat yang bersenjata,yang dilabeliKutlat al-Amal al-Watani atau aksi blok nasional .‖ 84 Dari awal tahun 1927 di Rabat mereka semua membentuk pergerakan-pergerakan yang terdiri dari gabungan pengrajin kesenian dan pahatan tradisional dan pedagang- pedagang kecil yang juga menderita akibat perubahan sistem ekonomi yang diterapkan oleh Protektorat Prancis. 83 Secara letterlijk zawiya dapat diartikan sebagai pojok atau sudut, mengacu kepada sudut atau pojok ruangan masjid yang biasanya digunakan untuk tempat belajar-mengajar antara murid dan guru. Ketika Sekarang, kata zawiya digunakan untuk mendefinisikan bangunan fisik, pondok dan juga sebuah bentuk pergerakan. Dalam konteks orang-orang Maroko, zawiya artinya sebuah tingkatan dalam pergerakan nasionalis. 84 Halstead, Rebirth of Nation, h. 191. 50 Nasionalis-nasionalis bernapaskan salafi, dengan latar belakang keislamannnya, merupakan penghubung bagi pihak nasionalis untuk berbicara kepada pihak Prancis. Dengan kata lain, ide salafi menjadi penyambung pergerakan-pergerakan kontra-kolonialisme yang ada di Maroko. Sedangkan ditinjau dari sudut pandang struktur organisasi dan juga operasionalnya, mereka meniru sistem organisasi yang diterapkan oleh Partai Komunis Prancis. 85 Bagaimanapun, dengan begini maka semakin luas dan semakin banyak kelompok masyarakat yang menggunakan nama dan struktur bertipikal Islam. Meskipun faktanya beberapa kelompok masyarakat tersebut diadukan oleh orang-orang Salafi sebagai kelompok yang hancur moralnya dan korup. Orang-orang nasionalis menunjukkan tingkat kesadaran dan cepat tanggap setelah melihat potensi audien mereka dalam mengadopsi sesuatu nama dan struktur yang familiar dengan kelompok nasionalis. Terbukti pada tahun 1934, kelompok nasionalis telah mengorganisasikan pergerakan mereka ke dalam tiga bagian: 1 Zawiya atau lingkaran dalam yang terdiri dari para pendiri pergerakan seperti al-Fassi, Ouezzani, dan Balfarej; 2 Taifa, anggota organisasi dan aktivis yang berada pada bagian-bagian organisasi yang lebih luas; dan 3 Kutla, yang mengakomodasi masyarakat yang baru mau bergabung dan beroperasi secara terbuka, tidak seperti yang lainnya yang bergerak secara terstruktur, sistematis dan sembunyi-sembunyi. 86 Keanggotaan dalam Taifa membutuhkan sumpah kesetiaan dan membayar iuran. Untuk sumpah, salinan Al Quran itu diletakkan di atas meja, calon anggota 85 Ibid., h. 193. 86 Allal el-Fassi, The Independence Movements in North Africa Washington, D.C.:1954, h. 170. 51 meletakkan jarinya di atas Quran dan kemudian berkata, Aku bersumpah demi Tuhan dan Quran saya akan mengikuti perintah dari Wataniyin. 87 Gerakan nasionalis juga mengembangkan pola hubungan guru-murid seperti halnya dalam ajaran tarekat, terutama di daerah pedesaan, karena gerakan nasionalis mencoba bersaing dengan Tarekat Qadiriyyah dan Tijanniya. Namun, setelah perpecahan dalam gerakan tarekat pada tahun 1936, mereka mengikuti Allal al-Fassi yang juga disebut sebagai Allaliyin. Kadang-kadang al-Fassi juga disebut sebagai Sheikh Allal atau haji Allal. 88 Sehingga, dapat dikatakan bahwa al-Fassi juga berhasil menyatukan gerakan tarekat secara tidak langsung ke dalam wadah yang baru. organisasi lain yang tidak kalah penting selama tahap awal gerakan nasionalis yaitu fokus kepada penanaman budidaya semangat nasional di kalangan pemuda. Meskipun tidak secara resmi berkaitan dengan Kutlat, yaitu gerakan Sekolah Bebas bebas atau ―free‖ dalam hal ini berarti bebas dari kontrol pemerintah kolonial adalah struktur penting yang melakukan tindakan kolektif dalam penyebaran ide-ide kepemimpinan dan nasionalisme. Sekolah Bebas, yang pertama dibuka pertama kali pada tahun 1919. Awalnya sekolah ini berupaya dalam menciptakan sistem pengajaran alternatif di Maroko dengan harapan bisa berkompetisi dengan sekolah yang menggunakan sistem kurikulum Franco-Muslim. Dengan mengajarkan bahasa Arab dan Islam sebagai bagian dari 87 Wataniyin nasionalis adalah nama yang diberikan kepada cabang utama sebuah pergerakan bentukan Allal al-Fassi dan juga pecahan dari pergerakan yang dipimpin Ouezzani. Lihat, SHD-AT 3H 25 0, ―Extraits des déclarations du nommé Taieb Ben Hassan Janati, ‖ November 1, 1937. 88 Charles André Julien, LAfrique du Nord en M arche Alg rie-Tunisie-Maroc, 1880- 1952 Paris: Omnibus, 2002, h. 138.