Mobilisasi Masyarakat RESISTENSI POLITIK KOLONIAL DI MAROKO
                                                                                52
kurikulum  modern,  sekolah-sekolah  ini  memainkan  peran  penting  dalam menumbuhkan rasa budaya identitas nasional di kalangan pemuda perkotaan.
89
Sedangkan  dimensi  politik  dari  Sekolah  Bebas  yaitu  mereka  memainkan peran penting dalam menyediakan sistem pendidikan Arab yang berkaitan dengan
pondasi budaya. Yakni, menanamkan semangat-perasaan nasional patriotisme dan rasa kebangsaan Maroko pada siswa.
90
Di  tahun-tahun  awal  pergerakan  banyak  aktivis  yang  terlibat  dalam kegiatan  belajar-mengajar  di  Sekolah  Bebas.  Selain  itu  ada  juga  yang  terlibat
dalam  bentuk  pendanaan.  Pada  tahun  1940-an,  beberapa  pemimpin  nasionalis yang berada pada jajaran utama sekarang ternyata telah dididik di Sekolah Bebas.
Di samping sekolah-sekolah ini,  para nasionalis juga  memiliki hubungan  dengan Eclaireurs  Français,  orang  yang  pertama  kali  menciptakan  Pramukadi  Maroko,
Rabat-Salé pada musim panas 1933.
91
Beberapa  tahun  berikutnya,  gerakan  pramuka  ini  mulai  berkembang  dan membentuk  cabang-cabang  baru.  Tercatat  pramuka  Maroko  merupakan
sekelompok  pasukan  yang  aktif  berpartisipasi  dalam  protes  dan  demonstrasi, berbaris  di  jalan-jalan  sembari  menyanyikan  himne  kelompok  nasionalis,
89
Di pertengahan 1930-an terdapat 5000 siswa Maroko yang mendaftar dan di akhir 1940- an jumlah tersebut meningkat menjadi 25.000. Lihat, John Damis, The Free-School Movement in
Morocco, 1919-1970. Disertasi Doktor, Tufts University, 1970, h. 240.
90
Ibid.,h. 242.
91
―Pramuka Maroko‖ pertama kali didirikan oleh Ahmed ben Maati Bouhlal pada bulan Agustus  1993  di  Rabat-Sale  dengan  anggota  sebanyak  sembilan  puluh.  Bagi  Prancis,  pendirian
Pramuka  Maroko  tersebut  jelas  menjadi  sebuah  ancaman.  Lihat,  M.  Goidan, Le  Scoutisme
musulman au Maroc CHEAM, No. 944, October 1946.
53
menyuarakan  propaganda  nasionalis,  hingga  menulis  grafiti  anti-Perancis  di dinding-dinding.
92
Selain pengembangan organisasi ini, kaum nasionalis juga terus mengasah dan  merancang  kerangka  tindakan  mereka  dalam  membela  dan  membentuk
identitas  nasional  dan  menolak  kebijakan  kolonial  Prancis  yang  mengancam kesatuan  Maroko.  Proses-proses  pengkerangkaan  gerakan  nasionalis  dilakukan
lewat  dua  tingkat:  1  propaganda  nasionalisme  yang  disuarakan  oleh  kelompok pejuang  nasionalis  lalu  kemudian  diartikulasikan  dalam  beberapa  media
– didirikan  pada  tahun  1932  di  Paris,  Fez,  dan  Rabat
–  yang  menjadi  corong propaganda, dan 2 pembentukan identitas nasional pada tingkat forum pertemuan
dengan publik dan penggerakkan protes massa. Sementara itu, ada tumpang tindih yang  signifikan  antara  forum  ini  ketika  digunakan  sebagai  kerangka  pergerakan,
dimana  hal  tersebut  juga  penting  untuk  mengenali  tujuan  yang  berbeda  dari  dua metode  di  tingkat  domestik  dan  internasional  dalam  hal  pesan  yang  ingin
disampaikan. Media  cetak  jelas  menjadi  sarana  penting  untuk  menyuarakan  pemikiran
resistensi  terhadap  politik  kolonial.  Hanya  saja  terdapat  dua  prasyarat  penting untuk  membentuk  komunitas  yang  dibayangkan.
93
karena  dua  faktor  utama:  1 tingkat melek huruf  di Maroko  yang sangat terbatas  dan 2  kebebasan pers  yang
92
L‘Action du Peuple pada 15 September 1933 melaporkan penanganan skandal Pramuka Maroko yang sudah berkumpul untuk menyambut sultan yang baru kembali dari perjalanannya ke
Prancis  di  Trois-Portes  dan  kemudian  residen  mengirim  motorcade  lewat  pintu  gerbang  lainnya. Para  pramuka  juga  seringkali  disebut  dalam  laporan  keamanan  tentang  demonstrasi  kalangan
nasionalis di RabatSale dan Fes.
93
Imagined  Communities  adalah  konsep  yang  mengikat  sekumpulan  orang  dalam  satu wadah yang sama. Dalam hal ini, orang-orang Maroko adalah komunitas yang dibayangkan karena
adanya  persamaan  rasa  sebagai  manusia  yang  ditindas  oleh  kolonialisme.  Lebih  jauh  lihat Bennedict  Anderson,
Imagined  Communities:  Reflections  on  the  Origin  and  Spread  of Nationalism. London: Verso, 1991.
54
sangat  terbatas,  dengan  batasan  yang  dilakukan  oleh  Prancis  secara  besar- besaran..
Seiring  berjalannya  waktu,  hampir  semua  pers  Arab  lainnya  yang  datang harus  diedarkan  secara  sembunyi-sembunyi  setelah  terdapat  pelarangan  yang
diterapkan  oleh  gubernur  jenderal.  Sebaliknya,  pers  Perancis  di  Maroko  beredar secara  langgeng  selama  dekade  pertama  Protektorat  dengan  kertas-kertas
selebaran yang mulai disebarkan pada semua kota-kota besar. Banyak media yang berada di bawah kendali Perancis diantaranya yaitu: LEcho du maroc 1913, Le
Petit  Marocain  1920,  La  Vigie  Marocaine  1908,  Le  Courrier  du  Maroc  Fes, 1929.
94
Karena  struktur-penciptaan  pemberitaan  yang  pro-pribumi  dalam  zona Perancis,  zawiya  mendukung  peluncuran  pertama  berkala  media-media  tersebut
sampai tahun 1932. Selama adanya kesempatan di mana mereka mampu mencetak koran dan
jurnal di Maroko dan di Paris, kaum nasionalis mulai menjelaskan dasar mereka, yaitu  keinginan  agar  Prancis  mereformasi  kebijakan  kolonial  di  Maroko  dan
menegaskan kembali pembangunan kesatuan identitas nasional Maroko.  Diantara artikel yang sering terbit, bertujuan mengkritik eksploitasi kolonial di Protektorat
Maroko  termasuk  kesenjangan  ekonomi  dan  hukum  antara  orang  Eropa  dan Maroko.  Kaum  Nasionalis  juga  berjuang  membela  kaum  Petani  fellahin
melawan perampasan tanah oleh penjajah dan beban pajak yang tidak adil. Kaum nasionalis juga terinspirasi perjuangan di tempat  lain di dunia Arab  yang  sedang
terjajah, khususnya di Tunisia, Suriah, Lebanon, dan Palestina.
94
Lihat,  Jamaâ  Baida, La  presse  marocaine  dexpression  franc
aise   des  origines  à 1956Rabat: Faculté des Lettres et des Sciences Humaines de Rabat, 1996.
55
Salah  satu  perhatian  utama  yang  menarik  kemarahan  kaum  nasionalis adalah kegagalan kebijakan pendidikan Perancis di Maroko. Penulis menyesalkan
perbedaan  yang  luar  biasa  dalam  investasi  pribumi  pendidikan  dibandingkan dengan  alokasi  anggaran  untuk  sekolah  Eropa  dan  Yahudi  di  Maroko.
95
dan mengkritik  penghambatan  penggunaan  bahasa  Arab  sebagi  unsur  sistem
pendidikan. Berbagai penulis juga menunjukkan bahwa pejabat Protektorat, gagal menyediakan  kesempatan  pendidikan  yang  cukup,
96
kemudian  melakukan pembatasan  akses  yang  tidak  masuk  akal  bagi  kaum  Muslim  untuk  menemukan
sekolah  modern  Gratis  dan  orang  tua  Muslim  pun  dicegah  untuk  tidak mendapatkan  paspor  agar  mengirim  anak-anak  mereka  ke  sekolah-sekolah  di
Mesir, Palestina, dan Suriah. Reformasi  pendidikan  dan  reformasi  peradilan  adalah  prioritas  utama
dalam reformasi agenda nasionalis. Identitas kebangsaan juga dimasukkan secara tersirat  dalam  tindakan  nasionalis  bersama.  Serta  diarahkan  pada  reformasi
kemitraan  Protektorat  yg  lebih  seimbang.  Mayoritas  artikel  yang  muncul  di  pers nasional  selama  lebih  dua  tahun  secara  langsung  difokuskan  pada  menjaga  akar
budaya  dan  agama  dari  identitas  nasional  Maroko  serta  menuntut  terhadap pelanggaran  kolonial  Perancis  pada  kedaulatan  Maroko.  Dalam  edisi  pertama
Maghreb,  artikel  menyimpulkan  agenda  reformis  dari  golongan  nasionalis Maroko, memodernisasi sambil tetap diri kita sendiri, katanya, Tentu kami ingin
mengejar  modernisasi  negara  kita,  untuk  mengambil  apa  yang  baik  dari  Barat dengan budaya modernnya, tapi kami sama-sama berpegang pada masa lalu kita,
95
Abdellatif Sbihi, ―Le problème scolaire au Maroc,‖ Maghreb, h. 19-20.
96
Ibid., h. 20.
56
tradisi  kita,  dan  tidak  akan  pernah  melepaskan  api  yang  kuat  dari  Islam  yang begitu  kuat  ditanam  di  jantung  Berber.  Jika  modernisasi  membutuhkan
mengorbankan  kepribadian  kita  sendiri,  adalah  wajar  bahwa  kita  tidak  ingin  hal itu. Singkatnya, kami ingin memodernisasi sambil tetap menjadi diri kita sendiri.
97
Putus asa dengan sistem hukum yang diciptakan oleh Pemerintah kolonial karena telah mempisahkan masyarakat Arab dan suku Berber, masyarakat Maroko
melayangkan  kritikannya  lewat  media  cetak  yang  dimiliki  oleh  kalangan nasionalis:
Our ideal, we Moroccans, Muslim and Jewish, is to have a single justice, which covers personal status, whether Islamic or Israelite. We do not want
any differentiation according to race. We have at present, jurisdictions for Jews, for Berber, for Arabs, and for the European elements, in addition to
the  consulary  jurisdictions.  The  Arab,  in  the  face  of  this  diversity  of tribunals, loses his head and does know not where to go.
98
Bagi  kalangan  nasionalis,  solusi  yang  jelas  adalah  mereformasi  syariah
menjadi  hukum  yang  dianut  oleh  negara,  bukannya  menerapkan  hukum  yang sekuler.  Dalam  surat  cetak  berbahasa  Perancis,  Le  Cri  Marocain,  dan
ditandatangani  Muslim,  terdapat  kritikan  pembaca  yang  menyerang  Dahir Berber dan menginginkan penerapan hukum Islam:
Our  law  is  neither  archaic,  nor  absurd.  On  the  contrary,  it  agrees perfectly  with  the  spirit  of  modern  times.  Our  justice  only  needs  to
bebrought  up  to  date  and  cleared  of  certain  influences  that  paralyze  its action and soil its reputation. Muslim law needs to be studied carefully. It
needs  to  be  codified.  Only  a  truly  competent,  truly  independent commission could conduct such a noble enterprise.
99
97
―Al-Maghrebi,‖ ―Les aspirations du ‗Maghreb‘‖, Maghreb, July 1932, h. 175.
98
―La politique berbère,‖ L‘Action du Peuple, August 18, 1933.
99
Ibid.
57
Selain reformasi peradilan, tujuan politik yang jelas dari nasionalis adalah untuk  menunjang  peran  Bahasa  Arab  sebagai  bahasa  resmi  di  Maroko.  Sebuah
artikel  pada  bulan  Januari  1933  mengeluhkan  bahwa  bahasa  Prancis  lebih dominan  dipergunakan  di  sekolah-sekolah  dibanding  bahasa  Arab.  Dalam
perguruan  tinggi  muslim  di  Fez  dan  Rabat,  awalnya  ilmu,  sejarah,  dan  geografi yang  diajarkan  dalam  bahasa  Arab;  namun,  Pejabat  dewan  Pendidikan,  Brunot
mengurangi  jam  pemakaian  bahasa  arab  di  sekolah  sekolah.  Penulis  juga mengkritik  bahwa  bahasa  Prancis  telah  dipergunakan  untuk  segala  urusan
administrasi  seperti    surat,  dan  dokumen  lainnya  Penulis  juga  menunjukkan bahwa  nama-nama  jalan  di  kota-kota  di  Maroko,  dan  rute  utama  antara  kota
semua  ditulis  dalam  bahasa  Prancis,  penulis  menyimpulkan  dengan  mengatakan sebentar  lagi  bahasa  arab  akan  lenyap  dari  Maroko,  dan  itu  sudah  cukup  untuk
mengatakan bahwa orang asing yang tidak tahu bahwa rakyat Maroko sebenarnya memakai bahasa Arab.
100
Persatuan Muslim Maroko adalah elemen penting dalam persatuan karena
bersifat  mengikat  dan  mempersatukan  identitas  nasional  orang-orang  Maroko. Dalam  artikel  lain  di  Mei  1933  edisi  khusus  memperingati  ulang  tahun  ketiga
Berber Dahir, Ahmed Belafrej menjelaskan definisi dari sebuah bangsa bangsa: History offers us proof of the existence ofa national Moroccan spirit which
was  formed  in  the  course  of  trials  and  in  battle  against  the  Christian Portuguese  and  Spanish  kingdoms  and  against  the  Turks,  Muslims  who
nevertheless harassed the country without  respite...Why choose to use the principle of race in order to break us up and divide us? We are all more or
less  Berbers,  some  more  Arabized  than  the  others;  the  Arab  element  in
100
Abou  Abdillah,  ―Comment  le  protectorat  respecte  notre  langue,‖  Maghreb,  January 1933, h. 30-32.
58
Morocco  is  tiny.  But  one  fact  is  certain —that  all  of  Morocco  is
Muslim...One  cannot  assert  that  Morocco  is  a  Berber  country  colonized and  oppressed  by  the  Arabs  and  that  France  has  arrived  today  to
charitably liberate it. For, Muslim Morocco has always been independent. From  the  earliest  time  in  which  the  Berbers  chose  Idriss  as  Sultan  and
who never had, we are certain, a single connection to the Caliphs.
101
Dalam dua tahun  di mana  nasionalis mampu  menyebarkan pesan  mereka
di  media  cetak,  gerakan  anti-kolonial  terus  menempa  dan  mengasah  tindakan reformis mereka. dimulai pada musim gugur 1933, sebuah komite ditunjuk untuk
menyusun  dokumen  meringkas  agenda  reformasi  Kutlat,  yang  termasuk  anggota Zawiya  seperti  Mohamed  Lyazidi,  Omar  Abdeljalil,  dan  Mohamed  Hassan
alOuezzani.
102
Hidup  Raja  Hidup  Putra  Mahkota  Hidup  Maroko  Dan  Ganyang Perancis  itulah  pekikan  kaum  nasionalis  yang  sering  terdengar.  Menurut  al-
Fassi,  ketika  Raja  mencapai  hurm  ruang  sakral  di  sekitar  makam,  kerumunan bertepuk tangan penuh gejolak bergabung dengan nasionalis nyanyian.
103
Dengan memanfaatkan peluang seperti kunjungan kenegaraan Raja, kaum nasionalis  berusaha  memobilisasi  rakyat  yang  terutama  tinggal  perkotaan  di
tahun  1930-an  untuk  menjadi  aktif  berdemonstrasi,  menandatangani  petisi, berkontribusi  membantu  keluarga  para  aktivis  yang  telah  dipenjara,  memboikot
produk buatan Prancis, atau diam-diam menempelkan poster di dinding kota. Jalan  lain  untuk  memperluas  protes  terhadap  kebijakan  pemerintah
kolonial  adalah  untuk  menyalurkan  kemarahan  masyarakat  tentang  pelanggaran moralitas publik, terutama dalam kampanye anti-alkohol dan anti-merokok. Pada
101
Ahmed Belafrej, ‖ Et maintenant? Maghreb, No. 11, May-June 1933, h. 50-51.
102
Halstead, Rebirth, h. 212.
103
Ibid.,h. 133.
59
tahun  1933,  seorang  aktivis  di  Fez,  Abdesalam  ben  Messaoud  ditangkap  dan dikirim  ke  penjara  di  Mogador  karena  menghasut  agar  penduduk  memboikot
perusahaan tembakau Perancis.
104
Pada awal 1930-an, akibat protes kaum nasionalis adalah bahwa terjadinya penangkapan massal dan pemenjaraan di daerah terpencil di Bled di pegunungan
Atlas di Boulemane misalnya, atau di selatan di Sahara. Dalam masa genting ini, kaum  nasionalis  mencoba  memanfaatkan  kerusuhan  guna  menyebarkan  tentang
gerakan  mereka  sebagai  sarana  untuk  lebih  mempublikasikan  tujuan  mereka membela kedaulatan Maroko, untuk melegitimasi kebenaran perjuangan mereka,
dan  untuk  menghasilkan  simpati  pada  bagian  dari  masyarakat  Maroko. Konfrontasi  antara  kedua  belah  pihak  muncul  pada  musim  gugur  1937,  setelah
inisiatif reformasi nasionalis gagal menghasilkan hasil apapun.
                