suhu 205
o
C selama 2 jam tanpa dihubungkan dengan gas nitrogen gas N
2
. Nilai heat stability
dinyatakan dalam satuan warna, yaitu Colour APHA American Public Health Association
dengan standar mutu internasional asam lemak yang dilakukan oleh PT. SOCIMAS. Standar mutu heat stability pada produk FAH memiliki batas maksimum
colour APHA 90, jika melebihi batas maksimum maka produk tersebut bukan merupakan FAH melainkan FAB. Hal ini sesuai dengan standar PT. SOCIMAS
www.socimas .
1.2. Permasalahan
Triple Pressed Stearic Acid FAH yang merupakan asam stearat hasil dari 3 kali proses
penekanan yang diperoleh dari RBDPS Refined Bleached Deodorized Palm Stearin, dimana RBDPS ini diperoleh dari pengolahan crude palm oil CPO
melalui proses penghilangan lendir getah degumming, pemucatan bleaching dan penghilangan bau deodorizing. Kemudian ini dihidrolisa displitting menghasilkan
asam lemak stearat dari minyak kelapa sawit Palm Stearic Oil Fatty Acid PSOFA dihidrogenasi menghasilkan asam stearat dengan 3 kali proses penekanan atau disebut
Triple Pressed Stearic Acid- Hidrogenated, FAH-H, selanjutnya FAH-H didestilasi menghasilkan asam stearat dengan hasil 3 kali proses penekanan atau disebut Triple
Pressed Stearic Acid , FAH. Produk ini digunakan untuk pelunak flastisizier dalam
industri plastik. Sehingga yang menjadi permasalahannya, apakah produk FAH ini telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh PT. SOCIMAS yang memiliki heat stability
pada suhu 205
o
C dengan colour apha 90 maksimum. Jika colour apha yang diperoleh diatas colour apha 90 maka mutu FAH akan turun menjadi FAB yang memiliki kualitas
lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan
Sehingga adapun tujuan dari karya ilmiah ini, adalah : Untuk mengetahui heat stability FAH pada suhu 205
o
C. Untuk mengetahui FAH ini memenuhi warna standar PT. SOCIMAS
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan karya ilmiah ini adalah : Untuk mengetahui kelayakan dan mutu warna dari FAH yang sesuai memenuhi
standar PT. SOCIMAS. Untuk mengembangkan metode analisa heat stability minyak kelapa sawit.
Untuk mengetahui standar mutu warna dari FAH
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk wujud. Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik lelehnya.
Pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair. Trigliserida yang kaya akan asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat, biasanya berwujud
minyak sedangkan trigliserida yang kaya akan lemak jenuh seperti asam stearat dan palmitat, biasanya adalah lemak. Lemak dan minyak dihasilkan oleh alam yang dapat
bersumber dari bahan nabati dan hewani. Dalam tanaman atau hewan, minyak berfungsi sebagai sumber cadangan energi.
Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya. Bersumber dari tanaman yakni pertama berasal dari biji-bijian palawija, contohnya minyak jagung, biji
kapas, kacang, wijen, kedelai, dan bunga matahari. Kedua berasal dari kulit buah tanaman tahunan, contohnya minyak zaitun dan kelapa sawit. Serta yang ketiga berasal dari biji-
bijian tanaman tahunan, contohnya kelapa, cokelat, inti sawit, dan sebagainya. Sedangkan yang bersumber dari hewani yang pertama berasal dari susu hewan peliharaan contohnya
lemak susu. Kedua berasal dari daging hewan peliharaan, contohnya lemak sapi. Dan yang ketiga berasal dari hasil laut, contohnya minyak ikan sarden, minyak ikan paus, dan
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Trigliserida alami ialah triester dari asam lemak berantai panjang dan gliserol merupakan penyusun utama lemak hewani dan nabati. Trigliserida termasuk lipid
sederhana dan juga merupakan bentuk cadangan lemak dalam tubuh manusia. Trigliserida dapat berwujud cair atau padat, hal ini tergantung dari komposisi asam
lemak yang menyusunnya . Semakin banyak asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, linoleat atau asam linolenat pada suatu trigliserida, maka titik cairnya lebih rendah atau
sebaliknya trigliserida yang lebih banyak mengandung asam palmitat dan stearat, titik cairnya lebih tinggi .
Asam – asam lemak yang menyusun lemak juga dapat dibedakan berdasarkan jumlah atom hidrogen yang terikat kepada atom karbon. Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang
terikat kepada atom karbon, maka asam lemak dapat dibedakan atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh merupakan asam lemak dimana dua atom
hidrogen terikat pada satu asam karbon. Dikatakan jenuh karena atom karbon telah mengikat hidrogen secara maksimal. Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang
memiliki ikatan rangkap. Dalam hal ini, atom karbon belum mengikat atom hidrogen secara maksimal karena adanya ikatan rangkap Tambun, 2006.
2.1.1. Sifat Fisik Minyak dan Lemak
Sifat fisik merupakan sifat yang ditentukan berdasarkan wujud atau bentuk serta pengaruh fisika dalam suatu material yang akan dianalisa.
Universitas Sumatera Utara
Warna
Warna dalam minyak terdiri dari 2 golongan yaitu : zat warna alamiah dan warna dari hasil degradasi zat warna alamiah
Zat warna alamiah merupakan zat warna yang termasuk golongan ini terdapat secara alamiah didalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama
minyak pada proses ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain terdiri dari α dan β karoten,
xanthofil, klorofil dan anthosyanin. Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijauan – hijauan dari kemerahan – merahan. sedangkan zat warna
dari hasil degradasi zat warna alamiah terbagi atas 3 warna yaitu : Warna gelap disebabkan oleh proses okidasi terhadap tokoferol vitamin E . Jika
minyak bersumber dari tanaman hijau, maka zat klorofil yang berwarna hijau turut terekstrak bersama minyak dan klorofil tersebut sulit dipisahkan dari minyak.
Warna coklat pigmen coklat biasanya hanya terdapat pada minyak atau lemak yang berasal dari bahan yang telah busuk atau memar.
Warna kuning hubungan yang erat antara proses absorbsi dan timbulnya warna kuning dalam minyak terutama terjadi dalam minyak atau lemak tidak jenuh. Warna ini
timbul selama penyimpanan dan intenstitas warna bervariasi dari kuning sampai ungu kemerah – merahan.
Odor dan Flavor
Odor dan flavor pada minyak atau lemak selain terdapat secara alami, juga terjadi karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek sehingga hasil penguraian
pada kerusakan minyak atau lemak. Pada umumnya odor dan flavor disebabkan oleh
Universitas Sumatera Utara
komponen bukan minyak. Sebagai contoh, bau khas dari minyak kelapa sawit dikarenakan terdapatnya beta ionone.
Titik Didih
Titik didih dari asam-asam lemak akan semakin meningkat dengan bertambah panjangnya rantai karbon asam lemak tersebut.
Titik Lunak
Titik lunak dari minyak lemak ditetapkan dengan maksud untuk mengidentifikasi minyak atau lemak tersebut. Cara penetapannya yaitu dengan mempergunakan tabung
kapiler yang diisi dengan minyak. Kemudian dimasukkan ke dalam lemari es selama satu malam, sehingga minyak akan membeku atau menjadi padat. Setelah satu malam dalam
lemari es, tabung kapiler tadi diikat bersama-sama dengan termometer yang dilakukan dalam lemari es, selanjutnya dicelupkan ke dalam gelas piala yang berisi air. Temperatur
akan naik dengan lambat. Temperatur pada saat permukaan dari minyak atau lemak dalam tabung kapiler mulai naik, disebut titik lunak atau softening point.
Slipping Point
Penetapan slipping point dipergunakan untuk pengenalan minyak dan lemak alam serta pengaruh kehadiran komponen-komponennya. Cara penetapannya yaitu dengan
mempergunakan suatu silinder kuningan yang kecil, yang diisi dengan lemak padat, kemudian disimpan dalam bak yang tertutup dan dihubungkan dengan termometer. Bila
bak tadi digoyangkan, temperatur akan naik perlahan-lahan. Temperatur pada saat lemak
Universitas Sumatera Utara
dalam silinder mulai naik atau temperatur pada saat lemak mulai melincir disebut slipping point Ketaren, 2008.
2.1.2. Sifat Kimia Dari Minyak dan Lemak
Sifat kimia merupakan sifat yang mengalami secara perubahan kimia. Pada umumnya asam lemak jenuh dari minyak mempunyai rantai lurus monokarboksilat dengan jumlah
atom karbon yang genap. Reaksi yang penting pada minyak dan lemak adalah reaksi hidrolisa, oksidasi, dan hidrogenasi.
Hidrolisa
Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut. Reaksi ini
mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavor dan bau tengik pada minyak tersebut.
Oksidasi
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik
pada minyak atau lemak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hiperoksida. Tingkat selanjutnya ialah terurainya asam – asam lemak disertai konversi
hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam – asam lemak bebas. Rancidity terbentuk oleh aldehida bukan oleh peroksida. Jadi kenaikan peroxide value PV hanya
indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tengik.
Hidrogenasi
Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Reaksi
Universitas Sumatera Utara
hidrogenasi ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan
katalisator dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhannya. Reaksi pada proses hidrogenasi
terjadi pada permukaan katalis yang mengakibatkan reaksi antara molekul – molekul minyak dengan gas hidrogen. Hidrogen akan diikat oleh asam lemak yang tidak jenuh,
yaitu pada ikatan rangkap, membentuk radikal komplek antara hidrogen, nikel, asam lemak, akan dihasilkan suatu tingkat kejenuhan yang lebih tinggi. Radikal asam lemak
dapat terus bereaksi dengan hidrogen, membentuk asam lemak yang jenuh.
Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam – asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester. Dengan menggunakan prinsip reaksi ini, hidrokarbon rantai pendek
dalam asam lemak seperti asam butirat dan asam kaproat yang menyebabkan bau tidak enak dapat ditukar dengan rantai panjang yang bersifat tidak menguap Ketaren, 1986.
2.2. Minyak Kelapa Sawit
Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit Elaeis guinensis JACQ. Warna daging buah ialah putih kuning
ketika masih muda dan berwarna jingga setelah buah menjadi matang. Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit
palm kernel oil dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit. Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan
pengeringan. Selain itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak
Universitas Sumatera Utara
Ketaren, 2008. Inti kelapa sawit berasal dari tandan buah segar TBS. Tandan buah segar TBS beserta lorinya direbus dalam suatu tempat perebusan sterilizer atau dalam
ketel rebus. Perebusan ini dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung pada besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang
dipergunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125
o
C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Setelah itu, perebusan lori-lori
yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat Hoisting Crane yang digerakkan dengan motor. Hoisting crane akan membalikkan TBS keatas mesin perontok buah.
Buah-buah yang telah rontok dibawa ke mesin pelumat. Untuk memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan biji selama proses pelumatan TBS dipanasi.
Langkah selanjutnya, pemerasan atau ekstrasi yang bertujuan untuk mengambil minyak dari masa adukan. Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan
masih berupa minyak sawit kasar. Kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar dan setelah melalui pemurnian yang bertahap maka akan dihasilkan minyak sawit mentah
CPO Crude Palm Oil Tim Penulis, 1997. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan
dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri nonpangan seperti
kosmetik dan farmasi. Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi dan hidrogenasi.
Fauzi, 2004. Sebagai bahan baku minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, dan bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai
bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan minyak
Universitas Sumatera Utara
goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Di samping itu, kandungan asam linoleat dan
linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor heat stability yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Oleh karena
itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak sawit tidak cepat tengik. Diantara kandungan minor yang
sangat berguna tersebut antara lain karoten dan tokoferol. Karoten dikenal juga sebagai pigmen warna jingga. Kandungannya mencapai 0,005 – 0,18. Karoten bermanfaat
sebagai obat kanker paru – paru dan payudara, karoten juga sebagai sumber pro vitamin A. Tokoferol dikenal sebagai antioksidan alam dan juga sebagai sumber vitamin E.
Kandungan tokoferol dalam CPO berkisar 600 – 1.000 ppm Fauzi, 2004. Minyak kelapa sawit merupakan lemak semi padat yang mempunyai komposisi
tetap. Komposisi asam lemak dari minyak kelapa sawit dapat di lihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Komposisi Asam lemak dari Minyak Kelapa Sawit
Asam Lemak Rumus Kimia
Jumlah
Asam Miristat C
13
H
27
COOH 1,1 – 2,5
Asam Palmitat C
15
H
31
COOH 40 –
46 Asam Stearat
C
17
H
35
COOH
3,6 – 4,7
Asam Oleat C
17
H
33
COOH
39 – 45
Asam Linoleat C
17
H
31
COOH 7 –
11
Ketaren.S, 2005 Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karoten. Minyak sawit
yang bermutu baik adalah yang mudah dipucatkan, karena pada penggunaannya
Universitas Sumatera Utara
konsumen menghendaki warna yang sepucat mungkin agar tidak mempengaruhi warna makanan yang terbuat dari atau memakai minyak sawit. Daya pemucatan akan rendah
jika minyak telah teroksidasi atau terhidrolisis terlalu jauh. Minyak sawit dapat dipucatkan dengan penyerapan zat warnanya oleh tanah
pemucat pada suhu rendah sampai 100
o
C. Tetapi karotena adalah termolabil, terutama dalam keadaaan hampa udara. Karena itu minyak sawit dapat juga dipucatkan pada suhu
tinggi sekitar 250
o
C . Tetapi pada suhu tingggi tersebut dapat terbentuk persenyawaan antara rantai asam lemak yang teroksidasi dengan karotena yang tidak mudah diabsorbsi
oleh tanah pemucat, sehingga akan menyebabkan sisa warna setelah pemucatan menjadi lebih banyak. Dengan demikian untuk memperoleh minyak sawit dengan daya pucat yang
tinggi oksidasi harus ditekan serendah-rendahnya Mangoensoekarjo, 2008 .
2.2.1. Crude Palm Oil CPO
Minyak sawit crude palm oil CPO yaitu minyak yang berasal dari daging buah kelapa sawit. Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat, oleat
dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Minyak sawit merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak, sehingga titik lebur dari gliserida tersebut tergantung
pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik lebur dari minyak sawit tersebut. Pengelohan kelapa sawit menjadi CPO pada intinya melalui 4
proses utama yaitu pemisahan brondol dengan janjang, pemulatan daging, pengepresan dan pemurnian minyak .
Minyak sawit CPO dapat dipergunakan dalam industri melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau Refined Bleached Deodrized Bleached Palm
Universitas Sumatera Utara
Oil RBDPO lalu dikristalisasi akan menghasilkan RBDPS Refined Bleached Deodrized
Palm Stearin dan minyak goreng. Kemudian dihidrolisa displitting menghasilkan PSOFA
Palm Stearine Oil- Fatty Acid dan produk sampingan sweet water. Dan dihidrogenasi
menghasilkan produk FAH. Di samping itu, CPO dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit padat RBD Stearin dan untuk produksi minyak sawit cair RBD Olein . RBD olein
terutama digunakan untuk pembuatan minyak goreng. Sedangkan RBD Stearin terutama digunakan untuk pembuatan margarine. Disamping itu juga bisa sebagai bahan baku industri
sabun dan deterjen Hantoro, 2009 . Kadar sterol dalam minyak sawit lebih rendah dibandingkan dengan minyak nabati
lainnya yang terdiri dari sitosterol, campesterol,dan kolesterol. Dalam CPO, kadar sterol berkisar antara 360-620 ppm dengan kadar kolesterol hanya sekitar 10 ppm saja atau sebesar
0,001 dalam CPO. Bahkan dari hasil penelitian dinyatakan bahwa kandungan kolesterol dalam satu butir telur setara dengan kandungan kolesterol dalam 29 liter minyak sawit.
Minyak sawit dapat dikatakan sebagai minyak goreng nonkolesterol kadar kolesterolnya rendah Fauzi, 2004 .
2.2 2. Palm Kernel Oil PKO
Palm kernel oil PKO yaitu minyak yang berasal dari inti buah kelapa sawit. Bagian dari inti yang keras yang membuatnya lebih mudah dipisahkan dari bagian luar
buah. Minyak inti sawit lebih padat dan mampu dihidrogenasi lebih cepat daripada minyak kelapa Hamilton ,R.J.1986.
Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah ialah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah
terjadi pembentukkan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Minyak
Universitas Sumatera Utara
yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong – kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah, maka buah dilapisi dengan tebal
dan berkilat. Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari maka tanaman terbentuk senyawa kimia pelindung yaitu karoten. Setelah penyerbukkan
kelihatan buah yang berwarna hitam kehijau-hijauan dan setelah terjadi pembentukkan minyak terjadi perubahan warna buah menjadi ungu kehijauhijauan. Pada saat-saat
pembentukkan minyak terjadi yaitu trigliserida dengan asam lemak tidak jenuh, tanaman pembentukkan karotein dan phitol untuk melindungi dari oksidasi, sedangkan klorifil
tidak mampu melakukannya sebagai antioksidan Naibaho.P, 1998. Pengelolahan kelapa sawit menjadi kernel inti sawit melalui proses pemisahan
pemisahan cangkang dengan inti. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih. Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka
inti sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80
o
C setelah kering, inti sawit dapat diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit yaitu Palm
Kernel Oil PKO Tim Penulis,1997. Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti sekitar 50 dan kadar FFA-
nya sekitar 5 Proses pemecahanekstraksi inti sawit akan menghasilkan palm kernel meal bungkil dan palm kernel oil minyak inti sawit. Berupa minyak putih kekuning-
kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti buah tanaman kelapa sawit. Adapun sifat-sifat fisika PKO Palm Kernel Oil , adalah :
Titik didih : 251
o
C, Titik leleh : 25
o
C, Titik asap : 450
o
F , Density : 0,952 grcm
3
Universitas Sumatera Utara
Minyak inti sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan berwarna terang dan
nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah. Minyak inti sawit yang baik berkadar asam lemak bebas yang rendah dan
berwarna kuning terang. Rumus kimia dan komposisi asam lemak yang terdapat dalam minyak inti sawit dapat dilihat pada tabel 2.
Dari tabel ini dapat kita lihat bahwa minyak inti sawit mengandung asam lemak jenuh berikatan tunggal dan asam lemak tak jenuh berikatan rangkap.
Minyak inti sawit mengandung asam linoleat yang cukup rendah. Asam linoleat merupakan asam lemak yang mempengaruhi kestabilan minyak sehingga minyak yang
mengandung asam linoleat lebih sedikit akan lebih stabil Winarno, 1992.
Tabel 2. Komposisi Asam Lemak Minyak Inti Sawit PKO Jenis Asam Lemak
Rumus Kimia Jumlah
Asam Lemak Jenuh
Asam Kaprilat C
7
H
17
COOH 2 – 4
Asam Kaproat C
9
H
19
COOH 3 – 7
Asam Laurat C
11
H
23
COOH 46 – 52
Asam Miristat C
13
H
27
COOH 14 – 17
Asam Palmitat C
15
H
31
COOH 6,5 – 9
Asam stearat C
17
H
35
COOH 1 – 2,5
Asam lemak Tak Jenuh
Asam Oleat C
17
H
33
COOH 13 – 19
Asam Linoleat C
17
H
31
COOH 0,5 – 2
Ketaren,S. 2005 Bahan baku utama dari proses pembuatan asam lemak blanded C
12
-C
14
dan asam oleat ini adalah Palm Kernel Oil PKO yang diperoleh dari proses pengolahan minyak inti sawit.
Universitas Sumatera Utara
Bahan baku pendukung yang digunakan yaitu bahan baku pendukung untuk proses hidrolisa Palm Kernel Oil
menghasilkan asam lemak dan gliserol. Bahan baku pendukung untuk proses hidrolisa Palm Kernel Oil adalah air dan steam.
2.2.3. Hidrogenasi Asam Lemak
Hidrogenasi adalah proses pengelohan minyak atau lemak dengan menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi tingkat
ketidakjenuhan minyak atau lemak. Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap minyak atau lemak dengan
bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikan titik cair. Dengan hilangnya ikatan rangkap akan menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan terhadap proses oksidasi.
Asam lemak dengan rantai karbon di atas C
14
seperti asam palmitat C
16
, asam stearat C
18
, asam oleat C
18-1
asam linoleat C
18 -2
umumnya dipakai minyak kelapa sawit Crude Palm Oil .
Crude Palm Oil CPO termasuk golongan lemak dan merupakan bahan baku pembuatan RBDPS Refined Bleached Deodorized Palm Stearin. Secara umum
pembuatan dan pemurnian RBDPS melalui tahapan pengolahan awal CPO yang mencakup tahap degumming dan pemucatan bleaching, deodorisasi dan fraksinasi basah
atau kering atas fraksi olein dan stearin RBDPS. Pengolahan ini bertujuan untuk menekan kandungan bahan pengotor serendah mungkin, sehingga dapat digunakan
sebagai bahan pembuatan asam stearat berbasis RBDPS bermutu premium pada industri oleokimia.
Universitas Sumatera Utara
Refined Bleached Deodorized Palm Stearin RBDPS dihidrolisa displiting
menghasilkan Palm Stearine Oil-Fatty Acid PSOFA kemudian dilakukan proses dihidrogenasi yang bertujuan untuk membuat minyak atau lemak bersifat plastis. Adanya
penambahan hidrogen pada ikatan rangkap minyak atau lemak dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikan titik cair. Juga dengan hilangnya ikatan rangkap, akan
menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan terhadap proses oksidasi. Katalisator yang digunakan nikel berdasarkan pertimbangan ekonomis, nikel mungkin juga mengandung
sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promotor dalam proses hidrogenasi minyak. Pemanasan akan mempercepat jalanya reaksi hidrogenasi. Pada temperatur
sekitar 205
o
C dicapai kecepatan reaksi yang maksimum, setra penambahan tekanan dan kemurnian gas hidrogen yang dipergunakan akan menaikkan kecepatan reaksi proses
hidrogenasi. Kemudian akan menghasilkan asam stearat dengan 3 kali proses penekanan yang dihidrogenasi atau Triple Pressed Stearic Acid Hidrogeneted FAH-H. FAH-H ini
kemudian didestilasi sehingga menjadi asam stearat dengan hasil 3 kali proses penekanan atau Triple Pressed Stearic Acid FAH Ketaren, 1986.
Asam stearat yang diproduksi pada industri oleokimia sangat luas pemanfaatannya dalam kehidupan manusia, khususnya asam stearat berbasis RBDPS banyak dimanfaatkan
untuk pembuatan : sabun, lilin, krayon, kosmetik, pelumas, penyetabil PVC, monogliserida, bahan pengkilat, obat – obatan, metil stearat, pengemulsi makanan Thomas, 1985
.
2.3. Stabilitas Warna
Warna pada minyak merupakan suatu indikator kualitas. Tepatnya, warna adalah suatu spesifikasi untuk menentukan jenis dari minyak. Kebanyakan warna alami minyak lebih
Universitas Sumatera Utara
keruh, pigmen yang tedapat dalam partikel minyak memberi suatu reaksi yang berbeda. Perubahan warna tersebut yang dikenal dengan proses bleaching atau pemucatan warna
yang ditemukan pada minyak berbeda dalam setiap proses Weis,.J.Theodore.1986. Minyak sawit mempunyai warna kuning orange sehingga jika digunakan sebagai
bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan. Pemucatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan standar mutu minyak sawit untuk pemucatan dengan alat lovibond dapat diketahui dosis bahan-bahan pemucatan yang dibutuhkan, biaya, serta rendeman hasil
akhir yang akan diperoleh Tim penulis.PS.1996. Stabilitas warna dihubungkan dengan kenaikan suhu sangat penting pada
penggunaan asam lemak. Kondisi yang dibuat pada saat pengukuran stabilitas warna, seperti suhu, lama pemanasan, waktu mencapai suhu yang diperlukan dan kontak dengan
udara mempengaruhi hasil akhir analisa. Penentuan nilai heat stability dilakukan dalam suatu oil bath pada suhu 205
o
C selama 2 jam tanpa diblanketing dengan gas nitrogen gas N
2
Muhammad yusuf, 2011. Karotenoid bersifat tidak stabil pada suhu tinggi, dan jika minyak dialiri uap
panas maka warna kuning akan hilang. Karotenoid tersebut tidak dapat dihilangkan dengan proses oksidasi. Minyak yang telah mengalami hidrogenasi karoten akan ikut
terhidrogenasi, sehingga intensitas warna kuningnya berkurang. Warna dari asam lemak cair merupakan salah satu indikasi mutu dan atau
kemurnian asam lemak. Warna dapat diukur dengan membandingkan sampel dengan warna standar. Pengukuran warna asam lemak dilakukan dengan pengukuran warna
Lovibond Unichema International, 1998.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kolorimeter