Penentuan Stabilitas Panas (Heat Stability) dari FAH (Triple Pressed Stearic Acid) pada PT. Socimas Medan

(1)

FAKUL

LTAS MA

U

K

PROGR

DEP

ATEMATI

NIVERSI

ME

KARYA I

SRI MA

09240

RAM STUD

PARTEM

IKA DAN

ITAS SUM

MED

201

EDAN

ILMIAH

ARIA

1074

DI D-III K

MEN KIM

N ILMU P

MATERA

DAN

12

KIMIA

MIA

PENGETA

A UTARA

AHUAN A

A


(2)

 

D Diajukan Un

FAKUL

ntuk Melen

LTAS MA

U

ngkapi Tuga

PROGR

DEP

ATEMATI

NIVERSI

ME

KARYA I

s dan Meme Disusun

SRI M

09240

RAM STUD

PARTEM

IKA DAN

ITAS SUM

MED

201

EDAN

ILMIAH enuhi Syara n Oleh :

MARIA

1074

DI D-III K

MEN KIM

N ILMU P

MATERA

DAN

12

at Memperol

KIMIA

MIA

PENGETA

A UTARA

leh Gelar A

AHUAN A

A

Ahli Madya


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN STABILITAS PANAS (HEAT STABILITY) DARI FAH (TRIPLE PRESSED STEARIC ACID) PADA PT.SOCIMAS MEDAN

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : SRI MARIA

Nomor Induk Mahasiswa : 092401074

Program Studi : DIPLOMA III KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

   

Disetujui di : Medan, Juni 2012

Diketahui / Disetujui Oleh :

Ketua Bidang Studi D-III KIMIA Dosen Pembimbing, F-MIPA USU

(Dra. Emma Zaidar, Msi) (Andriayani, Spd. M.Si) NIP. 195512181987012001 NIP. 196903051999032001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(Dr. Rumondang Bulan, MS) NIP. 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN STABILITAS PANAS ( HEAT STABILITY ) DARI FAH ( TRIPLE PRESSED STEARIC ACID )PADA PT.SOCIMAS MEDAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya .

Medan , Juni 2012

SRI MARIA 092401074


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA,yang telah Melimpahkan Rahmat dan Berkat-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul “PENENTUAN STABILITAS PANAS (HEAT STABILITY) DARI FAH( TRIPLE PRESSED STEARIC ACID ) PADA PT.SOCIMAS MEDAN”. Karya ilmiah ini disusun dalam memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan ijazah Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Kimia Analis Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam penulisan karya ilmiah ini, Penulis banyak mengalami kesulitan karena kemampuan yang terbatas, tetapi atas bantuan,bimbingan,dan dorongan serta semangat yang diberikan dari berbagai pihak kepada penulis maka penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Teristimewa penghargaan yang tulus buat orangtua ku E. Sianipar (Alm) dan R.br Hutagaol, abangku Afpin, Ruben dan adikku Nadya yang telah memberikan bantuan baik material dan spiritual serta doa-doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.

2. Ibu Andriayani, Spd. M.si selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini.

3. Ibu DR. Rumondang Bulan, MS, selaku Ketua Departemen Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Mannius Sianipar, selaku Pembimbing Lapangan di PT. SOCI Medan dan yang telah banyak memberikan motivasi dan semangat.

5. Bapak/Ibu dosen serta pegawai program studi Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas sumatera utara yang telah membimbing penulis sewaktu dibangku perkuliahan .

6. Rekan satu tim dalam PKL yang telah banyak membantu serta mengingatkan penulis dalam keliruan dan setia menemani penulis dalam susah dan senang. 7. Buat Meliala, yang selalu memberi dukungan serta semangat sehingga penulis

dapat selalu terus termotivasi.

8. Buat Liesong, yang selalu membantu dalam melengkapi karya ilmiah ini.

9. Buat adekku, Joni dan reinhard omez yang selalu memberikan semangat dalam menulis karya ilmiah ini.

10.Buat sahabat – sahabatku, Echa , Yana , Mai, dan Atmi yang telah menemani hari-hari dalam menulis karya ilmiah ini.

11.Buat teman teman seperjuangan angkatan 2009 Kimia Analis dan Kimia Industri.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis dengan ikhlas membuka diri menerima kritik dan saran yang bersifatnya membangun. Semoga karya ilmiah ini dapat memberi manfaat yang besar bagi semuanya.


(6)

ABSTRAK

Di dalam Industri Oleokimia, kestabilan panas dari sebuah produk FAH sangat menentukkan kualitas dari asam lemak itu sendiri. Heat stability adalah suatu analisa yang mengukur stabilitas warna asam lemak sesudah pemanasan pada suhu 205oC selama 2 jam. Pengukuran warna adalah sebuah kriteria yang sangat penting dalam mutu asam lemak. Analisa yang digunakan dari pengukuran warna adalah metode kolorimeter OME 2000. Berdasarkan hasil analisa, warna apha sebelum pemanasan dan sesudah pemanasan pada suhu 205oC pada produk FAH sesuai dengan standart mutu yang telah ditetapkan PT.SOCIMAS Medan.


(7)

DETERMINATION HEAT STABILITY OF FAH (TRIPLE PRESSED STEARIC ACID) IN PT. SOCIMAS – MEDAN

ABSTRACT

Inside the Industry Oleochemical, heat stability of a product of stearic acid will determine the quality of the fatty acid. Heat stability is an analysis that measures the color stability of fatty acids after heating at the temperature 205 oC for 2 hours. Color measurement is a very important criterion in the quality of fatty acids. The analyzes used a method of color measurement OME 2000 Colorimeter. Based on the analysis, the colour apha before heating and after heating in temperature 205oC on the FAH product in accordance with established quality standards PT.SOCIMAS Medan.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 4

1.4. Manfaat 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak dan Lemak 5

2.1.1. Sifat Fisik Minyak dan Lemak 6

2.1.2. Sifat Kimia Minyak dan Lemak 9

2.2. Minyak Kelapa Sawit 10

2.2.1. Crude Palm Oil 13

2.2.2. Palm Kernel Oil 14

2.2.3. Hidrogenasi Asam Lemak 17

2.3. Stabilitas Warna 18

2.4. Kolorimeter 20

2.4.1. Teori Warna 20

2.4.2. Spektrum Cahaya 21

BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Alat dan Bahan 23

3.1.1. Alat-Alat 23

3.1.2. Bahan-Bahan 24

3.3. Prosedur 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Analisa 27

4.2. Pembahasan 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 29

5.2. Saran 29 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi Asam Lemak dari Minyak Kelapa Sawit 12 Tabel 2. Komposisi Beberapa Asam Lemak Minyak sawit 16


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Hue 21

Gambar 2. Spektrum Cahaya 22

     

                     


(11)

ABSTRAK

Di dalam Industri Oleokimia, kestabilan panas dari sebuah produk FAH sangat menentukkan kualitas dari asam lemak itu sendiri. Heat stability adalah suatu analisa yang mengukur stabilitas warna asam lemak sesudah pemanasan pada suhu 205oC selama 2 jam. Pengukuran warna adalah sebuah kriteria yang sangat penting dalam mutu asam lemak. Analisa yang digunakan dari pengukuran warna adalah metode kolorimeter OME 2000. Berdasarkan hasil analisa, warna apha sebelum pemanasan dan sesudah pemanasan pada suhu 205oC pada produk FAH sesuai dengan standart mutu yang telah ditetapkan PT.SOCIMAS Medan.


(12)

DETERMINATION HEAT STABILITY OF FAH (TRIPLE PRESSED STEARIC ACID) IN PT. SOCIMAS – MEDAN

ABSTRACT

Inside the Industry Oleochemical, heat stability of a product of stearic acid will determine the quality of the fatty acid. Heat stability is an analysis that measures the color stability of fatty acids after heating at the temperature 205 oC for 2 hours. Color measurement is a very important criterion in the quality of fatty acids. The analyzes used a method of color measurement OME 2000 Colorimeter. Based on the analysis, the colour apha before heating and after heating in temperature 205oC on the FAH product in accordance with established quality standards PT.SOCIMAS Medan.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor Negara Afrika pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Hasil pengolahan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian negara asing termasuk Belanda. Kelapa sawit termasuk produk yang banyak diminati oleh investor karena nilai ekonominya cukup tinggi. Para investor menginvestasikan modalnya untuk membangun perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit ( Tim penulis, 2000 ).

Selain memiliki perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia juga terus mengembangkan industri turunan kelapa sawit, dimana salah satunya industri oleokimia ialah PT. SOCIMAS. Hingga saat ini, di Indonesia tercatat sembilan produsen oleokimia dasar yang memproduksi fatty acid, fatty alcohol dan glycerine. Kapasitas terpasang fatty acid mencapai 986.000 ton/tahun, fatty alcohol mencapai 490.000 ton/ tahun dan


(14)

glycerine mencapai 141.700 ton/tahun. PT.SOCIMAS memproduksi fatty acid 80.000 ton per tahun dan gliserin 8.000 ton per tahun (www.kemper RI co.id).

Bahan baku (raw material) yang digunakan PT. SOCIMAS adalah asam stearat yang melalui tahap penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin). Untuk menperoleh RBDPS yakni dengan cara tandan buah segar (TBS) direbus sampai mendidih kemudian disisir maka akan lepas terpisah menjadi biji dan seratnya, yang menghasilkan crude palm oil (CPO) kemudian dilanjutkan dengan proses penghilangan lendir (degumming) dengan penambahan asam asetat kemudian melalui proses penjernihan (bleaching) menghasilkan minyak kelapa sawit yang telah melalui proses penjernihan dan penghilangan bau atau DBPO (Deodorized Bleached Palm Oil) kemudian didestilasi maka dihasilkan minyak kelapa sawit yang melalui tahap penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil). Selanjutnya RBDPO ini dikristalisasi akan menghasilkan asam stearat yang melalui tahap penyulingan, pemurnian dan penghilangan bau atau RBDPS dan minyak goreng. RBDPS ini kemudian dihidrolisa (displitting) sehingga diperoleh asam lemak dari minyak kelapa sawit yaitu asam lemak dari minyak kelapa sawit atau PSOFA (Palm Stearine Oil Fatty Acid) dan hasil sampingnya Sweet Water. Selanjutnya, dihidrogenasi dengan menggunakan katalis Nikel sehingga diperoleh asam stearat 3 kali penekanan dihidrogenasi atau FAH-H (Triple Pressed Stearic Acid-Hidrogenated) kemudian didestilasi sehingga menghasilkan asam stearat dengan hasil 3 kali proses penekanan atau FAH (Triple Pressed Stearic Acid) (www.socimas).

Heat Stability adalah salah satu parameter mutu asam stearat yang akan mengukur stabilitas warna pada fatty acid. Heat stability ini dilakukan dalam suatu oil bath pada


(15)

suhu 205 oC selama 2 jam tanpa dihubungkan dengan gas nitrogen (gas N2). Nilai heat stability dinyatakan dalam satuan warna, yaitu Colour APHA (American Public Health Association) dengan standar mutu internasional asam lemak yang dilakukan oleh PT. SOCIMAS. Standar mutu heat stability pada produk FAH memiliki batas maksimum colour APHA 90, jika melebihi batas maksimum maka produk tersebut bukan merupakan FAH melainkan FAB. Hal ini sesuai dengan standar PT. SOCIMAS (www.socimas).

1.2. Permasalahan

Triple Pressed Stearic Acid (FAH) yang merupakan asam stearat hasil dari 3 kali proses penekanan yang diperoleh dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin), dimana RBDPS ini diperoleh dari pengolahan crude palm oil (CPO) melalui proses penghilangan lendir / getah (degumming), pemucatan (bleaching) dan penghilangan bau (deodorizing). Kemudian ini dihidrolisa (displitting) menghasilkan asam lemak stearat dari minyak kelapa sawit Palm Stearic Oil Fatty Acid (PSOFA) dihidrogenasi menghasilkan asam stearat dengan 3 kali proses penekanan atau disebut (Triple Pressed Stearic Acid- Hidrogenated, FAH-H), selanjutnya FAH-H didestilasi menghasilkan asam stearat dengan hasil 3 kali proses penekanan atau disebut (Triple Pressed Stearic Acid, FAH). Produk ini digunakan untuk pelunak (flastisizier) dalam industri plastik. Sehingga yang menjadi permasalahannya, apakah produk FAH ini telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh PT. SOCIMAS yang memiliki heat stability pada suhu 205oC dengan colour apha 90 maksimum. Jika colour apha yang diperoleh diatas colour apha 90 maka mutu FAH akan turun menjadi FAB yang memiliki kualitas lebih rendah.


(16)

1.3. Tujuan

Sehingga adapun tujuan dari karya ilmiah ini, adalah :

 Untuk mengetahui heat stability FAH pada suhu 205oC.

 Untuk mengetahui FAH ini memenuhi warna standar PT. SOCIMAS

1.4. Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan karya ilmiah ini adalah :

 Untuk mengetahui kelayakan dan mutu warna dari FAH yang sesuai memenuhi standar PT. SOCIMAS.

 Untuk mengembangkan metode analisa heat stability minyak kelapa sawit.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair. Trigliserida yang kaya akan asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat, biasanya berwujud minyak sedangkan trigliserida yang kaya akan lemak jenuh seperti asam stearat dan palmitat, biasanya adalah lemak. Lemak dan minyak dihasilkan oleh alam yang dapat bersumber dari bahan nabati dan hewani. Dalam tanaman atau hewan, minyak berfungsi sebagai sumber cadangan energi.

Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya. Bersumber dari tanaman yakni pertama berasal dari biji-bijian palawija, contohnya minyak jagung, biji kapas, kacang, wijen, kedelai, dan bunga matahari. Kedua berasal dari kulit buah tanaman tahunan, contohnya minyak zaitun dan kelapa sawit. Serta yang ketiga berasal dari biji-bijian tanaman tahunan, contohnya kelapa, cokelat, inti sawit, dan sebagainya. Sedangkan yang bersumber dari hewani yang pertama berasal dari susu hewan peliharaan contohnya lemak susu. Kedua berasal dari daging hewan peliharaan, contohnya lemak sapi. Dan yang ketiga berasal dari hasil laut, contohnya minyak ikan sarden, minyak ikan paus, dan sebagainya.


(18)

Trigliserida alami ialah triester dari asam lemak berantai panjang dan gliserol merupakan penyusun utama lemak hewani dan nabati. Trigliserida termasuk lipid sederhana dan juga merupakan bentuk cadangan lemak dalam tubuh manusia.

Trigliserida dapat berwujud cair atau padat, hal ini tergantung dari komposisi asam lemak yang menyusunnya . Semakin banyak asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, linoleat atau asam linolenat pada suatu trigliserida, maka titik cairnya lebih rendah atau sebaliknya trigliserida yang lebih banyak mengandung asam palmitat dan stearat, titik cairnya lebih tinggi .

Asam – asam lemak yang menyusun lemak juga dapat dibedakan berdasarkan jumlah atom hidrogen yang terikat kepada atom karbon. Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang terikat kepada atom karbon, maka asam lemak dapat dibedakan atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh merupakan asam lemak dimana dua atom hidrogen terikat pada satu asam karbon. Dikatakan jenuh karena atom karbon telah mengikat hidrogen secara maksimal. Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap. Dalam hal ini, atom karbon belum mengikat atom hidrogen secara maksimal karena adanya ikatan rangkap (Tambun, 2006).

2.1.1. Sifat Fisik Minyak dan Lemak

Sifat fisik merupakan sifat yang ditentukan berdasarkan wujud atau bentuk serta pengaruh fisika dalam suatu material yang akan dianalisa.


(19)

Warna

Warna dalam minyak terdiri dari 2 golongan yaitu : zat warna alamiah dan warna dari hasil degradasi zat warna alamiah

Zat warna alamiah merupakan zat warna yang termasuk golongan ini terdapat secara alamiah didalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain terdiri dari α dan β karoten, xanthofil, klorofil dan anthosyanin. Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijauan – hijauan dari kemerahan – merahan. sedangkan zat warna dari hasil degradasi zat warna alamiah terbagi atas 3 warna yaitu :

Warna gelap disebabkan oleh proses okidasi terhadap tokoferol (vitamin E ). Jika minyak bersumber dari tanaman hijau, maka zat klorofil yang berwarna hijau turut terekstrak bersama minyak dan klorofil tersebut sulit dipisahkan dari minyak.

Warna coklat pigmen coklat biasanya hanya terdapat pada minyak atau lemak yang berasal dari bahan yang telah busuk atau memar.

Warna kuning hubungan yang erat antara proses absorbsi dan timbulnya warna kuning dalam minyak terutama terjadi dalam minyak atau lemak tidak jenuh. Warna ini timbul selama penyimpanan dan intenstitas warna bervariasi dari kuning sampai ungu kemerah – merahan.

Odor dan Flavor

Odor dan flavor pada minyak atau lemak selain terdapat secara alami, juga terjadi karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek sehingga hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak. Pada umumnya odor dan flavor disebabkan oleh


(20)

komponen bukan minyak. Sebagai contoh, bau khas dari minyak kelapa sawit dikarenakan terdapatnya beta ionone.

Titik Didih

Titik didih dari asam-asam lemak akan semakin meningkat dengan bertambah panjangnya rantai karbon asam lemak tersebut.

Titik Lunak

Titik lunak dari minyak lemak ditetapkan dengan maksud untuk mengidentifikasi minyak atau lemak tersebut. Cara penetapannya yaitu dengan mempergunakan tabung kapiler yang diisi dengan minyak. Kemudian dimasukkan ke dalam lemari es selama satu malam, sehingga minyak akan membeku atau menjadi padat. Setelah satu malam dalam lemari es, tabung kapiler tadi diikat bersama-sama dengan termometer yang dilakukan dalam lemari es, selanjutnya dicelupkan ke dalam gelas piala yang berisi air. Temperatur akan naik dengan lambat. Temperatur pada saat permukaan dari minyak atau lemak dalam tabung kapiler mulai naik, disebut titik lunak atau softening point.

Slipping Point

Penetapan slipping point dipergunakan untuk pengenalan minyak dan lemak alam serta pengaruh kehadiran komponen-komponennya. Cara penetapannya yaitu dengan mempergunakan suatu silinder kuningan yang kecil, yang diisi dengan lemak padat, kemudian disimpan dalam bak yang tertutup dan dihubungkan dengan termometer. Bila bak tadi digoyangkan, temperatur akan naik perlahan-lahan. Temperatur pada saat lemak


(21)

dalam silinder mulai naik atau temperatur pada saat lemak mulai melincir disebut slipping point (Ketaren, 2008).

2.1.2. Sifat Kimia Dari Minyak dan Lemak

Sifat kimia merupakan sifat yang mengalami secara perubahan kimia. Pada umumnya asam lemak jenuh dari minyak mempunyai rantai lurus monokarboksilat dengan jumlah atom karbon yang genap. Reaksi yang penting pada minyak dan lemak adalah reaksi hidrolisa, oksidasi, dan hidrogenasi.

Hidrolisa

Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut. Reaksi ini mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavor dan bau tengik pada minyak tersebut.

Oksidasi

Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak atau lemak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hiperoksida. Tingkat selanjutnya ialah terurainya asam – asam lemak disertai konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam – asam lemak bebas. Rancidity terbentuk oleh aldehida bukan oleh peroksida. Jadi kenaikan peroxide value (PV) hanya indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tengik.

Hidrogenasi

Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Reaksi


(22)

hidrogenasi ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhannya. Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang mengakibatkan reaksi antara molekul – molekul minyak dengan gas hidrogen. Hidrogen akan diikat oleh asam lemak yang tidak jenuh, yaitu pada ikatan rangkap, membentuk radikal komplek antara hidrogen, nikel, asam lemak, akan dihasilkan suatu tingkat kejenuhan yang lebih tinggi. Radikal asam lemak dapat terus bereaksi dengan hidrogen, membentuk asam lemak yang jenuh.

Esterifikasi

Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam – asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester. Dengan menggunakan prinsip reaksi ini, hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak seperti asam butirat dan asam kaproat yang menyebabkan bau tidak enak dapat ditukar dengan rantai panjang yang bersifat tidak menguap (Ketaren, 1986).

2.2. Minyak Kelapa Sawit

Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit ( Elaeis guinensis JACQ). Warna daging buah ialah putih kuning ketika masih muda dan berwarna jingga setelah buah menjadi matang. Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit. Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Selain itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak


(23)

(Ketaren, 2008). Inti kelapa sawit berasal dari tandan buah segar (TBS). Tandan buah segar (TBS) beserta lorinya direbus dalam suatu tempat perebusan (sterilizer) atau dalam ketel rebus. Perebusan ini dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung pada besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang dipergunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125oC. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Setelah itu, perebusan lori-lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat Hoisting Crane yang digerakkan dengan motor. Hoisting crane akan membalikkan TBS keatas mesin perontok buah. Buah-buah yang telah rontok dibawa ke mesin pelumat. Untuk memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan biji selama proses pelumatan TBS dipanasi. Langkah selanjutnya, pemerasan atau ekstrasi yang bertujuan untuk mengambil minyak dari masa adukan. Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar. Kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar dan setelah melalui pemurnian yang bertahap maka akan dihasilkan minyak sawit mentah CPO (Crude Palm Oil) (Tim Penulis, 1997).

Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri nonpangan seperti kosmetik dan farmasi. Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi dan hidrogenasi. (Fauzi, 2004). Sebagai bahan baku minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, dan bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan minyak


(24)

goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Di samping itu, kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor (heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Oleh karena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak sawit tidak cepat tengik. Diantara kandungan minor yang sangat berguna tersebut antara lain karoten dan tokoferol. Karoten dikenal juga sebagai pigmen warna jingga. Kandungannya mencapai 0,005 – 0,18%. Karoten bermanfaat sebagai obat kanker paru – paru dan payudara, karoten juga sebagai sumber pro vitamin A. Tokoferol dikenal sebagai antioksidan alam dan juga sebagai sumber vitamin E. Kandungan tokoferol dalam CPO berkisar 600 – 1.000 ppm (Fauzi, 2004).

Minyak kelapa sawit merupakan lemak semi padat yang mempunyai komposisi tetap. Komposisi asam lemak dari minyak kelapa sawit dapat di lihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Komposisi Asam lemak dari Minyak Kelapa Sawit Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah (%) Asam Miristat C13H27COOH 1,1 – 2,5

Asam Palmitat C15H31COOH 40 – 46 Asam Stearat C17H35COOH 3,6 – 4,7

Asam Oleat C17H33COOH 39 – 45

Asam Linoleat C17H31COOH 7 – 11

( Ketaren.S, 2005)

Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karoten. Minyak sawit yang bermutu baik adalah yang mudah dipucatkan, karena pada penggunaannya


(25)

konsumen menghendaki warna yang sepucat mungkin agar tidak mempengaruhi warna makanan yang terbuat dari atau memakai minyak sawit. Daya pemucatan akan rendah jika minyak telah teroksidasi atau terhidrolisis terlalu jauh.

Minyak sawit dapat dipucatkan dengan penyerapan zat warnanya oleh tanah pemucat pada suhu rendah sampai 100oC. Tetapi karotena adalah termolabil, terutama dalam keadaaan hampa udara. Karena itu minyak sawit dapat juga dipucatkan pada suhu tinggi (sekitar 250oC ). Tetapi pada suhu tingggi tersebut dapat terbentuk persenyawaan antara rantai asam lemak yang teroksidasi dengan karotena yang tidak mudah diabsorbsi oleh tanah pemucat, sehingga akan menyebabkan sisa warna setelah pemucatan menjadi lebih banyak. Dengan demikian untuk memperoleh minyak sawit dengan daya pucat yang tinggi oksidasi harus ditekan serendah-rendahnya (Mangoensoekarjo, 2008 ).

2.2.1. Crude Palm Oil (CPO)

Minyak sawit crude palm oil ( CPO) yaitu minyak yang berasal dari daging buah kelapa sawit. Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat, oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Minyak sawit merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak, sehingga titik lebur dari gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik lebur dari minyak sawit tersebut. Pengelohan kelapa sawit menjadi CPO pada intinya melalui 4 proses utama yaitu pemisahan brondol dengan janjang, pemulatan daging, pengepresan dan pemurnian minyak .

Minyak sawit CPO dapat dipergunakan dalam industri melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau Refined Bleached Deodrized Bleached Palm


(26)

Oil (RBDPO) lalu dikristalisasi akan menghasilkan RBDPS (Refined Bleached Deodrized Palm Stearin ) dan minyak goreng. Kemudian dihidrolisa (displitting) menghasilkan PSOFA ( Palm Stearine Oil- Fatty Acid) dan produk sampingan sweet water. Dan dihidrogenasi menghasilkan produk FAH. Di samping itu, CPO dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit padat ( RBD Stearin ) dan untuk produksi minyak sawit cair ( RBD Olein ). RBD olein terutama digunakan untuk pembuatan minyak goreng. Sedangkan RBD Stearin terutama digunakan untuk pembuatan margarine. Disamping itu juga bisa sebagai bahan baku industri sabun dan deterjen ( Hantoro, 2009 ).

Kadar sterol dalam minyak sawit lebih rendah dibandingkan dengan minyak nabati lainnya yang terdiri dari sitosterol, campesterol,dan kolesterol. Dalam CPO, kadar sterol berkisar antara 360-620 ppm dengan kadar kolesterol hanya sekitar 10 ppm saja atau sebesar 0,001% dalam CPO. Bahkan dari hasil penelitian dinyatakan bahwa kandungan kolesterol dalam satu butir telur setara dengan kandungan kolesterol dalam 29 liter minyak sawit. Minyak sawit dapat dikatakan sebagai minyak goreng nonkolesterol (kadar kolesterolnya rendah ) (Fauzi, 2004 ).

2.2 2. Palm Kernel Oil (PKO)

Palm kernel oil (PKO) yaitu minyak yang berasal dari inti buah kelapa sawit. Bagian dari inti yang keras yang membuatnya lebih mudah dipisahkan dari bagian luar buah. Minyak inti sawit lebih padat dan mampu dihidrogenasi lebih cepat daripada minyak kelapa (Hamilton ,R.J.1986).

Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah ialah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi pembentukkan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Minyak


(27)

yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong – kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah, maka buah dilapisi dengan tebal dan berkilat. Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari maka tanaman terbentuk senyawa kimia pelindung yaitu karoten. Setelah penyerbukkan kelihatan buah yang berwarna hitam kehijau-hijauan dan setelah terjadi pembentukkan minyak terjadi perubahan warna buah menjadi ungu kehijauhijauan. Pada saat-saat pembentukkan minyak terjadi yaitu trigliserida dengan asam lemak tidak jenuh, tanaman pembentukkan karotein dan phitol untuk melindungi dari oksidasi, sedangkan klorifil tidak mampu melakukannya sebagai antioksidan (Naibaho.P, 1998).

Pengelolahan kelapa sawit menjadi kernel ( inti sawit) melalui proses pemisahan pemisahan cangkang dengan inti. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih. Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80oC setelah kering, inti sawit dapat diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit yaitu Palm Kernel Oil (PKO) (Tim Penulis,1997).

Kandungan minyak yang terkandung di dalam inti sekitar 50 % dan kadar FFA-nya sekitar 5 % ( Proses pemecahan/ekstraksi inti sawit akan menghasilkan palm kernel meal (bungkil) dan palm kernel oil (minyak inti sawit). Berupa minyak putih kekuning-kuningan yang diperoleh dari proses ekstraksi inti buah tanaman kelapa sawit. Adapun sifat-sifat fisika PKO ( Palm Kernel Oil ) , adalah :


(28)

Minyak inti sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan berwarna terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah.

Minyak inti sawit yang baik berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang. Rumus kimia dan komposisi asam lemak yang terdapat dalam minyak inti sawit dapat dilihat pada tabel 2.

Dari tabel ini dapat kita lihat bahwa minyak inti sawit mengandung asam lemak jenuh (berikatan tunggal) dan asam lemak tak jenuh (berikatan rangkap).

Minyak inti sawit mengandung asam linoleat yang cukup rendah. Asam linoleat merupakan asam lemak yang mempengaruhi kestabilan minyak sehingga minyak yang mengandung asam linoleat lebih sedikit akan lebih stabil (Winarno, 1992).

Tabel 2. Komposisi Asam Lemak Minyak Inti Sawit (PKO)

Jenis Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah(%)

Asam Lemak Jenuh

Asam Kaprilat C7H17COOH 2 – 4

Asam Kaproat C9H19COOH 3 – 7

Asam Laurat C11H23COOH 46 – 52

Asam Miristat C13H27COOH 14 – 17

Asam Palmitat C15H31COOH 6,5 – 9

Asam stearat C17H35COOH 1 – 2,5

Asam lemak Tak Jenuh

Asam Oleat C17H33COOH 13 – 19

Asam Linoleat C17H31COOH 0,5 – 2

( Ketaren,S. 2005 )

Bahan baku utama dari proses pembuatan asam lemak blanded C12-C14 dan asam oleat ini adalah Palm Kernel Oil (PKO) yang diperoleh dari proses pengolahan minyak inti sawit.


(29)

Bahan baku pendukung yang digunakan yaitu bahan baku pendukung untuk proses hidrolisa Palm Kernel Oil menghasilkan asam lemak dan gliserol. Bahan baku pendukung untuk proses hidrolisa Palm Kernel Oil adalah air dan steam.

2.2.3. Hidrogenasi Asam Lemak

Hidrogenasi adalah proses pengelohan minyak atau lemak dengan menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi tingkat ketidakjenuhan minyak atau lemak.

Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap minyak atau lemak dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikan titik cair. Dengan hilangnya ikatan rangkap akan menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan terhadap proses oksidasi.

Asam lemak dengan rantai karbon di atas C

14 seperti asam palmitat C16, asam stearat C

18, asam oleat C18-1 asam linoleat C18 -2 umumnya dipakai minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil ).

Crude Palm Oil (CPO) termasuk golongan lemak dan merupakan bahan baku pembuatan RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin). Secara umum pembuatan dan pemurnian RBDPS melalui tahapan pengolahan awal CPO yang mencakup tahap degumming dan pemucatan (bleaching), deodorisasi dan fraksinasi basah atau kering atas fraksi olein dan stearin (RBDPS). Pengolahan ini bertujuan untuk menekan kandungan bahan pengotor serendah mungkin, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan asam stearat berbasis RBDPS bermutu premium pada industri oleokimia.


(30)

Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS) dihidrolisa (displiting) menghasilkan Palm Stearine Oil-Fatty Acid (PSOFA) kemudian dilakukan proses dihidrogenasi yang bertujuan untuk membuat minyak atau lemak bersifat plastis. Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap minyak atau lemak dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikan titik cair. Juga dengan hilangnya ikatan rangkap, akan menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan terhadap proses oksidasi. Katalisator yang digunakan nikel berdasarkan pertimbangan ekonomis, nikel mungkin juga mengandung sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promotor dalam proses hidrogenasi minyak. Pemanasan akan mempercepat jalanya reaksi hidrogenasi. Pada temperatur sekitar 205oC dicapai kecepatan reaksi yang maksimum, setra penambahan tekanan dan kemurnian gas hidrogen yang dipergunakan akan menaikkan kecepatan reaksi proses hidrogenasi. Kemudian akan menghasilkan asam stearat dengan 3 kali proses penekanan yang dihidrogenasi atau Triple Pressed Stearic Acid Hidrogeneted (FAH-H). FAH-H ini kemudian didestilasi sehingga menjadi asam stearat dengan hasil 3 kali proses penekanan atau Triple Pressed Stearic Acid (FAH) (Ketaren, 1986).

Asam stearat yang diproduksi pada industri oleokimia sangat luas pemanfaatannya dalam kehidupan manusia, khususnya asam stearat berbasis RBDPS banyak dimanfaatkan untuk pembuatan : sabun, lilin, krayon, kosmetik, pelumas, penyetabil PVC, monogliserida, bahan pengkilat, obat – obatan, metil stearat, pengemulsi makanan (Thomas, 1985).

2.3. Stabilitas Warna

Warna pada minyak merupakan suatu indikator kualitas. Tepatnya, warna adalah suatu spesifikasi untuk menentukan jenis dari minyak. Kebanyakan warna alami minyak lebih


(31)

keruh, pigmen yang tedapat dalam partikel minyak memberi suatu reaksi yang berbeda. Perubahan warna tersebut yang dikenal dengan proses bleaching atau pemucatan warna yang ditemukan pada minyak berbeda dalam setiap proses (Weis,.J.Theodore.1986).

Minyak sawit mempunyai warna kuning orange sehingga jika digunakan sebagai bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan. Pemucatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan standar mutu minyak sawit untuk pemucatan dengan alat lovibond dapat diketahui dosis bahan-bahan pemucatan yang dibutuhkan, biaya, serta rendeman hasil akhir yang akan diperoleh (Tim penulis.PS.1996).

Stabilitas warna dihubungkan dengan kenaikan suhu sangat penting pada penggunaan asam lemak. Kondisi yang dibuat pada saat pengukuran stabilitas warna, seperti suhu, lama pemanasan, waktu mencapai suhu yang diperlukan dan kontak dengan udara mempengaruhi hasil akhir analisa. Penentuan nilai heat stability dilakukan dalam suatu oil bath pada suhu 205oC selama 2 jam tanpa diblanketing dengan gas nitrogen (gas N2) (Muhammad yusuf, 2011).

Karotenoid bersifat tidak stabil pada suhu tinggi, dan jika minyak dialiri uap panas maka warna kuning akan hilang. Karotenoid tersebut tidak dapat dihilangkan dengan proses oksidasi. Minyak yang telah mengalami hidrogenasi karoten akan ikut terhidrogenasi, sehingga intensitas warna kuningnya berkurang.

Warna dari asam lemak cair merupakan salah satu indikasi mutu dan atau kemurnian asam lemak. Warna dapat diukur dengan membandingkan sampel dengan warna standar. Pengukuran warna asam lemak dilakukan dengan pengukuran warna Lovibond (Unichema International, 1998).


(32)

2.4. Kolorimeter

Kolorimeter adalah alat ukur warna. Dengan penentuan keadaan larutan zat dengan meningkatkan warna serta membandingkan dengan warna standar. Analisis cara kolorimetri berdasarkan perbandingan warna larutan yang konsentrasinya tidak diketahui, dengan larutan standar yaitu larutan yang diketahui konsentrasinya.

Dalam mengukur absorbansi dari panjang gelombangcahaya tertentu oleh larutan spesifik. Konsentrasi dari zat terlarut pada suatu larutan yang telah dikenal dalam larutan yang diberikan pada penerapan dari Hukum Beer-Lambert, yang menyatakan bahwa konsentrasi suatu zat terlarut sebanding dengan absorbansi. “Bila suatu cahaya monokromator melalui suatu media yang transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang diteruskan sebanding dengan ketebalan dan kepekatan media” (http://www.scribd.com).

2.4.1. Teori warna

Seperti kata "sepuluh orang, sepuluh warna" menunjukkan, warna memiliki asosiasi sendiri emosional. Warna banyak diciptakan melalui kombinasi tiga elemen warna utama yang dikenal sebagai tiga sifat berwarna, warna, nilai, dan kroma, mengekspresikan nada berbagai warna. Nada digambarkan dalam hal seperti cahaya-dalam, terang-gelap atau kuat-lemah. Jadi, warna merah datang sebagai cahaya atau merah tua, sebagai merah terang atau gelap, atau merah sebagai kuat atau lemah. Kepenuhan ekspresi terkait dengan warna ditentukan oleh cara kita mengekspresikan warna tersebut.


(33)

t o k l a b W d D tak terbatas Kece objek abu-kecerahan w Ini m lain, kita da adalah peru berhubunga 2.4.1. Spek Warna meru dengan mat Dengan ka C c o warna mem emerlangan -abu berkis warna, nilai menjelaskan apat mengun ubahan yan an dengan w

ktrum Caha

upakan kar ta kita. Rasa

ata lain, Color H ue

ont ra st s

miliki

unsur-Gambar

n adalah bah sar antara dan kecerah

n kecerahan ngkapkan w ng subjekt warna latar a

aya

akteristik d a tersebut d penyebab e  

-unsur dari k

r.1.

hwa warna y hitam dan han visual.

relatif warn warna sebaga

tif dalam w atau yang lai

dari rasa, ya diperoleh ole melihat w

kedua warn

yang setara n putih. da

na. Serta m ai terang ata warna yan in,warna yan

ang kita dap eh fakta bah warna ring

 

a tersebut.

a dengan be apat dikata

membedakan au lebih gela ng terjadi k

ng berdekat pat memper hwa cahaya gan. Oleh berapa warn akan sebaga

n warna deng ap. Fenomen karena obj tan.

roleh denga a datang ke karena it na dengan ai tingkat gan warna na kontras ek saling an melihat mata kita. tu, untuk


(34)

mengungkapkan rasa warna yang lebih ketat, perlu untuk mengetahui sifat dari cahaya yang sesuai dengan penglihatan warna.

Cahaya adalah bagian dari gelombang elektromagnetik, dan mata kita dapat merasakan kisaran antara 380 nm dan 780 nm. Seperti yang Anda tahu dengan baik dengan warna pelangi, hubungan antara panjang gelombang cahaya dan warna seperti yang ditunjukkan pada Gambar di ini:

Meskipun karakteristik berbeda terpancar cahaya oleh jenis sumber cahaya, seperti sinar matahari, cahaya dari lampu merkuri dan lampu listrik, masing-masing berisi cahaya rentang hampir antara 380nm dan 780nm. Karakteristik cahaya yang masuk ke mata yang dikenal dengan cara refleksi cahaya oleh objek ( Nippon, 2000).


(35)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-Alat

 Termometer 250oC

 Tabung nessler pyrex  Stopwatch

 Tabung APHA pyrex

 Oil thermal

 Rak tabung nessler

 Labu takar pyrex

 Botol aquades

 Erlenmeyer pyrex

 Pipet tetes

 Glass cell (614 inh = 133,4mm)

 Kolorimeter OME 2000-Nippon Denshoku  Penangas (Water bath)

3.1.2. Bahan-Bahan

 Sampel asam stearat 3 kali penekanan atau FAH (triple Pressed Stearic Acid)  Sampel FAH2B-01DS


(36)

 Sampel FAHLIXBO72M,  Sampel FAH2B-10DS.  Oil thermal

 Kalium heksakholoroplatina (IV)  Kobalt (II) klorida heksahidrat  HCl (p)

 Air destilasi

3.2. Prosedur

Penentuan warna pada tabung APHA

Larutan apha adalah larutan buatan yang dapat menentukkan warna dari produk yang cair sempurna dan jernih dengan membandingkan terhadap larutan standar buatan. Dimana larutan apha ini terdiri dari 5 standar larutan apha sampai 500 standar larutan apha.

Prosedur kerja:

- Pembuatan larutan standar apha 500.

Ditimbang sebanyak 1 g Kobalt (II) klorida heksahidrat (CoCl2.6H2O) dan 1,245g Kalium heksakloroplatina (IV) (K2PtCl6) dilarutkan dalam air destilat secukupnya. Kemudian ditambahkan 100 ml HCl(p) dan diencerkan hingga 1L dengan air destilat didalam labu takar 1000 ml. Larutan standar warna apha ini terdiri dari dari 5, 10, 15, 20, 25, 30, 40,50, 60, 70, 80, 90, 100, 120, 130, 140, 150, 160, 180, 200, 220, 240, 260, 280, 300, 350, 400, 450, dan 500.


(37)

Dipipet 1 ml larutan warna apha 500 kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 ml kemudian diencerkan sampai garis batas. Larutan ini mengandung larutan apha 5.

- Untuk pembuatan warna standar apha 90

Dipipet 18 ml larutan warna apha 500 kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 ml kemudian diencerkan sampai garis batas. Larutan ini mengandung larutan apha 90.

- Untuk pembuatan warna standar apha 200

Dipipet 40 ml larutan warna apha 500 kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 ml kemudian diencerkan sampai garis batas. Larutan ini mengandung larutan apha 90 .

Penentuan stabilitas panas ( heat stability)

Dihidupkan penangas minyak (oil bath), kemudian dinaikkan temperatur oil bath hingga 205oC selama ± 2 jam dan pertahankan pada kondisi ini. Jika sampel yang akan dianalisa tidak cair pada suhu kamar, maka cairkan terlebih dahulu diatas penangas air (water bath) pada temperatur yang tidak lebih dari 10oC diatas titer testnya. Kemudian diisi tabung nessler yang kering dengan sampel FAH dengan kode 2B-01DS kedalaman 5 inci dan dimasukkan kedalam oil bath. Lalu diatur permukaan oil bath 5,5 inci dari dasar tabung. Kemudian diatur waktunya selama ± 2 jam.

Kemudian, diangkat dari oil bath dan dibersihkan. Kemudian didinginkan (hangat-hangat) hingga suhu turun menjadi 70oC. Kemudian diukur dengan menggunakan alat kolorimeter dan dicatat nilainya. Lalu


(38)

sama untuk sampel FAH dengan kode 2B-03DS, sampel FAH dengan kode 2B-14DS, sampel FAH dengan kode LIXBO72M dan sampel FAH dengan kode 2B-10DS.

Penentuan warna dengan alat Kolorimeter OME – 2000 Nippon

Denshoku

Dihidupkan alat kolorimeter selama ± 15 menit agar stabil. Setelah itu, akan muncul pada layar monitor keterangan stabil. Kemudian tekan OK. Setelah itu gelas cell diambil dari dalam alat kolorimeter, kemudian diisi dengan aquades. Kemudian masukkan gelas cell kedalam alat alat kolorimeter. lalu tekan ‘S-Adj’ hingga alat menunjukkan ‘S- adj OK’. Kemudian diangkat lalu dimasukkan sampel FAH2B-01DS yang akan diukur warnanya, lalu tekan tombol ‘start’ . Setelah diproses akan muncul hasilnya. Lalu tekan Print Out untuk mencetak hasil analisa tersebut. Dilakukan perlakuan yang sama untuk sampel FAH dengan kode 2B-03DS, sampel FAH dengan kode 2B-14DS, sampel FAH dengan kode LIXBO72M dan sampel FAH dengan kode 2B-10DS.


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Analisa

Hasil analisa asam lemak pada sampel FAH yang diperoleh dari hasil Heat Stability

dengan metode kolorimeter dan tabung APHA adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Data Hasil Analisa asam lemak Pada Sampel FAH

Sampel

Colour

Sebelum Pemanasan Sesudah Pemanasan

Warna Kolorimeter

Warna APHA

Warna Kolorimeter

Warna APHA

FAH2B-01DS 14 20 84 90

FAH2B-03DS 14 20 82 90

FAH2B-14DS 12 20 82 90

FAHLIXBO72M 13 20 85 90

FAH2B-10DS 12 20 82 90

4.2. Pembahasan

Salah satu produk asam lemak yang dihasilkan oleh PT. SOCIMAS adalah FAH

(Triple Pressed Stearic Acid). Heat stability adalah salah satu parameter mutu asam

stearat yang akan mengukur stabilitas warna pada fatty acid. Ini dilakukan dalam oil bath pada suhu 205oC selama 2 jam. Kemudian warna dari sampel akan dibandingkan dengan Larutan apha. Dimana batas standar yang telah ditetapkan oleh PT. SOCIMAS adalah colour apha 90 maksimum. Jika hasil analisa diperoleh dibawah colour apha 90 setelah pemanasan maka produk ini dapat dikatakan baik. Tetapi jika melebihi batas standar maksimum maka akan diturunkan mutu sehingga produk


(40)

Sampel pertama, dengan kode FAH2B-01DS menunjukkan bahwa colour apha sebelum pemanasan yaitu colour apha 20 dan standar PT. SOCIMAS sebelum pemanasan colour apha 50 maksimum. Sesudah pemanasan dihasilkan colour apha 90 dan standar PT. SOCIMAS colour apha 90 maksimum. Sampel dengan kode FAH2B-01DS ini memenuhi standar PT.SOCIMAS. Pada sampel 03DS, FAH2B-14DS, LIXBO72M, FAH2B-10DS ini, dimana sebelum pemanasan menghasilkan colour apha 20 dan sesudah pemanasan menghasilkan colour apha 90. Sehingga sampel ini memenuhi standar PT. SOCIMAS . Pada kelima sampel ini dapat dikatakan baik karenakelima sampel ini sudah memenuhi standar PT. SOCIMAS.

Hasil data analisa asam lemak pada sampel FAH yang diperoleh dari heat stability dengan metode kolorimeter dan colour apha dapat memenuhi standar

PT. SOCIMAS. Berdasarkan standar PT. SOCIMAS colour apha sebelum pemanasan


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

 Warna apha pada sampel FAH2B-03DS, FAH2B-10DS, FAH2B-14DS, FAH LIXBO72M, FAH2B-01DS yang memberikan hasil yang sama yaitu sebelum pemanasan warna apha yang dihasilkan 20 dan setelah pemanasan pada suhu 205oC dihasilkan colour apha 90. Dimana, kelima sampel tersebut dapat memenuhi standar PT. SOCIMAS sebelum pemanasan standar apha 50 maksimum dan setelah pemanasan standar apha 90 maksimum.

5.2. Saran

Dalam melaksanakan kegiatan analisa terhadap suatu mutu asam lemak, maka ketelitian dan ketepatan pada saat melakukan penimbangan, pengukuran warna dan pengaturan temperatur dalam melakukan heat stability dan ketika memeriksa warna dari produk yang sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan harus dilakukan dengan teliti dalam membandingkan produk dengan larutan apha.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi,Ir. 2004, Kelapa Sawit. Penebar Swadaya : Jakarta

Hantoro. 2009. Gambaran Umum Produksi Minyak Sawit. http:// minyak sawit.blogspot

Http://www.kemper RI. Co.id, 2011

http://www.scribd.com/doc/47415677/chinta-6-colourimeter Http://www.socimas.com   

 

Ketaren,S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta : UI-Press Mangoensoekarjo,S. 2003. Industri Kelapa Sawit Indonesia.Jakarta :

Prosiding Seminar

Muhammad yusuf, R. 2011. Asam Stearat. Medan : USU Repository

Naibaho,P. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian Kelapa

Sawit.

Nippon Denshoku. 2000. Color History, Manual Book of tintometer. Japan

Patterson, H. B. W. 2000. Hidrogenation of Fats and Oils Theory and Practice,

AOCS

Press: New york

Theodore, J, Weiss. 1983. Food Oils and Their Uses Second Edition. The AVI Publishing

Company: United State America

Thomas, H.W. 1985. Bailey’s Industrial Oil and Fat Product, Volume 3. Jhon Wiley & Sons : New york

Tim Penulis,Ps. 1977. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran.Jakarta : Penebar swadaya

Unichema International. 1998. Fatty Acid Data Book 2 nd

Edition, Unichema, Republic of German.


(1)

Dipipet 1 ml larutan warna apha 500 kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 ml kemudian diencerkan sampai garis batas. Larutan ini mengandung larutan apha 5.

- Untuk pembuatan warna standar apha 90

Dipipet 18 ml larutan warna apha 500 kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 ml kemudian diencerkan sampai garis batas. Larutan ini mengandung larutan apha 90.

- Untuk pembuatan warna standar apha 200

Dipipet 40 ml larutan warna apha 500 kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 ml kemudian diencerkan sampai garis batas. Larutan ini mengandung larutan apha 90 .

Penentuan stabilitas panas ( heat stability)

Dihidupkan penangas minyak (oil bath), kemudian dinaikkan temperatur oil bath hingga 205oC selama ± 2 jam dan pertahankan pada kondisi ini. Jika sampel yang akan dianalisa tidak cair pada suhu kamar, maka cairkan terlebih dahulu diatas penangas air (water bath) pada temperatur yang tidak lebih dari 10oC diatas titer testnya. Kemudian diisi tabung nessler yang kering dengan sampel FAH dengan kode 2B-01DS kedalaman 5 inci dan dimasukkan kedalam oil bath. Lalu diatur permukaan oil bath 5,5 inci dari dasar tabung. Kemudian diatur waktunya selama ± 2 jam.

Kemudian, diangkat dari oil bath dan dibersihkan. Kemudian didinginkan (hangat-hangat) hingga suhu turun menjadi 70oC. Kemudian diukur dengan menggunakan alat kolorimeter dan dicatat nilainya. Lalu dikonversikan ke warna apha dan dicatat hasilnya. Dilakukan perlakuan yang


(2)

2B-14DS, sampel FAH dengan kode LIXBO72M dan sampel FAH dengan kode 2B-10DS.

Penentuan warna dengan alat Kolorimeter OME – 2000 Nippon Denshoku

Dihidupkan alat kolorimeter selama ± 15 menit agar stabil. Setelah itu, akan muncul pada layar monitor keterangan stabil. Kemudian tekan OK. Setelah itu gelas cell diambil dari dalam alat kolorimeter, kemudian diisi dengan aquades. Kemudian masukkan gelas cell kedalam alat alat kolorimeter. lalu tekan ‘S-Adj’ hingga alat menunjukkan ‘S- adj OK’. Kemudian diangkat lalu dimasukkan sampel FAH2B-01DS yang akan diukur warnanya, lalu tekan tombol ‘start’ . Setelah diproses akan muncul hasilnya. Lalu tekan Print Out untuk mencetak hasil analisa tersebut. Dilakukan perlakuan yang sama untuk sampel FAH dengan kode 2B-03DS, sampel FAH dengan kode 2B-14DS, sampel FAH dengan kode LIXBO72M dan sampel FAH dengan kode 2B-10DS.


(3)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Analisa

Hasil analisa asam lemak pada sampel FAH yang diperoleh dari hasil Heat Stability dengan metode kolorimeter dan tabung APHA adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Data Hasil Analisa asam lemak Pada Sampel FAH

Sampel

Colour

Sebelum Pemanasan Sesudah Pemanasan Warna

Kolorimeter

Warna APHA

Warna Kolorimeter

Warna APHA

FAH2B-01DS 14 20 84 90

FAH2B-03DS 14 20 82 90

FAH2B-14DS 12 20 82 90

FAHLIXBO72M 13 20 85 90

FAH2B-10DS 12 20 82 90

4.2. Pembahasan

Salah satu produk asam lemak yang dihasilkan oleh PT. SOCIMAS adalah FAH (Triple Pressed Stearic Acid). Heat stability adalah salah satu parameter mutu asam stearat yang akan mengukur stabilitas warna pada fatty acid. Ini dilakukan dalam oil bath pada suhu 205oC selama 2 jam. Kemudian warna dari sampel akan dibandingkan dengan Larutan apha. Dimana batas standar yang telah ditetapkan oleh PT. SOCIMAS adalah colour apha 90 maksimum. Jika hasil analisa diperoleh dibawah colour apha 90 setelah pemanasan maka produk ini dapat dikatakan baik. Tetapi jika melebihi batas standar maksimum maka akan diturunkan mutu sehingga produk tersebut bukan FAH melainkan FAB yang memiliki kualitas lebih rendah.


(4)

sebelum pemanasan yaitu colour apha 20 dan standar PT. SOCIMAS sebelum pemanasan colour apha 50 maksimum. Sesudah pemanasan dihasilkan colour apha 90 dan standar PT. SOCIMAS colour apha 90 maksimum. Sampel dengan kode FAH2B-01DS ini memenuhi standar PT.SOCIMAS. Pada sampel 03DS, FAH2B-14DS, LIXBO72M, FAH2B-10DS ini, dimana sebelum pemanasan menghasilkan colour apha 20 dan sesudah pemanasan menghasilkan colour apha 90. Sehingga sampel ini memenuhi standar PT. SOCIMAS . Pada kelima sampel ini dapat dikatakan baik karenakelima sampel ini sudah memenuhi standar PT. SOCIMAS.

Hasil data analisa asam lemak pada sampel FAH yang diperoleh dari heat stability dengan metode kolorimeter dan colour apha dapat memenuhi standar PT. SOCIMAS. Berdasarkan standar PT. SOCIMAS colour apha sebelum pemanasan adalah 50 max dan colour apha sesudah pemanasan adalah 90 max.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

 Warna apha pada sampel FAH2B-03DS, FAH2B-10DS, FAH2B-14DS, FAH LIXBO72M, FAH2B-01DS yang memberikan hasil yang sama yaitu sebelum pemanasan warna apha yang dihasilkan 20 dan setelah pemanasan pada suhu 205oC dihasilkan colour apha 90. Dimana, kelima sampel tersebut dapat memenuhi standar PT. SOCIMAS sebelum pemanasan standar apha 50 maksimum dan setelah pemanasan standar apha 90 maksimum.

5.2. Saran

Dalam melaksanakan kegiatan analisa terhadap suatu mutu asam lemak, maka ketelitian dan ketepatan pada saat melakukan penimbangan, pengukuran warna dan pengaturan temperatur dalam melakukan heat stability dan ketika memeriksa warna dari produk yang sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan harus dilakukan dengan teliti dalam membandingkan produk dengan larutan apha.


(6)

Fauzi,Ir. 2004, Kelapa Sawit. Penebar Swadaya : Jakarta

Hantoro. 2009. Gambaran Umum Produksi Minyak Sawit. http:// minyak sawit.blogspot

Http://www.kemper RI. Co.id, 2011

http://www.scribd.com/doc/47415677/chinta-6-colourimeter Http://www.socimas.com   

 

Ketaren,S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta : UI-Press Mangoensoekarjo,S. 2003. Industri Kelapa Sawit Indonesia.Jakarta :

Prosiding Seminar

Muhammad yusuf, R. 2011. Asam Stearat. Medan : USU Repository

Naibaho,P. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian Kelapa

Sawit.

Nippon Denshoku. 2000. Color History, Manual Book of tintometer. Japan

Patterson, H. B. W. 2000. Hidrogenation of Fats and Oils Theory and Practice, AOCS

Press: New york

Theodore, J, Weiss. 1983. Food Oils and Their Uses Second Edition. The AVI Publishing

Company: United State America

Thomas, H.W. 1985. Bailey’s Industrial Oil and Fat Product, Volume 3. Jhon Wiley & Sons : New york

Tim Penulis,Ps. 1977. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran.Jakarta : Penebar swadaya

Unichema International. 1998. Fatty Acid Data Book 2

nd

Edition, Unichema, Republic of German.