82 Karena t
hitung
t
tabel
, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Berarti secara individu variabel Produk Domestik Regional Bruto tidak
berpengaruh signifikan terhadap Kapasitas Fiskal Daerah.
b. Uji F :
Hipotesis:
4 3
2 1
o
H artinya
variabel bebas
secara bersama-sama variabel Pajak Daerah PD, Retribusi Daerah RD,
Bagi Hasil Pajak BHP, dan Produk Domestik Regional Bruto PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Kapasitas
Fiskal Daerah KFD.
4 3
2 1
a
H artinya
variabel bebas
secara bersama-sama variabel Pajak Daerah PD, Retribusi Daerah RD,
Bagi Hasil Pajak BHP, dan Produk Domestik Regional Bruto PDRB berpengaruh signifikan terhadap variabel Kapasitas Fiskal
Daerah KFD. F
tabel
= α = 0,05: n-k, k-1 = α = 0,05: 145: 4 = 2,45
F
hitung
= 5299,503 Karena F
hitung
F
tabel
, maka H
o
ditolak dan H
a
diterima. Berarti secara bersama-sama variabel Pajak Daerah PD, Retribusi Daerah RD,
Bagi Hasil Pajak BHP, dan Produk Domestik Regional Bruto PDRB berpengaruh signifikan terhadap variabel Kapasitas Fiskal
Daerah KFD.
83
c. Koefisien Determinasi R
2
Goodness Of Fit
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan yang baik dalam analisis yang ditunjukan oleh besarnya koefisien determinasi
R
2
. Berdasarkan hasil estimasi didapat nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0,992757 yang menunjukkan bahwa variabel independen yaitu Pajak Daerah PD, Retribusi Daerah RD, Bagi Hasil Pajak BHP, dan
Produk Domestik Regional Bruto PDRB berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Kapasitas Fiskal Daerah KFD sebesar 99,28
dan sisanya 0,72 dipengaruhi variabel lain diluar model.
d. Interpretasi Hasil Estimasi :
Dari hasil regresi berganda diatas: 1. Tanda parameter untuk Pajak Daerah adalah positif yaitu 1,176148
yang akan menunjukkan bahwa apabila Pajak Daerah naik 1 Milyar Rupiah, maka akan mengakibatkan naiknya Kapasitas Fiskal Daerah
sebesar 1,176148 Milyar Rupiah, hasil regresi dengan asumsi variabel yang lain tetap Ceteris Paribus. Sedangkan apabila Pajak
Daerah turun 1 Milyar Rupiah, maka akan mengakibatkan menurunnya Kapasitas Fiskal Daerah sebesar 1,176148 Milyar
Rupiah, hasil regresi dengan asumsi variabel yang lain tetap Ceteris Paribus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pajak Daerah sesuai
dengan hipotesis penelitian serta sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Joko Tri Haryanto 2006.
Model Leviathan
menunjukkan bahwa
peningkatan penerimaan pajak daerah tidak harus dicapai dengan mengenakan
84 tarif pajak yang terlalu tinggi, tetapi dengan pengenaan tarif pajak
yang lebih rendah dikombinasikan dengan struktur pajak yang meminimalkan penghindaran pajak dan respon harga dan kuantitas
barang terhadap pengenaan pajak sedemikian rupa, maka akan dicapai Total Penerimaan Maksimum.
2. Tanda parameter untuk Retribusi Daerah adalah positif yaitu 0,285468 namun terbukti tidak signifikan. Berarti terjadi
penyimpangan dengan hipotesis yang ada dalam penelitian. Tetapi sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Joko Tri
Haryanto 2006. Hal ini terjadi karena dilihat dari data Retribusi Daerah di beberapa provinsi kurang konstan yaitu misalnya Provinsi
Gorontalo, Maluku dan Maluku Utara. Retribusi Daerah cenderung berpengaruh terhadap PAD. Sedangkan dalam penelitian ini
kemandirian daerah tidak hanya dilihat dari sisi PAD saja tetapi juga Dana Bagi Hasil. Kontribusi Retribusi Daerah di tingkat provinsi
cenderung masih kecil. Sebab, terkadang ada asset yang harus diwajibkan membayar tetapi tidak dipungut atau terlewatkan
sehingga realisasi yang diterima tidak sesuai dengan target. Lebih besarnya peranan retribusi di kabupatenkota dibandingkan dengan
retribusi di provinsi sejalan dengan lebih besarnya peranan kabupatenkota dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
3. Tanda parameter untuk Bagi Hasil Pajak adalah positif yaitu 0,435284 yang akan menunjukkan bahwa apabila Bagi Hasil Pajak
naik 1 Milyar Rupiah, maka akan mengakibatkan naiknya Kapasitas
85 Fiskal Daerah sebesar 0,435284 Milyar Rupiah, hasil regresi dengan
asumsi variabel yang lain tetap Ceteris Paribus. Sedangkan apabila Bagi Hasil Pajak turun 1 Milyar Rupiah, maka akan mengakibatkan
menurunnya Kapasitas Fiskal Daerah sebesar 0,435284 Milyar Rupiah, hasil regresi dengan asumsi variabel yang lain tetap Ceteris
Paribus. Bagi Hasil Pajak sesuai dengan hipotesis penelitian serta sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Joko Tri
Haryanto 2006 Semakin tinggi Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP, semakin kuat pula derajat desentralisasi fiskalnya tingkat
kemandirian daerahnya. Semakin rendah Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak PHPBP, maka semakin lemah derajat desentralisasi
fiskalnya tingkat kemandirian daerahnya. 4. Tanda parameter untuk Produk Domestik Reginal Bruto adalah
positif yaitu 0,002311 namun terbukti tidak signifikan. Produk Domestik Reginal Bruto tidak sesuai dengan hipotesis penelitian.
Tetapi sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Joko Tri Haryanto 2006. Pertumbuhan ekonomi dapat mengetahui kegiatan
ekonomi yang dilakukan masyarakat di dalam meningkatkan produksi barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi meningkat,
dikarenakan kegiatan ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa meningkat.
Hal tersebut
akan mempengaruhi
peningkatan penerimaan pendapatan riil masyarakat. Pertumbuhan ekonomi
menurun, disebabkan kegiatan ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa menurun. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan
86 penerimaan pendapatan riil masyarakat. Sehingga pertumbuhan
ekonomi daerah mempengaruhi penerimaan pajak daerah secara positif. PDRB merupakan kinerja dari pelaku kegiatan ekonomi di
suatu daerah tersebut dan bukan milik pemerintah sepenuhnya. Pelaku kegiatan ekonomi terdiri dari rumah tangga, perusahaan, dan
pemerintah sehingga tidak berpengaruh terhadap kapasitas fiskal daerah.
5. Nilai konstanta menunjukkan nilai tetap yang tidak berpengaruh.
87
4. Uji Asumsi Klasik