Penelitian Sebelumnya Kerangka Teoritis

40 terdiri dari peta kapasitas fiskal provinsi dan peta kapasitas fiskal kabupatenkota. Penetapan kategori kapasitas fiskal bagi daerah pemekaran yang belum memiliki APBD, mengikuti kategori kapasitas fiskal daerah induk. Perhitungan indeks kapasitas fiskal provinsi atau kabupatenkota dilakukan dengan menghitung kapasitas fiskal masing-masing daerah provinsi atau kabupatenkota dibagi dengan rata-rata kapasitas fiskal seluruh daerah provinsi atau kabupatenkota. a. Daerah yang indeks kapasitas fiskalnya lebih dari satu atau sama dengan satu merupakan daerah yang termasuk kategori kapasitas fiskal tinggi. b. Daerah yang indeks kapasitas fiskalnya antara 0,5 atau sama dengan 0,5 sampai dengan satu 0,5indeksl merupakan daerah yang termasuk kategori kapasitas fiskal sedang. c. Daerah yang indeks kapasitas fiskalnya kurang dari 0,5 merupakan daerah yang termasuk kategori kapasitas fiskal rendah.

B. Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan Jorge Martinez-Vazquez, Principles for the Design of Equalization Grants, Indonesia Workshop, May 2001 dalam buku DAU ”Konsep, Hambatan, dan Prospek di Era Otonomi Daerah” menyatakan bahwa indikator kapasitas fiskal di negara Kanada yaitu PDRB per kapita atau jumlah pendapatan yang diperoleh dari basis pajak daerah dengan menerapkan tingkat tarif efektif rata-rata dan tax effort. 41 Dalam buku DAU ”Konsep, Hambatan, dan Prospek di Era Otonomi Daerah” Machfud Sidik, et al. 2002a, menurut Bambang Brodjonegoro dan Arlen T. Pakpahan faktor-faktor yang mempengaruhi potensi penerimaan terdiri atas: PDRB sektor SDA primer, PDRB sektor industri dan jasa lainnya non primer dan besarnya angkatan kerja. Sedangkan menurut Kadjatmiko dan B. Raksaka Mahi, variabel-variabel penentu potensi penerimaan daerah terdiri atas: PAD, PBB dan BPHTB, PPh Orang Pribadi serta Bagi Hasil SDA. KF = PAD + PBB + BPHTB + PPh + 0,75 SDA PDRBjasa PAD 2 1     Penelitian Joko Tri Haryanto 2006 yang berjudul ”Kemandirian Daerah Sebuah Perspektif Dengan Metode Path Analisys”. Dari hasil olahan data dengan menggunakan metode analisys path, dari 26 provinsi dengan tahun 2002 sampai 2004 didapatkan hasil bahwa variabel Pajak Daerah PD dan Bagi Hasil Pajak BHP memiliki hubungan signifikan terhadap kapasitas fiskal daerah. Sementara variabel Retribusi Daerah dan PDRB jasa tidak terbukti mempengaruhi kapasitas fiskal daerah secara signifikan. Kerangka hubungan kausal empiris antara Pajak Daerah PD dan Bagi Hasil Pajak BHP dengan kapasitas fiskal daerah diperoleh persamaan struktural sebagai berikut : KF = 0,307 PD + 0,661 BHP + 0,3178 = 0,899 42

C. Kerangka Teoritis

Untuk mepermudah dan memperjelas permasalahan yang dikemukakan dalam rencana penelitian ini, maka penulis mencoba memberikan gambaran singkat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi. Dalam penelitian ini dibedakan dua veriabel: 1. Variable dependent variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam hal ini adalah kapasitas fiskal daerah. 2. Variable independent variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Dalam hal ini adalah pajak daerah, retribusi daerah, bagi hasil pajak dan PDRB. Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah provinsi maupun kabupatenkota yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Kemandirian Daerah PDRB Retribusi Daerah Bagi Hasil Pajak Kinerja Ekonomi Penerimaan Daerah Pajak Daerah Kapasitas Fiskal Daerah Otonomi Daerah 43 pemerintah pusat. Kebijakan keuangan daerah ditempuh oleh pemerintah pusat agar pemerintah daerah mempunyai kemampuan membiayai pembangunan daerahnya sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang nyata. Melalui otonomi daerah diharapkan terciptanya kemandirian pemerintah daerah. Salah satu wujud pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah pemberian sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang digali dan digunakan sendiri sesuai dengan potensinya. Daerah yang tingkat pembangunannya tinggi biasanya dilihat dari penerimaan daerah dan tingkat pendapatan riil yang juga tinggi. Sehingga, struktur kapasitas fiskal daerah tersebut semakin naik.

D. Hipotesis

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUANG FISKAL DI INDONESIA PERIODE (2001-2014)

3 27 71

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP Analisis Faktor - Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2013.

0 3 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP Analisis Faktor - Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2013.

0 2 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2012.

0 0 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2012.

0 1 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi:Studi Pada PT Telkom Dan PDAM Di Pati.

0 0 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia.

0 1 13

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kesenjangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur pada Periode 2009-2014 AWAL

0 0 14

Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Capital Adequacy Ratio (Studi Empiris : Bank Umum di Indonesia Periode 2001 – 2004)

0 0 77

20708 ID faktor faktor yang berpengaruh terhadap risiko kehamilan 4 terlalu 4 t pada wani

0 0 10