Industri Pemintalan Benang Industri Kain Industri Pakaian Jadi Industri Tekstil Lainnya
56
tidak langsung ke depan menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki nilai keterkaitan langsung maupun tidak langsung ke depan terhadap sektor lainnya
termasuk sektor itu sendiri. Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang selalu memiliki nilai yang lebih besar dari satu.
Tabel 16 Keterkaitan Output Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008
Sektor Keterkaitan ke Depan
Keterkaitan Ke Belakang
Langsung Langsung
dan Tidak Langsung
Langsung Langsung
dan Tidak Langsung
Pertanian 0.864 2.594
0.304 1.561
Pertambangan dan Penggalian lainya 0.811
3.229 0.199
1.323 Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau
0.292 1.567
0.663 2.172
Industri Serat Fiber 0.054
1.057 0.520
1.967 Industri Pemintalan Benang
Yarn 0.573 1.766
0.467 1.900
Industri Kain Fabric 0.221
1.253 0.455
1.868 Industri Pakaian Jadi
Garment 0.077 1.083
0.238 1.404
Industri Tekstil Lainnya Other Textile 0.095
1.106 0.463
1.873
Industri Kulit dan Hasilnya 0.046
1.050 0.072
1.127 Industri Bambu, Kayu, Rotan dan Hasilnya
0.380 1.624
0.603 2.201
Industri Kimia, Karet, dan Plastik 1.710
4.327 0.588
1.950 Industri Besi, Baja, dan Logam
0.441 1.720
0.585 2.055
Industri Mesin,Listrik, dan Perbaikan 0.611
2.289 0.671
2.516 Industri Bahan Bangunan dan lainnya
0.170 1.341
0.636 2.233
Listrik dan Air Minum 0.230
1.383 0.630
2.140 Perdagangan, Hotel dan Restoran
0.814 2.449
0.483 1.899
Pengangkutan dan Komunikasi 0.631
2.126 0.490
1.962 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
0.564 2.170
0.320 1.597
Jasa dan Kegiatan Lainnya 0.263
1.551 0.461
1.936 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 19 Sektor diolah
Berdasarkan Tabel 16 terdapat hasil analisis keterkaitan output ke depan langsung maupun langsung dan tidak langsung. Subsektor industri TPT yang
memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan terbesar adalah subsektor industri pemintalan benang yarn dengan nilai 0.573 yang berarti bahwa jika terjadi
peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka output subsektor industri pemintalan benang yarn yang langsung dijual atau dialokasikan ke subsektor
lainnya termasuk subsektor industri pemintalan benang yarn itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar Rp 0.573 juta.
Sama halnya dengan hasil analisis keterkaitan langsung ke depan subsektor industri TPT, subsektor yang mempunyai nilai keterkaitan output langsung dan tidak
langsung ke depan terbesar adalah subsektor pemintalan benang yarn dengan nilai 1.766. Nilai tersebut menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir
sebesar satu juta rupiah, maka output subsektor pemintalan benang yarn yang dijual
57
atau dialokasikan langsung maupun tidak langsung ke sektor lainnya termasuk subsektor benang itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar Rp 1.766 juta.
Keterkaitan Kebelakang
Backward Linkage
Keterkaitan ke belakang backward linkage menunjukan besarnya nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor yang berasal dari sektor lain maupun dari sektor
itu sendiri jika terjadi peningkatan output ke depan, untuk memperoleh nilai keterkaitan output ke belakang backward linkage juga dapat dilakukan dengan
analisis keterkaitan output langsung maupun langsung dan tidak langsung.
Berdasarkan Tabel 16 terdapat hasil analisis keterkaitan output ke belakang langsung maupun langsung dan tidak langsung. Dilihat dari keterkaitan langsung ke
belakang, subsektor industri TPT memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang terbesar adalah subsektor industri serat fiber dengan nilai 0.520. Nilai tersebut
menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan permintan akhir sebesar satu juta rupiah, maka subsektor industri serat fiber akan secara langsung meningkatkan permintaan
terhadap inputnya sendiri maupun terhadap subsektor lainnya sebesar Rp 0.520 juta.
Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 19 Sektor diolah
Gambar 19 Kuadran Keterkaitan Sektor Perekonomian Indonesia
‐1.5 ‐1.0
‐0.5 0.0
0.5 1.0
‐2.0 ‐1.0
0.0 1.0
2.0 3.0
4.0
Keterk ait
an Kebelak
ang
Keterkaitan Kedepan
Pertanian Pertambangan dan Penggalian lainya
Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau
Industri Serat Fiber Industri Pemintalan BenangYarn
Industri Kain Fabric Industri Pakaian Jadi Garment
Industri Tekstil Lainnya Other Textile Industri Kulit dan Hasilnya
Industri Bambu, Kayu, Rotan dan Hasilnya
Industri Kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan Minyak
Industri Besi, Baja, Logam, dan Non Logam
Industri Mesin,Listrik, dan Perbaikan
Industri Bahan Bangunan, Bangunan dan Barang lain
Listrik dan Air Minum Perdagangan, Hotel dan Restoran
Jasa Agkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
Jasa dan Kegiatan Lainnya
Kuadran I Kuadran II
Kuadran III Kuadran IV
58
Nilai keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung yang terbesar pada adalah subsektor industri serat fiber dengan nilai 1.967. Nilai tersebut menunjukan
bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka subsektor industri kain fiber akan meningkat secara langsung dan tidak langsung
meningkatkan permintaan terhadap inputnya sendiri maupun terhadap subsektor lainnya sebesar Rp 1.967 juta.
Sektor-sektor perekonomian dibagi menjadi empat kuadaran dengan garis vertikal menunjukan keterkaitan ke depan dan garis horizontal menunjukan
keterkaitan ke belakang. Berdasarkan Gambar 19, subsektor industri TPT yang berada pada kuadran II adalah subsektor industri serat fiber dan subsektor industri
pemintalan benang yarn yang berarti sektor tersebut hanya memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang tinggi. Sedangkan subsektor lainnya berada di kuadran
III yang berarti ketiga sektor lainnya mempunyai nilai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang rendah.
Analisis Dampak Penyebaran
Analisis dampak penyebaran terdiri dari koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Koefisien penyebaran digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat
pengembangan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme pasar input. Sedangkan kepekaan penyebaran digunakan digunakan untuk mengetahui distribusi
manfaat pengembangan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme pasar output.
Koefisien Penyebaran
Nilai koefisien penyebaran jika lebih dari satu menunjukan bahwa suatu sektor mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Sedangkan jika nilai
koefisiennya kurang dari satu maka suatu sektor tertentu kurang mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Pada Tabel 17 terdapat hasil analisis
koefisien penyebaran subsektor industri TPT tahun 2008. Dari kelima subsektor industri TPT, terdapat tiga subsektor yang mempunyai nilai koefisien penyebaran
kurang dari satu yaitu subsektor industri kain fabric dan subsektor industri pakaian jadi garment dan subsektor industri tekstil lainnya other textile. Sedangkan
selebihnya mempunya nilai koefisien penyebaran lebih dari satu. Hal ini menunjukan bahwa subsektor industri kain fabric dan subsektor industri pakaian jadi garment
dan subsektor industri tekstil lainnya other textile tidak mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Sedangkan subsektor industri serat fiber, dan
subsektor industri pemintalan benang yarn mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya.
Kepekaan Penyebaran
Nilai kepekaan penyebaran jika lebih dari satu menunjukan bahwa suatu sektor tersebut mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Sedangkan jika nilai
kepekaan penyebaran kurang dari satu maka sektor tersebut kurang mampu
59
mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Berdasarkan Tabel 17, terdapat hasil analisis kepekaan penyebaran sektor-sektor perekonomian Indonesia tahun 2008.
Hasil analisis menunjukan bahwa dari kelima subsektor industri TPT tidak ada satupun subsektor yang memiliki nilai kepekaan penyebaran lebih dari satu. Ini
menunjukan bahwa subsektor industri TPT kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya.
Tabel 17 Dampak Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2008
Sektor Koefisien
Penyebaran Kepekaan
Penyebaran Pertanian 0.831
1.381 Pertambangan dan Penggalian lainya
0.704 1.719
Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 1.157
0.834
Serat Fiber
1.047 0.563
Pemintalan Benang Yarn
1.012 0.940
Kain Fabric
0.994 0.667
Pakaian Jadi Garment
0.747 0.577
Tekstil Lainnya Other Textile
0.997 0.589
Kulit samakan dan olahan
0.600 0.559
Industri Bambu, Kayu, Rotan dan Hasilnya
1.172 0.865
Industri Kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan Minyak
1.038 2.304
Industri Besi, Baja, Logam, dan Non Logam
1.094 0.916
Industri Mesin,Listrik, dan Perbaikan
1.340 1.219
Industri Bahan Bangunan, Bangunan dan Barang lain
1.189 0.714 Listrik dan Air Minum
1.140 0.737
Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.011
1.304 Jasa Agkutan dan Komunikasi
1.045 1.132
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 0.850
1.155 Jasa dan Kegiatan Lainnya
1.031 0.826
Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 19 Sektor diolah
Sektor-sektor perekonomian dibagi menjadi empat kuadaran dengan garis vertikal menunjukan koefisien penyebaran dan garis horizontal menunjukan kepekaan
penyebaran seperti yang terlihat pada Gambar 20. Berdasarkan gambar tersebut, tidak ada satupun dari subsektor industri TPT yang berada pada kuadran I. Subsektor
industri TPT yang berada pada kuadran II adalah subsektor industri serat fiber, dan subsektor industri pemintalan benang yarn. Subsektor yang berada pada kuadran III
adalah subsektor industri kain fabric, dan subsektor industri pakaian jadi garment, dan subsektor industri tekstil lainnya other textile.
60
Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 19 Sektor diolah
Gambar 20 Kuadran Penyebaran Sektor Perekonomian Indonesia
Analisis Pengganda Multiplier
Analisis pengganda multiplier digunakan untuk melihat dampak perubahan atau peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap seluruh sektor yang ada tiap
satu-satuan perubahan jenis multiplier. Ada dua tipe multiplier yang akan dianalisis dalam penelitian ini yaitu multiplier tipe I dan multiplier tipe II yang digunakan
dalam analisis multiplier output, multiplier pendapatan, dan multiplier tenaga kerja. Multiplier
tipe I diperoleh dari pengolahan lebih lanjut matriks kebalikan Leontief terbuka, sedangkan untuk multiplier tipe II diperoleh dari matriks kebalikan Leontief
tertutup yang memasukan rumah tangga sebagai variabel endogenus. Multiplier Output
Nilai dari hasil analisis multiplier output tipe I menunjukkan adanya peningkatan output di seluruh sektor perekonomian yang disebabkan oleh kenaikan
permintaan akhir sebesar Rp 1 juta di suatu sektor tertentu. Untuk tipe II dari hasil analisis multiplier output menunjukan bahwa jika terdapat peningkatan konsumsi
‐0.5 ‐0.4
‐0.3 ‐0.2
‐0.1 0.1
0.2 0.3
0.4
‐1.0 ‐0.5
0.0 0.5
1.0 1.5
K o
ef isien P
enyeb aran
Kepekaan Penyebaran
Pertanian Pertambangan dan Penggalian lainya
Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau
Serat Fiber Pemintalan Benang Yarn
Kain Fabric Pakaian Jadi Garment
Tekstil Lainnya Other Textile Kulit samakan dan olahan
Industri Bambu, Kayu, Rotan dan Hasilnya
Industri Kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan Minyak
Industri Besi, Baja, Logam, dan Non Logam
Industri Mesin,Listrik, dan Perbaikan
Industri Bahan Bangunan, Bangunan dan Barang lain
Listrik dan Air Minum Perdagangan, Hotel dan Restoran
Jasa Agkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
Jasa dan Kegiatan Lainnya
Kuadran I
Kuadran IV Kuadran II
Kuadran III
61
rumah tangga akibat adanya peningkatan permintaan akhir maka output diseluruh sektor perekonomian meningkat sebesar Rp 1 juta.
Tabel 18 Nilai Multiplier Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2008
Sektor Output Pendapatan
Tenaga Kerja
Tipe I Tipe II
Tipe I Tipe II
Tipe I Tipe II
Pertanian 1.56097 2.20728 0.36222 0.75199 0.05653 0.07307
Pertambangan dan
Penggalian lainya
1.32284 1.76519 0.45400 0.55723 0.06896 0.07334 Industri
Makanan, Minuman,
dan Tembakau
2.17221 2.85938 0.15964 0.48091 0.01017 0.02381
Serat Fiber
1.96686 2.68215 0.12076 0.12081 0.00006 0.00006 Pemintalan Benang
Yarn 1.89989 2.35773 0.14839 0.14997 0.00011 0.00017
Kain Fabric
1.86758 2.55149 0.18723 0.19081 0.00003 0.00018 Pakaian Jadi
Garment 1.40376 1.99064 0.17057 0.17494 0.00020 0.00039
Tekstil Lainnya Other Textile
1.87304 2.53193 0.15154 0.15403 0.00003 0.00013
Kulit samakan dan olahan 1.12726
1.24355 0.03231 0.03301 0.00001 0.00004 Industri
Bambu, Kayu,
Rotan dan
Hasilnya 2.20077 2.97919 0.20077 0.25108 0.00858 0.01071
Industri Kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan Minyak
1.95032 2.64273 0.61736 0.88434 0.08487 0.09620 Industri
Besi, Baja,
Logam, dan
Non Logam
2.05521 2.84154 0.23954 0.27788 0.00696 0.00859 Industri
Mesin,Listrik, dan
Perbaikan 2.51575 3.33115 0.29284 0.49185 0.02622 0.03467
Industri Bahan Bangunan, Bangunan dan Barang lain
2.23349 3.07652 0.19128 0.22371 0.00905 0.01043 Listrik
dan Air
Minum 2.14048 3.29423 0.32041 0.35269 0.19322 0.19459
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
1.89851 2.70619 0.36689 0.69589 0.03281 0.04677 Jasa
Agkutan dan
Komunikasi 1.96207 2.84469 0.32750 0.50874 0.01875 0.02645
Bank dan
Lembaga Keuangan
Lainnya 1.59670 2.28503 0.33180 0.48891 0.04725 0.05392
Jasa dan
Kegiatan Lainnya
1.93590 3.32837 0.45668 0.60283 0.11003 0.11623
Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 19 Sektor diolah
Pada Tabel 18 nilai multiplier output subsektor industri TPT terbesar untuk tipe I adalah subsektor industri tekstil lainnya other textile dengan nilai 1.967. Ini
menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir di subsektor industri tekstil lainnya other textile sebesar Rp 1 juta maka akan mengakibatkan peningkatan
output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 1.967 juta. Nilai
multiplier output
subsektor industri TPT terbesar untuk tipe II adalah subsektor industri tekstil lainnya other textile dengan nilai 2.682 yang menunjukan bahwa jika terdapat peningkatan
konsumsi rumah tangga akibat adanya peningkatan permintaan akhir maka output diseluruh sektor perekonomian meningkat sebesar Rp 2.682 juta.
Multiplier Pendapatan
Nilai dari hasil analisis multiplier pendapatan tipe I menunjukkan adanya peningkatan pendapatan di seluruh sektor perekonomian yang disebabkan oleh
kenaikan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta di suatu sektor tertentu. Untuk tipe II
62
dari hasil analisis multiplier pendapatan menunjukan bahwa jika terdapat peningkatan konsumsi rumah tangga akibat adanya peningkatan permintaan akhir maka
pendapatan diseluruh sektor perekonomian meningkat sebesar Rp 1 juta. Tabel 18 memperlihatkan hasil analisis multiplier pendapatan tipe I dan tipe II.
Nilai multiplier pendapatan tipe I untuk subsektor industri TPT yang terbesar adalah subsektor industri kain fabric dengan nilai sebesar 0.187. Nilai tersebut menjelaskan
bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta maka
mengakibatkan peningkatan pendapatan diseluruh sektor perekonomian sebesar Rp 0.187 juta. Nilai multiplier pendapatan subsektor industri TPT terbesar untuk tipe II
adalah subsektor industri kain fabric dengan nilai 0.191 yang menunjukan bahwa jika terdapat peningkatan konsumsi rumah tangga akibat adanya peningkatan
permintaan akhir maka pendapatan diseluruh sektor perekonomian meningkat sebesar Rp 0.191 juta.
Multiplier Tenaga Kerja
Nilai dari hasil analisis multiplier tenaga kerja tipe I menunjukkan adanya peningkatan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian yang disebabkan oleh
kenaikan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta di suatu sektor tertentu. Untuk tipe II dari hasil analisis multiplier tenaga kerja menunjukan bahwa jika terdapat
peningkatan konsumsi rumah tangga akibat adanya peningkatan permintaan akhir maka tenaga kerja diseluruh sektor perekonomian meningkat sebesar nilai
koefisiennya.
Tabel 18 memperlihatkan hasil analisis multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II. Nilai multiplier tenaga kerja tipe I untuk subsektor industri TPT yang terbesar adalah
subsektor industri pakaian jadi garment dengan nilai 0.00020. Nilai tersebut menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir di subsektor industri
serat fiber, maka akan mengakibatkan peningkatan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 0.00020 orang. Nilai multiplier tenaga kerja
subsektor industri TPT terbesar untuk tipe II adalah subsektor industri pakaian jadi garment dengan nilai 0.0039 yang menunjukan bahwa jika terdapat peningkatan
konsumsi rumah tangga akibat adanya peningkatan permintaan akhir maka tenaga kerja diseluruh sektor perekonomian meningkat sebesar 0.0039 orang.
Analisis Dampak Investasi Pada Sektor Industri TPT
Analisis investasi sektor industri TPT dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada output, pendapatan dan tenaga kerja sektor-sektor perekonomian
Indonesia akibat adanya investasi pada sektor industri TPT. Dalam penelitian ini shock
investasi yang dilakukan adalah sebesar Rp23 926 miliar yang dialokasikan secara merata pada setiap subsektor industri TPT. Nilai Investasi tersebut berasal dari
total PMA dan PMDN tahun 2008-2012. Untuk melihat dampaknya setiap subsektor industri TPT maka sektor industri TPT didisagregasi menjadi 19 sektor.
63
Tabel 19 Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN Industri Pengolahan Tahun 2008-2012 Miliar Rupiah
Sektor Industri 2008
2009 2010
2011 2012
Total Makanan
12 955 11 503
25 731 17 996
127 714 195 900
TPT 2 757
5 254 1 841
5 366 8 708
23 926
Kulit dan Hasilnya 1 416
1 272 1 321
2 206 1 508
7 722 Industri Kayu
1 455 677
842 1 027
741 4 743
Kertas dan Percetakan 4 659
1 718 1 520
11 648 19 224
38 769 Kimia dan Farmasi
6 595 18 141
10 520 15 503
29 999 80 758
Karet dan Plastik 3 436
3 694 1 476
5 550 8 795
22 951 Mineral Non Logam
3 425 983
2 520 8 641
12 045 27 951
Logam, Mesin, dan Elektronik 14 805
8 272 6 153
22 354 29 303
80 888 Kedokteran, Presisi, optik dan
Jam 162 52 9 368 27 619
Alat Transportasi 7 647
6 123 3 943
7 264 107 224
132 202 Lainnya 377
1 526
240 566
931 728
Sumber: BKPM diolah Kemenperin, 2012
1. Dampak Investasi Rp23 926 Miliar pada Sektor Industri TPT dengan Alokasi Merata
Pada bagian ini akan dilihat bagaimana dampak investasi yang dialokasikan secara merata pada masing-masing sektor industri TPT terhadap perubahan output,
pendapatan, dan tenaga kerja. Untuk masing-masing subsektor industri TPT mendapatkan tambahan investasi sebesar Rp4 785 miliar dengan mengasumsikan
investasi disektor lainnya nol. Pada Tabel 20 dapat dilihat hasil analisis dampak investasi sektor industri TPT dengan klasifikasi 19 sektor terhadap perubahan output
pada tahun 2008. Dengan adanya investasi pada sektor industri TPT dapat menghasilkan output total diseluruh sektor perekonomian Indonesia sebesar Rp45
857 miliar. Dampak langsung yang terjadi adalah sebesar Rp28 913 miliar dan dampak tidak langsungnya adalah sebesar Rp16 943 miliar. Pada dampak langsung
sektor industri TPT yang berpengaruh terhadap dampak investasi adalah subsektor industri pemintalan benang yarn, subsektor industri kain fabric, subsektor industri
tekstil lainnya other textile, subsektor industri pakaian jadi garment, dan subsektor industri serat fiber. Sedangkan dampak tidak langsung terbesar terjadi pada sektor
industri kimia, karet, plastik, dan pengilangan minyak.
Pada sisi pendapatan, dampak investasi sektor industri TPT mampu memberikan tambahan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp5 104
miliar. Dampak langsung yang terjadi adalah sebesar Rp2 930 miliar dan dampak tidak langsungnya adalah sebesar Rp2 174 miliar. Pada dampak langsung sektor
industri TPT yang berpengaruh terhadap dampak investasi adalah subsektor industri kain fabric, subsektor industri pakaian jadi garment, subsektor industri tekstil
lainnya other textile, subsektor industri serat fiber, dan subsektor industri pemintalan benang yarn. Sedangkan dampak tidak langsung terbesar terjadi pada
sektor perdagangan hotel dan restoran.
64
Tabel 20 Dampak Investasi yang Dialokasikan Secara Merata pada Masing-Masing Subsektor Industri TPT terhadap Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja
Sektor
Output Juta Rupiah
Pendapatan Juta Rupiah
Tenaga Kerja Ribu Orang
Pertanian
2 342 943 348 193
77 908
Pertambangan dan Penggalian lainya
901 720 87 614
1 123
Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau
1 510 143 118 249
1 502
Serat Fiber
4 915 849 397 384
198 Pemintalan Benang
Yarn 7 691 640
243 847 362
Kain Fabric
5 920 954 814 390
120 Pakaian Jadi
Garment 5 134 409
787 360 938
Tekstil Lainnya Other Textile
5 250 903 687 787
81
Kulit samakan dan olahan 209 864
39 297 1
Industri Bambu, Kayu, Rotan dan Hasilnya 411 433
42 452 626
Industri Kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan Minyak
3 867 395 323 220
616 Industri Besi, Baja, Logam, dan Non Logam
164 950 16 347
127 Industri Mesin,Listrik, dan Perbaikan
851 556 56 323
242 Industri Bahan Bangunan, Bangunan dan
Barang lain 199 586
26 485 30
Listrik dan Air Minum
368 978 55 902
37 577
Perdagangan, Hotel dan Restoran
2 562 316 388 890
11 724
Jasa Agkutan dan Komunikasi
1 719 356 249 289
3 396
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
1 051 252 143 119
21 977
Jasa dan Kegiatan Lainnya
782 014 278 835
75 292
Total
45 857 259 5 104 983
233 841 Sumber: Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Klasifikasi 19 Sektor diolah
Pada sisi tenaga kerja, dampak investasi sektor industri TPT mampu memberikan tambahan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 232 juta
orang. Dampak langsung yang terjadi adalah sebesar satu juta orang dan dampak tidak langsungnya adalah sebesar Rp 232 juta orang. Pada dampak langsung sektor
industri TPT yang berpengaruh terhadap dampak investasi adalah subsektor industri pakaian jadi garment, subsektor industri pemintalan benang yarn, subsektor
industri serat fiber, subsektor industri kain fabric, dan subsektor industri tekstil lainnya other textile. Sedangkan dampak tidak langsung terbesar terjadi pada sektor
pertanian. II. Dampak Investasi Rp23 926 Miliar pada Sektor Industri TPT dengan
Alokasi Total
Pada bagian terakhir akan dilih bagaimana dampak yang ditimbulkan investasi sektor industri TPT terhadap perubahan output, pendapatan, dan tenaga kerja. Nilai
65
investasi Rp23 926 miliar akan dialokasikan pada masing-masing subsektor industri TPT dengan mengasumsikan investasi di sektor lainnya nol.