Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR

TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL ( TPT ) INDONESIA

Oleh

FITRIA DEWI RASWATIE A14304030

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(2)

RINGKASAN

FITRIA DEWI RASWATIE. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Tekstil

Dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia. Dibawah bimbingan DEDI BUDIMAN

HAKIM.

Struktur perekonomian Indonesia mengalami transformasi dari sektor pertanian menjadi sektor industri. Perubahan ini menjadikan sektor industri sebagai andalan perekonomian nasional. Pada tahun 2006, sektor industri memberikan kontribusi terbesar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yaitu sebesar 27,84 persen dari total PDB, yaitu Rp 514.192,2 milyar (Badan Pusat Statistik, 2006). Sektor industri juga menjadi penghasil devisa negara terbesar dari sektor non migas yaitu sebesar 81,78 persen (Badan Pusat Statistik, 2007). Industrialisasi Indonesia berawal dari industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang dirintis pada tahun 1960-1970. Ekspor TPT meningkat dari tahun 2004 hingga 2006 masing-masing sebesar 1.626 ribu ton, 1794 ribu ton, 1879 ribu ton, dan menurun pada tahun 2007 menjadi 1.872 ribu ton. Industri TPT merupakan industri padat karya, sehingga mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 1 juta orang pada setiap tahunnya (Asosiasi Pertekstilan Indonesia, 2007).

Peningkatan ekspor TPT diiringi dengan impor yang berfluktuasi. Peningkatan impor TPT dikarenakan industri TPT yang berorientasi pasar domestik mengalami hambatan dalam proses produksi. Industri yang sebagian besar merupakan industri menengah dan kecil yang mengalami kesulitan dalam akses permodalan dan biaya produksi yang tinggi akibat penetapan kebijakan bea masuk mesin dan kapas juga peningkatan tarif bahan bakar minyak dan listrik. Produktivitas TPT Indonesia yang menurun juga dikarenakan penggunaan mesin yang usianya sudah diatas umur ekonomisnya. Impor TPT semakin meningkat karena masuknya produk TPT China baik secara resmi maupun ilegal yang masuk ke Indonesia berada pada tingkat harga yang lebih murah dan produk dihasilkan dengan menggunakan teknologi yang tinggi. Penurunan tarif impor TPT mengakibatkan produk impor dengan mudah masuk ke pasar domestik, sehingga impor TPT semakin meningkat. Hal ini terjadi karena adanya perdagangan internasional yang terbuka sehingga tidak ada hambatan untuk keluar atau masuk pasar internasional. Peningkatan impor TPT Indonesia juga dipengaruhi oleh perkembangan nilai tukar Dollar terhadap Rupiah yang menurun.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perkembangan perdagangan industri TPT Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor TPT Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder deret waktu (time series). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan piranti lunak Microsoft Excel dan Minitab 14. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis perkembangan perdagangan TPT Indonesia serta menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi impor TPT Indonesia. Metode analisis data yang digunakan adalah metode trend analisis dan metode Ordinary Least Square (OLS). Analisis kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran yang luas mengenai perkembangan industri TPT, kebijakan yang diterapkan serta faktor-faktor lain yang mendukung analisis kuantitatif.


(3)

Produksi TPT Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan trend kuadratik yang mengalami puncak penurunan pada tahun 2005 dan 2006 dan kembali meningkat pada tahun 2007. Berdasarkan produksi TPT, produk TPT yang dijual di pasar domestik tidak pernah lebih dari 50 persen. Sehingga penjualan domestik TPT mengalami perkembangan yang linier menurun. Penjualan domestik TPT tidak dapat mencukupi kebutuhan konsumsi domestik yang mengikuti trend kuadratik dan mengalami peningkatan mulai tahun 2005. Kondisi ini terjadi karena produk TPT yang dihasilkan memiliki tujuan utama yaitu ekspor sebagai penghasil devisa.

Perkembangan ekspor TPT Indonesia mengikuti trend linier yang meningkat. Peningkatan ekspor relatif rendah karena tingginya biaya produksi akibat adanya tarif impor mesin dan kapas. Penghapusan kuota ekspor menyebabkan produk TPT Indonesia kalah bersaing dengan produk TPT negara eksportir lain. Kondisi ini berlainan dengan trend impor TPT yang berkembang secara kuadratik dan terus meningkat sejak tahun 2006. Impor semakin meningkat karena masuknya produk TPT China baik resmi maupun ilegal yang relatif lebih murah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi impor TPT Indonesia pada taraf nyata 10 persen adalah harga impor TPT, harga domestik TPT Indonesia, nilai tukar, tarif impor, dan krisis ekonomi, sedangkan pendapatan per kapita tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap impor TPT Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1). Program Peremajaan Mesin Tekstil yang mesin tekstil bekas tapi tetap berkualitas agar dapat dijangkau oleh industri kecil dan menengah TPT. Sehingga mengurangi biaya produksi dan harga rata-rata domestik ; 2). peningkatan pasokan energi dan peningkatan infrastruktur untuk meningkatkan investasi. Infrasturktur yang dapat dibangun pemerintah dalam rangka meningkatkan pasokan energi yaitu dengan membangun infrastruktur pembangkit energi yang menggunakan bahan bakar lebih efisien; 3). pemerintah hendaknya tetap mempertahankan tarif impor TPT yang ditetapkan. Pembebasan kuota tidak dihapuskan untuk beberapa produk andalan yang mengancam industri TPT dalam negeri. Penetapan tarif dilakukan agar produk impor tidak mudah masuk ke Indonesia ; 4). penelitian lajutan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi impor TPT Indonesia dengan menduga variabel bebas jumlah produksi dan konsumsi.


(4)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR

TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL ( TPT ) INDONESIA

Oleh

FITRIA DEWI RASWATIE A14304030

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(5)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia

Nama Mahasiswa : Fitria Dewi Raswatie

NRP : A14304030

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr.Ir.Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP.131 846 871

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP.131 124 019


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2008

Fitria Dewi Raswatie A14304030


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Fitria Dewi Raswatie. Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Juni 1986 di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan N.H Gathut S.R dan Ida Hidayati.

Pendidikan formal penulis dimulai dari TK Pertiwi Kalianda Lampung Selatan, SDN 1 Manonjaya Tasikmalaya lulus tahun 1998, melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTPN I Manonjaya lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN I Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2004. Setelah lulus SMU, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Fakultas Pertanian, Program Studi Ekonomi Pertanian Dan Sumberdaya.

Kegiatan organisasi yang diikuti penulis, diantaranya Organisasi Siswa Intra Sekolah tahun 2002-2003, Gema Babussalam tahun 2002-2003, Koperasi Siswa tahun 2002-2003, Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (DPM TPB) tahun 2004-2005, Organisasi Mahasiswa Daerah Tasikmalaya (HIMALAYA) tahun 2004-2005, Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian (DPM A) tahun 2005-2006, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM A) dan Gema Almamater Pers Kampus IPB tahun 2006-2007. Penulis juga menjadi Asisten Mata Kuliah Ekonomi Umum tahun 2005-2008.


(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia serta keberkahan bagi perjalanan hidup penulis.

2. Kedua orangtua penulis, Mama dan Papa tersayang, juga kedua adik penulis, Syair Leoni Rasida (Leo) dan Kilat Syaiful Falah (Kiki) . Terimakasih atas doa, kasih sayang, semangat dan pengingatan yang tulus kepada penulis. 3. Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec sebagai dosen pembimbing skripsi.

Terimakasih atas bimbingan, kesabaran, pengertian, dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

4. Ibu Tanti Novianti, S.P, M.Si sebagai dosen penguji utama. 5. Bapak Adi Hadianto, S.P sebagai dosen penguji wakil departemen.

6. Bapak Redma dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Riki Herdiana Surya dari Direktorat Jendral Bea dan Cukai serta pihak Badan Pusat Statistik. Terimakasih atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam memperoleh data dan informasi.

7. Teman-teman seperjuangan, Rolas, Santi, Ismail, Marlina, dan Nisa. Terimakasih atas kerjasama, bantuan, semangat, doa dan pengertian yang diberikan. Karena semangat, perjuangan dan keberhasilan adalah milik kita! 8. Sari, Aghiez, Yudi, Deli, Galih, Lingga, Zaenul, Jimmy, Vidya, Sri Parlina,

Mutiara, Nia, Retno, Lusiana, Irna, Vina, Emil, Cita, Idha, Wulan, Ave, Risti, Maya, Mayang, Ade, Owin, Tita, Evie, Devi, Natalia dan seluruh EPS 41. Terimakasih atas kebersamaan, semangat, doa dan kepercayaan semoga tetap terjalin sebagai kebaikan yang sempurna disisi-Nya.


(9)

9. Devialina, Nidia, April, Listya, Eni, dan semua warga Nafisa. Terimakasih atas kebersamaan, doa, semangat, kasih sayang dan perlindungan sebagai keluarga pertama penulis di Bogor.

10.Susi, Teh Wina, Teh Fuji, Teh Tyas, Fifia, Ria, Teh Rina, Teh Liesca, Teh Nta, Teh Suri, Wini dan semua warga Az Zahra. Terimakasih atas kebersamaan, kesabaran, kasih sayang, semangat, doa dan suasana nyaman yang diberikan kepada penulis.

11.Teman-teman KKP penulis, Jafar, Agnes, Nurina, Tyo, Prima, dan Ilma. Terimakasih atas kebersamaan, semangat, doa dan saling menjaga kelemahan serta kelebihan sebagai satu saudara.


(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan manusia, rahmat semesta alam Nabi Muhammad SAW. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang diberi judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Tekstil Dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini.

Bogor, Agustus 2008

Fitria Dewi Raswatie


(11)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR

TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL ( TPT ) INDONESIA

Oleh

FITRIA DEWI RASWATIE A14304030

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(12)

RINGKASAN

FITRIA DEWI RASWATIE. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Tekstil

Dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia. Dibawah bimbingan DEDI BUDIMAN

HAKIM.

Struktur perekonomian Indonesia mengalami transformasi dari sektor pertanian menjadi sektor industri. Perubahan ini menjadikan sektor industri sebagai andalan perekonomian nasional. Pada tahun 2006, sektor industri memberikan kontribusi terbesar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yaitu sebesar 27,84 persen dari total PDB, yaitu Rp 514.192,2 milyar (Badan Pusat Statistik, 2006). Sektor industri juga menjadi penghasil devisa negara terbesar dari sektor non migas yaitu sebesar 81,78 persen (Badan Pusat Statistik, 2007). Industrialisasi Indonesia berawal dari industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang dirintis pada tahun 1960-1970. Ekspor TPT meningkat dari tahun 2004 hingga 2006 masing-masing sebesar 1.626 ribu ton, 1794 ribu ton, 1879 ribu ton, dan menurun pada tahun 2007 menjadi 1.872 ribu ton. Industri TPT merupakan industri padat karya, sehingga mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 1 juta orang pada setiap tahunnya (Asosiasi Pertekstilan Indonesia, 2007).

Peningkatan ekspor TPT diiringi dengan impor yang berfluktuasi. Peningkatan impor TPT dikarenakan industri TPT yang berorientasi pasar domestik mengalami hambatan dalam proses produksi. Industri yang sebagian besar merupakan industri menengah dan kecil yang mengalami kesulitan dalam akses permodalan dan biaya produksi yang tinggi akibat penetapan kebijakan bea masuk mesin dan kapas juga peningkatan tarif bahan bakar minyak dan listrik. Produktivitas TPT Indonesia yang menurun juga dikarenakan penggunaan mesin yang usianya sudah diatas umur ekonomisnya. Impor TPT semakin meningkat karena masuknya produk TPT China baik secara resmi maupun ilegal yang masuk ke Indonesia berada pada tingkat harga yang lebih murah dan produk dihasilkan dengan menggunakan teknologi yang tinggi. Penurunan tarif impor TPT mengakibatkan produk impor dengan mudah masuk ke pasar domestik, sehingga impor TPT semakin meningkat. Hal ini terjadi karena adanya perdagangan internasional yang terbuka sehingga tidak ada hambatan untuk keluar atau masuk pasar internasional. Peningkatan impor TPT Indonesia juga dipengaruhi oleh perkembangan nilai tukar Dollar terhadap Rupiah yang menurun.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perkembangan perdagangan industri TPT Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor TPT Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder deret waktu (time series). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan piranti lunak Microsoft Excel dan Minitab 14. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis perkembangan perdagangan TPT Indonesia serta menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi impor TPT Indonesia. Metode analisis data yang digunakan adalah metode trend analisis dan metode Ordinary Least Square (OLS). Analisis kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran yang luas mengenai perkembangan industri TPT, kebijakan yang diterapkan serta faktor-faktor lain yang mendukung analisis kuantitatif.


(13)

Produksi TPT Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan trend kuadratik yang mengalami puncak penurunan pada tahun 2005 dan 2006 dan kembali meningkat pada tahun 2007. Berdasarkan produksi TPT, produk TPT yang dijual di pasar domestik tidak pernah lebih dari 50 persen. Sehingga penjualan domestik TPT mengalami perkembangan yang linier menurun. Penjualan domestik TPT tidak dapat mencukupi kebutuhan konsumsi domestik yang mengikuti trend kuadratik dan mengalami peningkatan mulai tahun 2005. Kondisi ini terjadi karena produk TPT yang dihasilkan memiliki tujuan utama yaitu ekspor sebagai penghasil devisa.

Perkembangan ekspor TPT Indonesia mengikuti trend linier yang meningkat. Peningkatan ekspor relatif rendah karena tingginya biaya produksi akibat adanya tarif impor mesin dan kapas. Penghapusan kuota ekspor menyebabkan produk TPT Indonesia kalah bersaing dengan produk TPT negara eksportir lain. Kondisi ini berlainan dengan trend impor TPT yang berkembang secara kuadratik dan terus meningkat sejak tahun 2006. Impor semakin meningkat karena masuknya produk TPT China baik resmi maupun ilegal yang relatif lebih murah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi impor TPT Indonesia pada taraf nyata 10 persen adalah harga impor TPT, harga domestik TPT Indonesia, nilai tukar, tarif impor, dan krisis ekonomi, sedangkan pendapatan per kapita tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap impor TPT Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1). Program Peremajaan Mesin Tekstil yang mesin tekstil bekas tapi tetap berkualitas agar dapat dijangkau oleh industri kecil dan menengah TPT. Sehingga mengurangi biaya produksi dan harga rata-rata domestik ; 2). peningkatan pasokan energi dan peningkatan infrastruktur untuk meningkatkan investasi. Infrasturktur yang dapat dibangun pemerintah dalam rangka meningkatkan pasokan energi yaitu dengan membangun infrastruktur pembangkit energi yang menggunakan bahan bakar lebih efisien; 3). pemerintah hendaknya tetap mempertahankan tarif impor TPT yang ditetapkan. Pembebasan kuota tidak dihapuskan untuk beberapa produk andalan yang mengancam industri TPT dalam negeri. Penetapan tarif dilakukan agar produk impor tidak mudah masuk ke Indonesia ; 4). penelitian lajutan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi impor TPT Indonesia dengan menduga variabel bebas jumlah produksi dan konsumsi.


(14)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR

TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL ( TPT ) INDONESIA

Oleh

FITRIA DEWI RASWATIE A14304030

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(15)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia

Nama Mahasiswa : Fitria Dewi Raswatie

NRP : A14304030

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr.Ir.Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP.131 846 871

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP.131 124 019


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2008

Fitria Dewi Raswatie A14304030


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Fitria Dewi Raswatie. Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Juni 1986 di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan N.H Gathut S.R dan Ida Hidayati.

Pendidikan formal penulis dimulai dari TK Pertiwi Kalianda Lampung Selatan, SDN 1 Manonjaya Tasikmalaya lulus tahun 1998, melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTPN I Manonjaya lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN I Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2004. Setelah lulus SMU, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Fakultas Pertanian, Program Studi Ekonomi Pertanian Dan Sumberdaya.

Kegiatan organisasi yang diikuti penulis, diantaranya Organisasi Siswa Intra Sekolah tahun 2002-2003, Gema Babussalam tahun 2002-2003, Koperasi Siswa tahun 2002-2003, Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (DPM TPB) tahun 2004-2005, Organisasi Mahasiswa Daerah Tasikmalaya (HIMALAYA) tahun 2004-2005, Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian (DPM A) tahun 2005-2006, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM A) dan Gema Almamater Pers Kampus IPB tahun 2006-2007. Penulis juga menjadi Asisten Mata Kuliah Ekonomi Umum tahun 2005-2008.


(18)

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia serta keberkahan bagi perjalanan hidup penulis.

2. Kedua orangtua penulis, Mama dan Papa tersayang, juga kedua adik penulis, Syair Leoni Rasida (Leo) dan Kilat Syaiful Falah (Kiki) . Terimakasih atas doa, kasih sayang, semangat dan pengingatan yang tulus kepada penulis. 3. Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec sebagai dosen pembimbing skripsi.

Terimakasih atas bimbingan, kesabaran, pengertian, dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

4. Ibu Tanti Novianti, S.P, M.Si sebagai dosen penguji utama. 5. Bapak Adi Hadianto, S.P sebagai dosen penguji wakil departemen.

6. Bapak Redma dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Riki Herdiana Surya dari Direktorat Jendral Bea dan Cukai serta pihak Badan Pusat Statistik. Terimakasih atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam memperoleh data dan informasi.

7. Teman-teman seperjuangan, Rolas, Santi, Ismail, Marlina, dan Nisa. Terimakasih atas kerjasama, bantuan, semangat, doa dan pengertian yang diberikan. Karena semangat, perjuangan dan keberhasilan adalah milik kita! 8. Sari, Aghiez, Yudi, Deli, Galih, Lingga, Zaenul, Jimmy, Vidya, Sri Parlina,

Mutiara, Nia, Retno, Lusiana, Irna, Vina, Emil, Cita, Idha, Wulan, Ave, Risti, Maya, Mayang, Ade, Owin, Tita, Evie, Devi, Natalia dan seluruh EPS 41. Terimakasih atas kebersamaan, semangat, doa dan kepercayaan semoga tetap terjalin sebagai kebaikan yang sempurna disisi-Nya.


(19)

9. Devialina, Nidia, April, Listya, Eni, dan semua warga Nafisa. Terimakasih atas kebersamaan, doa, semangat, kasih sayang dan perlindungan sebagai keluarga pertama penulis di Bogor.

10.Susi, Teh Wina, Teh Fuji, Teh Tyas, Fifia, Ria, Teh Rina, Teh Liesca, Teh Nta, Teh Suri, Wini dan semua warga Az Zahra. Terimakasih atas kebersamaan, kesabaran, kasih sayang, semangat, doa dan suasana nyaman yang diberikan kepada penulis.

11.Teman-teman KKP penulis, Jafar, Agnes, Nurina, Tyo, Prima, dan Ilma. Terimakasih atas kebersamaan, semangat, doa dan saling menjaga kelemahan serta kelebihan sebagai satu saudara.


(20)

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan manusia, rahmat semesta alam Nabi Muhammad SAW. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang diberi judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Tekstil Dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini.

Bogor, Agustus 2008

Fitria Dewi Raswatie


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.4 Ruang Lingkup Penelitian... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Industri Tekstil dan Produk tekstil ... 10

2.2 Kebijakan Impor Tekstil dan Produk Tekstil ... 13

2.2 Penelitian Terdahulu ... 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 18

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1 Teori Perdagangan Internasional ... 18

3.1.2 Teori Permintaan... 19

3.1.3 Impor ... ...22

3.1.4 Kebijakan Impor ... 23

3.1.5 Nilai Tukar Perdagangan (Kurs) ... 27

3.1.6 Pendapatan dan Perdagangan... 29

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 30

3.4 Hipotesis... 33

3.5 Definisi Operasional ... 34

IV. METODOLOGI PENELITIAN... 36

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 36

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 37

4.4 Analisis Trend Perdagangan dan Perumusan Model Volume Impor TPT... 38

4.4.1 Analisis Trend ... 38

4.4.2 Metode Regresi Linier Berganda ... 39


(22)

V. TREND PERDAGANGAN TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL

(TPT) INDONESIA 49

5.1 Perkembangan Produksi TPT... 49 5.2 Perkembangan Penjualan Domestik TPT ... 52 5.3 Perkembangan Konsumsi Domestik TPT ... 55 5.4 Perkembangan Ekspor TPT... 56 5.5 Perkembangan Impor TPT ... 58

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR

TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA 60

6.1 Hasil Estimasi Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Impor TPT

Indonesia 60

6.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor TPT Indonesia... 62 6.3 Implikasi Kebijakan ... 68

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

7.1 Kesimpulan ... 71 7.2 Saran... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN ... 76


(23)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Nilai Ekspor Non Migas Indonesia, 2002–2007 (Juta Dollar AS)...1 1.2 Profil Industri Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia, 2003-2007...3 2.1 Klasifikasi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Menurut

Harmonized System...12 5.1 Produksi TPT Indonesia, 2003-2007 (Ribu ton) ...51 6.1 Hasil Model Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Tekstil


(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1 Net Ekspor TPT Indonesia, 2003-2007 (Ribu ton) ...2 1.2 Volume Produksi, Penjualan Domestik dan Konsumsi Domestik TPT

Indonesia, 2003-2007 (Ribu ton) ...5 1.3 Volume Ekspor dan Impor TPT Indonesia, 2003-2007 (Ribu ton) ...6 1.4 Perkembangan Tarif Impor TPT Indonesia, 1980-2007 (Persen)...7 1.5 Perkembangan Nilai Tukar Dollar Terhadap Rupiah, 1980-2007 ...8 3.1 Mekanisme Terjadinya Perdagangan Internasional ...18 3.2 Pergerakan dan Pergeseran Kurva Permintaan ...21 3.3 Kurva Pemberlakuan Tarif Impor ...24 3.4 Kurva Subsidi...27 3.5 Ekspor Bersih dan Kurs Riil ...28 3.6 Kerangka Pemikiran Operasional ...32 5.1 Perkembangan Produksi TPT Indonesia (Ribu ton)...50 5.2 Perkembangan Penjualan Domestik TPT Indonesia (Ribu ton) ...53 5.3 Penjualan Domestik TPT Indonesia (US $ milyar) ...53 5.4 Penjualan Domestik TPT Berdasarkan Skala Industri (Ribu ton) ...54 5.6 Perkembangan Konsumsi Domestik TPT Indonesia (Ribu ton) ...55 5.7 Perkembangan Ekspor TPT Indonesia (Ribu ton) ...57 5.8 Perkembangan Impor TPT Indonesia (Ribu ton) ...58 6.1 Impor TPT Indonesia, 2003-2007 (Ribu ton) ...63 6.2 Perkembangan Impor TPT Indonesia, 1980-2007 ...66 6.3 Perkembangan Pendapatan Per Kapita Indonesia, 1980-2007 (Dollar)...67


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Trend Produksi TPT...77 2. Trend Penjualan Domestik TPT ...78 3. Trend Konsumsi Domestik TPT ...79 4. Trend Ekspor TPT ...80 5. Trend Impor TPT ...81 6. Output Analisis Perkembangan Produksi dan Penjualan

Domestik TPT ...82 7. Output Analisis Perkembangan Konsumsi Domestik dan Ekspor TPT...83 8. Output Analisis Perkembangan Impor TPT...84 9. Tabel Input ...85 10. Output Analisis Regresi Linier Berganda ...86 11. Uji Heteroskedastisitas...87 12. Uji Normalitas...87


(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Struktur perekonomian Indonesia mengalami transformasi dari sektor pertanian menjadi sektor industri. Perubahan ini menjadikan sektor industri sebagai andalan perekonomian nasional. Pada tahun 2006, sektor industri memberikan kontribusi terbesar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dibandingkan dengan 8 sektor ekonomi lainnya. Sumbangan sektor industri sebesar 27,84 persen dari total PDB, yaitu Rp 514.192,2 milyar (Badan Pusat Statistik, 2006). Sektor industri juga menjadi penghasil devisa negara terbesar dari sektor non migas. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa ekspor hasil industri menduduki posisi pertama jika dibandingkan dengan hasil pertanian maupun hasil tambang. Ekspor industri sebesar US $ 65.023,9 juta pada tahun 2006 dengan peningkatan sebesar 16,96 persen dari tahun 2005 yaitu sebesar US $ 55.593,7 juta.

Tabel 1.1 Nilai Ekspor Non Migas Indonesia, 2002-2007 (Juta Dollar AS) Tahun

Ekspor

2002 2003 2004 2005 2006 2007*

Non Migas 45.041,6 47.401,9 55.934,9 66.420,9 79.580,2 57.421,5

Sektor Pertanian

2.568,3 2.526,2 2.496,2 2.880,3 3.364,9 2.010,3 Sektor Industri 38.729,6 40.880,0 48.677,3 55.593,7 65.023,9 46.958,7 Sektor

Tambang

3.743,7 3.995,7 4.761,4 7.946,9 11.191,4 8.452.5 Catatan : * sampai Mei 2007

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007

Kontribusi sektor industri tersebut berasal dari berbagai jenis industri yaitu industri tekstil, pakaian jadi, makanan, minuman, tembakau, kayu olahan, barang dari kertas, percetakan, penerbitan, industri kimia, petrolium, batubara, karet,


(27)

barang-barang dari plastik, barang-barang galian bukan logam, industri dasar logam, mesin dan perlengkapannya (Puspitasari, 2005). Industrialisasi Indonesia berawal dari industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang dirintis pada tahun 1960-1970. Tabel 1.2 menunjukkan peningkatan nilai ekspor pada industri TPT dari 2003 sampai 2007. Ekspor yang terus-menerus meningkat menjadikan TPT sebagai komoditi yang memiliki peranan besar dalam pembentukan devisa negara. Berdasarkan data Asosiasi Pertekstilan Indonesia, API (2007), TPT memberikan kontribusi sebesar 2,4 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Penyerapan tenaga kerja industri TPT pada Tabel 1.2 juga mengalami ketidakstabilan dari tahun 2003 sampai 2007. Hal ini terjadi karena perusahaan harus menekan jumlah tenaga kerja untuk mengimbangi peningkatan biaya produksi akibat kenaikan tarif listrik dan bahan bakar minyak, juga mahalnya mesin-mesin produksi. Meskipun jumlah tenaga kerja berfluktuasi, industri TPT yang merupakan industri padat karya, tetap mampu menyerap tenaga kerja dalam upaya mengurangi pengangguran. Tenaga kerja yang diserap industri TPT berada di atas 1 juta orang pada setiap tahunnya.

Sumber : API (2007), diolah


(28)

Peningkatan ekspor TPT diiringi dengan impor yang berfluktuasi. Penurunan impor pada tahun 2005 dan 2006 terjadi karena impor kapas sebagai bahan baku produksi dapat disubstitusi dengan menggunakan serat. Namun impor kembali meningkat sebesar 29,34 persen pada tahun 2007. Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa net ekspor yang meningkat pada tahun 2005, mengalami penurunan kembali pada tahun 2007 karena kenaikan impor lebih besar dari pada kenaikan ekspor.

Tabel 1.2 Profil Industri Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia, 2003-2007

Tahun Deskripsi Satuan

2003 2004 2005 2006 2007 Jumlah Perusahaan Unit 2.654 2.661 2.656 2.699 2.704

Investasi Kapital Juta Rp

132.355 132.362 132.381 135.677 137.835

Tenaga Kerja Orang 1.182.870 1.184.079 1.176.183 1.194.326 1.200.842

Nilai Milyar USD

7.033 7.647 8.603 9.457 10.063

Ekspor

Jumlah Ribu ton

1.773 1.626 1.794 1.879 1.872

Nilai Milyar USD

1.673 1.720 1.606 1.585 2.050

Impor

Jumlah Ribu ton

962 880 851 949 993

Nilai Milyar USD

5.360 5.929 6.997 7.872 8.013

Net Ekspor

Jumlah Ribu ton

811 764 943 930 879

Sumber : API, 2007

API (2007) menyatakan peningkatan impor terjadi karena pada tahun 2007 penjualan domestik TPT menurun sebesar 42,9 persen menjadi 260 ribu ton dari tahun 2006, sedangkan konsumsi TPT pasar domestik naik menjadi 1.220 ribu ton. Penjualan domestik hanya memiliki pangsa pasar sebesar 20 persen, sehingga kelebihan permintaan TPT di pasar domestik dipenuhi oleh impor. Berdasarkan hasil proyeksi, penjualan domestik TPT hingga akhir tahun 2008 hanya mampu meningkatkan pangsa pasarnya menjadi 25 persen. Dengan begitu,


(29)

impor TPT di Indonesia akan bertahan bahkan meningkat sehingga menghambat peningkatan pangsa pasar penjualan domestik. Hal ini semakin diperkuat dengan kondisi industri TPT Indonesia yang tidak didukung oleh mesin produksi berteknologi tinggi, sehingga produktivitas terhambat dan produk kurang berkualitas. Kondisi ini semakin menyulitkan industri TPT Indonesia yang sebagian besar menggunakan mesin tua dalam produksinya.

Impor TPT semakin menghambat pertumbuhan industri TPT Indonesia dengan masuknya impor ilegal. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2006 impor resmi tercatat meningkat sebesar 72,55 persen, yakni dari 51 ribu ton menjadi 88 ribu ton, sedangkan impor ilegal mencapai 69,35 persen, dari 509 ribu ton menjadi 862 ribu ton. Impor ilegal produk TPT di pasar domestik tahun 2007 diperkirakan sebesar US$ 4,74 miliar yang merupakan angka tertinggi sejak 5 tahun terakhir. Kondisi ini akan mempersempit gerak industri TPT Indonesia di pasar domestik. Pengawasan yang belum maksimal terhadap masuknya impor ilegal TPT ke Indonesia semakin menurunkan kinerja industri TPT dalam negeri.1

1.2 Perumusan Masalah

Industri TPT sebagai industri komoditi penting di Indonesia mengalami perkembangan yang berbeda dilihat dari sisi permintaan pasar domestik dan penawaran domestik. Industrialisasi telah mendorong permintaan TPT di pasar domestik meningkat. Gambar 1.2 menunjukkan bahwa dari tahun 2003 hingga 2007, konsumsi domestik hanya mengalami penurunan di tahun 2005 sebesar 5,22

1

Yusuf Waluyo Jati dalam “Impor ilegal tekstil diprediksi US$4,74 miliar”


(30)

persen dari tahun 2004. Jumlah konsumsi domestik meningkat pada tahun 2006 sebesar 21,17 persen menjadi 1.013 ribu ton kemudian kembali meningkat menjadi 1.220 ribu ton pada tahun 2007. Peningkatan konsumsi domestik didorong oleh peningkatan populasi penduduk di Indonesia. Peningkatan populasi berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap komoditi industri TPT terutama dalam pemenuhan kebutuhan sandang.

Produksi TPT Indonesia dilihat sebagai penawaran domestik pada tahun 2007 hanya menyediakan produk TPT untuk pasar domestik sebesar 6,55 persen dari keseluruhan produksi. Jumlah penjualan domestik ini turun menjadi 260 ribu ton dari 456 ribu ton pada tahun 2006. Penjualan domestik juga berada pada tingkat yang rendah pada tahun 2005 yaitu hanya sebesar 303 ribu ton, sedangkan konsumsi domestik sebesar 836 ribu ton. Fluktuasi yang terjadi pada penjualan domestik tidak mengimbangi konsumsi domestik yang meningkat. Pangsa pasar dari penjualan TPT di pasar domestik pada tahun 2007 sebesar 75 persen hanya dapat terealisasi sebesar 20 persen (API, 2007).

Sumber : API (2007), diolah

Gambar 1.2 Volume Produksi, penjualan domestik, dan konsumsi domestik TPT Indonesia, 2003 – 2007 (Ribu Ton)

Industri TPT sebagian besar merupakan industri besar yang berorientasi ekspor. Komposisi ekspor dari produksi domestik lebih besar daripada yang


(31)

digunakan untuk penjualan domestik. Gambar 1.3 menunjukkan bahwa TPT Indonesia yang diekspor pada tahun 2006 sebesar 1.879 ribu ton. Jumlah ini mengambil bagian sebesar 47,28 persen dari produksi domestik secara keseluruhan. Meskipun ekspor TPT meningkat dibandingkan pada tahun 2004 dan 2005 masing-masing sebesar 1.624 ribu ton dan 1.794 ribu ton, namun kembali menurun pada tahun 2007. Indonesia mengekspor TPT pada tahun 2007 sebesar 1.872 ribu ton yang merupakan 47,15 persen dari produksi domestik. Perkembangan ekspor yang menurun menjadikan share ekspor TPT terhadap devisa negara menjadi lebih kecil meskipun tetap terbesar dibandingkan dengan sektor industri non migas lainnya.

Pada Gambar 1.3 juga dapat dilihat bahwa impor TPT Indonesia dalam 5 tahun terakhir mengalami tingkat terendah pada tahun 2005 yaitu sebesar 848 ribu ton. Jumlah ini terus meningkat pada tahun 2006 dan 2007 berturut-turut sebesar 949 ribu ton dan 993 ribu ton. Impor TPT diharapkan menurun agar dapat melindungi industri dalam negeri dan penghematan devisa negara. Namun realisasi menunjukkan impor TPT Indonesia semakin meningkat.

Sumber : API (2007), diolah

Gambar 1.3 Volume Ekspor dan Impor TPT Indonesia, 2003 – 2007 (RibuTon)


(32)

Peningkatan impor TPT dikarenakan industri TPT dalam negeri tidak mampu menyediakan kebutuhan konsumsi domestik yang meningkat. Industri TPT yang berorientasi pasar domestik mengalami hambatan dalam proses produksi. Industri ini merupakan industri menengah dan kecil yang mengalami kesulitan dalam akses permodalan dan biaya produksi yang tinggi akibat penetapan kebijakan bea masuk mesin dan kapas juga peningkatan tarif bahan bakar minyak dan listrik. Produktivitas TPT Indonesia yang menurun juga dikarenakan penggunaan mesin yang usianya sudah diatas umur ekonomisnya. Impor TPT semakin meningkat karena masuknya produk TPT China baik secara resmi maupun ilegal yang masuk ke Indonesia berada pada tingkat harga yang lebih murah dan produk dihasilkan dengan menggunakan teknologi yang tinggi.2

T a h u n

T a ri f im p o r

2 0 0 7 2 0 0 4 2 0 0 1 1 9 9 8 1 9 9 5 1 9 9 2 1 9 8 9 1 9 8 6 1 9 8 3 1 9 8 0 3 5 3 0 2 5 2 0 1 5 1 0

V a r i a b l e A c t u a l F i t s

Sumber : API (2007), diolah

Gambar 1.4 Perkembangan Tarif Impor TPT Indonesia, 1980 – 2007 (Persen)

Penetapan tarif impor dilakukan oleh pemerintah dalam upaya menghambat masuknya produk impor TPT ke Indonesia. Penurunan tarif impor TPT yang diperllihatkan Gambar 1.4 dapat mengakibatkan produk impor dengan mudah masuk ke pasar domestik, sehingga impor TPT semakin meningkat. Hal

2

Baari La Inggi dalam ‘Reaksi Menjelang Berakhirnya Kuota TPT’


(33)

ini terjadi karena adanya perdagangan internasional yang terbuka sehingga tidak ada hambatan untuk keluar atau masuk pasar internasional.

Peningkatan impor TPT Indonesia juga dipengaruhi oleh perkembangan nilai tukar Dollar terhadap Rupiah yang menurun. Penurunan nilai tukar yang diperlihatkan oleh Gambar 1.5 menunjukkan terjadinya apresiasi Rupiah, dengan demikian harga TPT domestik relatif lebih tinggi sehingga permintaan terhadap produk impor akan semakin meningkat.

T a h u n

N ila i T u k a r

2 0 0 7 2 0 0 4 2 0 0 1 1 9 9 8 1 9 9 5 1 9 9 2 1 9 8 9 1 9 8 6 1 9 8 3 1 9 8 0 0 , 0 0 1 6

0 , 0 0 1 2

0 , 0 0 0 8

0 , 0 0 0 4

0 , 0 0 0 0

V a r i a b l e A c t u a l F i t s

Sumber : API (2007), diolah

Gambar 1.5 Perkembangan Nilai Tukar Dollar Terhadap Rupiah, 1980 - 2007

Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perkembangan perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis kondisi perdagangan internasional TPT Indonesia, terutama dalam


(34)

bidang impor sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam merencanakan kebijakan yang sesuai dengan kondisi yang terjadi.

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi perkembangan perdagangan industri TPT Indonesia; 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor TPT Indonesia;

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi bagi berbagai stakeholder dalam sektor industri TPT Indonesia. Terutama bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi kebijakan industri TPT dalam bidang impor. Implikasi dari peraturan pemerintah diharapkan dapat mempertahankan posisi industri TPT dalam negeri dan penghematan devisa negara. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut dalam upaya peningkatan pertumbuhan industri TPT Indonesia di kancah perdagangan internasional.

1.4Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian membahas volume impor TPT secara keseluruhan berupa serat (fiber), benang (yarn), kain (fabric), pakaian jadi (garment), dan produk tekstil lainnya (other textiles). Penelitian ini tidak dibatasi oleh negara asal impor. Data yang digunakan adalah data time series periode 1980-2007.


(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Tekstil dan Produk Tekstil

Industri mempunyai dua arti. Pertama, industri dapat diartikan sebagai himpunan perusahaan-perusahaan yang sejenis. Misalnya industri tekstil, maksudnya himpunan pabrik atau perusahaan penghasil tekstil. Kedua, industri dapat pula merujuk pada suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi (Dumairy, 2000 dalam Margarettha, 2005). Sedangkan menurut Hasibuan (1993) industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti.

Secara umum, tekstil adalah bahan pakaian atau kain. Dilihat dari sisi keuntungan, tekstil tidak hanya untuk pakaian, tapi juga dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, industri atau kegunaan lainnya (kain, kasur, gorden, taplak meja, tas, koper, parasut, kain layar, jok mobil atau kap mobil, ban pipa atau selang untuk minyak dan pemadam kebakaran, dll). Tekstil berasal dari bahasa Latin, yaitu textiles yang berarti menenun atau kain tenun. Tekstil berarti pula :

a. Suatu benda yang dibuat dari benang, kemudian dijadikan kain sebagai bahan pakaian ;

b. Suatu benda yang berasal dari serat atau benang yang dianyam (ditenun) atau dirajut, direnda, dilapis, dikempa, untuk dijadikan bahan pakaian atau keperluan lainnya (Djafrie, 2003 dalam Junaedi, 2007).


(36)

Pengklasifikasian TPT dilakukan bergantung pada tujuan penggunaan TPT itu sendiri sehingga terdapat beberapa cara dalam mengklasifikasinya. Saat ini, ada 2 jenis klasifikasi yang berbeda, yaitu klasifikasi berdasarkan produk (industri) dan berdasarkan perdagangan. TPT berdasarkan produk terdiri dari :

1. Industri serat (fiber), berupa serat alam dan serat buatan.

2. Industri benang (yarn), berupa filamen buatan, benang dari serat alam 100 persen, benang dari serat buatan 100 persen, dan benang dari serat campuran.

3. Industri kain (fabric), berupa kain tenun, kain rajut, kain non-woven, lace/ braids, embroidery, dan laminasi/ impregnasi.

4. Industri pakaian jadi (garment), berupa pakaian jadi untuk bayi, anak-anak, laki-laki, dan perempuan.

5. Industri tekstil lainnya (others textiles), berupa karpet/ permadani, penutup lantai, barang jadi dari serat, barang jadi dari benang dan tali, barang jadi dari kain, dan barang jadi lainnya.

Sedangkan klasifikasi TPT berdasarkan perdagangan menggunakan The Harmonized Commodity Description and Coding System disingkat HS (Harmonized System) yang merupakan hasil dari Custom Cooperation Council semua anggota GATT. Kesepakatan anggota GATT itu diterima PBB dengan mengadakan revisi 2 United Nation tentang Standard International Trade Classification (SITC). Harmonized System terdiri dari 21 sections dan 99 chapters (diantaranya dua chapters cadangan). TPT termasuk section XI, tetapi beberapa produk dari section lain dalam Multifibre Arrangement (MFA)


(37)

dimasukkan ke dalam cakupan section TPT. Klasifikasi industri TPT menurut Harmonized System secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Klasifikasi Industri TPT menurut Harmonized System

Chapter 50 Silk, mulai dari cocoons suitable for reeling sampai woven fabrics Chapter 51 Cotton, mulai dari not carded dan cotton waste sampai woven

fabrics

Chapter 52 Wool, mulai unimproved wol sampai m woven fabrics

Chapter 53 Other vegetable fibre, mulai prosseced but not spun sampai woven fabrics

Chapter 54 Man made stample filamentss, mulai yarn & thread sampai woven fabrics

Chapter 55 Man made stample fibres, mulai fiber & tows termasuk waste, sampai woven fabricsm (synthetic atau artificial)

Chapter 56 Non-woven, special yarns, ropes, etc., sampai netting (dari semua jenis fibres)

Chapter 57 Carpets, dari semua jenis fibers

Chapter 58 Special woven fabrics, embroidery dari semua bahan dalam raschel dikelompokkan Chapter 60 (knitted fabrics)

Chapter 59 Impregnated coated, laminated, and textiles articles suitable for industrial use

Chapter 60 Knitted or crocheted fabrics dari semua bahan

Chapter 61 Apparel and clothing accessories, knitted or crocheted Chapter 62 Apparel and clothing accessories, not knitted or crocheted

Chapter 63 Other made up article, termasuk blanket, bed linen, table linen, toilet linen, sampai worn clothing

Sumber : Djafrie, 2003 dalam Junaedi, 2007

Secara teknis, struktur industri TPT nasional terdiri tiga sub sektor, yaitu : 1. Sektor hulu (upstream)

Industri sektor hulu adalah industri penbuat serat (fibre) dan pemintal (spinning), seperti serat kapas, serat sintetik, serat selulosa dan bahan baku serat sintetik. Industri pada sektor hulu bersifat padat modal, berskala besar, jumlah tenaga kerja sedikit dan output pertenaga kerja besar.

2. Sektor menengah (midstream)

Sektor menengah meliputi industri yang bergerak pada bidang pemintalan (spinning), pertenunan (weaving) dan pencelupan/ penyempurnaan


(38)

(dying/finishing). Sifat industri sektor menengah adalah semi padat modal dan teknologi yang dipakai telah berkembang dengan penyerapan tenaga kerjanya lebih besar dari sektor hulu.

3. Sektor hilir (downstream)

Industri pada sektor hilir adalah pakaian jadi (garment). Sektor ini paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga sifat industrinya adalah padat karya. Pembeda sektor hilir dan hulu maupun sektor menengah adalah pada jumlah tenaga kerjanya, yaitu sebagian besar tenaga kerjanya adalah wanita.

2.2 Kebijakan Impor Tekstil dan Produk Tekstil

Kebijakan impor TPT yang diterapkan pemerintah berupa kebijakan hambatan tarif dan subsidi. Kebijakan impor TPT diterapkan oleh pemerintah bertujuan untuk menghambat masuknya produk impor sehingga dapat melindungi dan mendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan penghematan devisa.

Tarif impor TPT yang ditetapkan pemerintah mengalami perubahan apabila terjadi perubahan kesepakatan perdagangan. Sebelum tahun 1988 penetapan tarif impor berdasarkan Customs Co-Operation Council Nomenclator dengan tingkat tarif sekitar 5 sampai 60 persen. Kerjasama perdagangan internasional antar negara belum banyak terjalin, sehingga tarif impor masih tinggi. Tingginya tarif impor TPT dapat menekan jumlah impor yang masuk ke Indonesia. Pada perubahan tarif impor yang disusun pada Buku Tarif dan Bea Masuk Indonesia (BTBMI) tahun 1996 akibat adanya perubahan Harmonized System (HS) versi 1996, nilai tarif impor TPT berkisar antara 5 sampai 20 persen.


(39)

Penurunan besar tarif impor terutama produk TPT berakibat pada peningkatan volume impor TPT yang masuk ke Indonesia.

Upaya pemerintah dalam melindungi masuknya impor TPT selain penetapkan tarif juga adanya ketentuan bahwa hanya perusahaan yang mendapat pengakuan Importir Produsen (IP) yang boleh mengimpor produk TPT ke Indonesia. Ketentuan ini dikeluarkan melalui peraturan tata niaga impor tekstil pada tahun 2002.3 Namun dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi perdagangan bebas maka pemerintah merencanakan adanya pembebasan tarif TPT mulai tahun 2010. Rencana ini dilakukan bertahap, yaitu dengan lebih dulu membebaskan dari 84 pos tarif menjadi 74 pos tarif TPT yang mengikuti peraturan IP.4

Subsidi merupakan kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri berupa keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas kredit, dan subsidi harga. Subsidi pemerintah diberikan kepada industri tekstil dalam upaya restrukturisasi mesin produksi tekstil dengan anggaran dana pemerintah sebesar Rp 255 milyar. Program ini bertujuan untuk menambah produksi dalam negeri dan menjual dengan harga yang lebih murah daripada produk impor.

Pengajuan bantuan dalam program subsidi peremajaan mesin tekstil dilakukan secara first in-first out dimana pemohon yang pertama mengajukan akan diproses terlebih dahulu dengan pertimbangan kelayakan menerima kredit.

3

Fauzi Azziz “Deperindag Keluarkan Tata Niaga Impor Tekstil

http://www.depperin.go.id/ind/publikasi/siaran_pers/2002/Tata_tekstil1.htm (22 Oktober 2002)

4

Fahmi Achmad “ Indonesia Bebaskan Impor Tekstil 2010


(40)

Skema tawaran bantuan dari pemerintah yaitu pembelian mesin tekstil baru atau subsidi kredit dengan bunga bank sebesar 5 persen. Program ini tidak berjalan lancar bagi industri kecil dan menengah, karena industri kecil dan menengah hanya mau membeli mesin bekas sedangkan pemerintah hanya menyediakan mesin tekstil baru.5

2.3Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai industri TPT telah banyak dilakukan sebelumnya. Junaedi (2007) menganalisis dampak peningkatan ekspor di sektor industri TPT terhadap perekonomian Indonesia dengan menggunakan model Analisis Input-Output. Sektor industri TPT sangat bergantung pada sektor industri pengolahan lainnya, seperti sektor tanaman perkebunan, sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor yang banyak memanfaatkan output sektor industri TPT adalah sektor jasa-jasa, sektor angkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor industri TPT lebih mampu menarik pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan mendorong sektor hilirnya. Sektor ini dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang cukup besar sehingga dapat menekan angka pengangguran di Indonesia.

Analisis Input-Output juga dilakukan Maryadi (2007) dalam menganalisis pertumbuhan investasi sektor industri TPT terhadap perekonomian Indonesia. Penelitian ini menyatakan bahwa industri TPT merupakan industri yang penting dalam mendorong sektor hulunya serta mampu mendorong sektor-sektor lainnya dalam penyediaan output, pendapatan dan tenaga kerja. Dengan begitu, investasi

5

Imron Rosyid “Dana Restrukturisasi Mesin Belum Turun” http ://www. Tempo interaktif.com (15 November 2007)


(41)

pada sektor industri TPT dapat meningkatkan output pendapatan, maupun tenaga kerja di Indonesia.

Struktur pasar dan persaingan TPT di pasar internasional yang dianalisis menggunakan Indeks Herfindahl dan rasio konsentrasi (CR4) menunjukkan bahwa sebagian besar produk berada pada kondisi pasar oligopolistik. Analisis ini dilakukan Yastuti (2004) untuk melihat dampak penghapusan kebijakan kuota MFA (Multifibre Arrangement) terhadap daya saing dan pemasaran sektor TPT. Keunggulan komparatif TPT Indonesia di pasar internasional menunjukkan kategori TPT unggulan Indonesia antara lain produk serat sintetis dan buatan lainnya, kain tertentu, dan pakaian jadi. Sedangkan dari keunggulan kompetitif , walaupun kondisi fisik di Indonesia mendukung peningkatan daya saing industri tetapi berbagai faktor dan kendala yang dihadapi industri nasional belakangan ini membuat industri TPT kehilangan daya saingnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi impor berbagai komoditi di Indonesia juga telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Impor Gula Indonesia Periode 1983-2006 oleh Hapsari (2007). Faktor-faktor yang terdiri dari produksi gula, populasi, harga gula, nilai tukar rupiah, dan tarif impor dianalisis menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk dilihat pengaruhnya terhadap volume impor gula Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap impor gula Indonesia pada taraf nyata lima persen (α = 5%). Faktor populasi dan harga gula domestik memunyai hubungan yang positif sedangkan faktor produksi gula domestik, nilai tukar rupiah terhadap dolar dan


(42)

dummy tarif impor mempunyai hubungan negatif dengan faktor volume impor gula.

Analisis dengan menggunakan metode peramalan time series dan regresi linier berganda dilakukan Azziz (2006) untuk melakukan penelitian Analisis Impor Beras serta Pengaruhnya Terhadap Harga Beras Dalam Negeri. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi impor beras secara nyata pada taraf 1 persen adalah penetapan tarif impor, harga terigu, harga beras impor, sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar berpengaruh nyata pada taraf 5 persen dan produksi beras nasional berpengaruh nyata pada 15 persen.

Komarudin (2005) melakukan penelitian mengenai Analisis Permintaan Buah Apel di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan impor apel Indonesia pada selang kepercayaan 95 persen yaitu harga impor, dan lag permintaan impor apel bulan sebelumnya. Sedangkan Produk Domestik Bruto dan nilai tukar rupiah tidak berpengaruh nyata terhadap volume impor apel. Hasil analisis tersebut diperoleh dengan menggunakan metode regresi data panel.

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi impor suatu komoditi di Indonesia digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan perdagangan internasional dalam bidang impor. Kebijakan impor ditentukan dalam rangka penghematan pengeluaran negara dan melindungi perkembangan industri dalam negeri. Selain dari impor gula, apel ataupun beras, telah dilakukan penelitian mengenai impor komoditi lain. Namun penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi impor tekstil dan produk tekstil belum dilakukan.


(43)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional

Ekonomi internasional merupakan ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan keuangan/ moneter serta organisasi (swasta/ pemerintah) dan kerja sama ekonomi antarnegara (internation). Permasalahan pokok yang dihadapi ekonomi internasional yaitu kelangkaan (scarcity) produk dan masalah pilihan (choice) produk (Hady, 2004). Masalah kelangkaan dan pilihan atas produk muncul karena adanya permintaan (demand) akan kebutuhan dan keinginan (needs and wants) manusia yang sifatnya tidak terbatas (rising demand) dan penawaran (supply) dari sumber daya (resources) yang sifatnya terbatas. Permasalahan ekonomi tersebut dapat menjadi bersifat internasional karena adanya permintaan yang berasal dari dalam ataupun luar negeri.

Sumber : Salvatore, 1997


(44)

Gambar 3.1 memperlihatkan bahwa tanpa adanya perdagangan negara A akan berproduksi dan konsumsi pada Q1 dengan harga P1. Begitu juga dengan

negara B, tanpa adanya perdagangan, penawaran dan permintaan negara B akan mencapai keseimbangan pada Q4 dengan tingkat harga P3. Perdagangan

internasional terjadi pada dua negara tersebut, dan negara A akan mengekspor komoditi X ke negara B jika harga domestik komoditi X sebelum perdagangan di negara B lebih tinggi daripada harga domestik komoditi X sebelum perdagangan di negara A.

Perdagangan internasional yang terjadi diantara negara A dan negara B akan menyebabkan harga relatif komoditi X berada diantara P1 dan P3. Jika harga

yang berlaku adalah P2, maka P1 negara A berada di bawah harga yang berlaku.

Negara A akan memproduksi komoditi X lebih banyak dari pada tingkat konsumsi domestik, sehingga dapat diekspor ke negara B. Sedangkan di negara B, P3

berada diatas harga yang berlaku sehingga negara B akan mengalami peningkatan permintaan. Peningkatan permintaan menyebabkan permintaan lebih tinggi dibandingkan dengan produksi domestiknya. Pada perdagangan internasional negara B mengimpor komoditi X dari negara A sebesar kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh negara A.

3.1.2 Teori Permintaan

Permintaan merupakan jumlah barang ekonomi yang akan dibeli pada harga tertentu pada saat tertentu di pasar tertentu. Jadwal permintaan menunjukkan jumlah barang ekonomi yang akan dibeli pada semua harga yang mungkin terjadi pada saat tertentu di pasar. Permintaan dalam perekonomian pasar


(45)

sangat dipengaruhi oleh preferensi konsumen atau pilihan masing-masing pembeli yang bebas, berdasarkan persepsi mereka mengenai harga (Smith and Blakeslee, 1995).

Lipsey et.al (1995) mendefinisikan permintaan sebagai jumlah yang diminta, yang merupakan jumlah total dari suatu komoditi yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga. Tiga hal penting dalam konsep jumlah yang diminta. Pertama, jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan. Hal ini menunjukkan berapa banyak yang ingin dibeli oleh rumah tangga, atas dasar harga komoditi itu sendiri, harga-harga lainnya, pendapatan rumah tangga, dan selera. Kedua, jumlah yang diminta merupakan permintaan efektif yang menunjukkan jumlah orang yang bersedia membeli pada harga yang mereka harus bayar untuk komoditi tersebut. Ketiga, jumlah yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinu. Jumlah yang diminta dipengaruhi oleh sejumlah variabel penting, seperti harga komoditi itu sendiri, harga komoditi lain, pendapatan rata-rata rumah tangga, selera, distribusi pendapatan diantara rumah tangga, dan besarnya jumlah penduduk. Pengaruh dari variabel-variabel tersebut terhadap jumlah yang diminta dapat ditelaah satu per satu, dengan menganggap variabel lainnya tetap atau cateris paribus.

Hipotesa ekonomi mengatakan bahwa harga suatu komoditi berpengaruh negatif terhadap jumlah yang diminta, dengan variabel lain tetap. Jika harga suatu komoditi semakin rendah maka jumlah yang diminta untuk komoditi tersebut semakin besar, dan jika harga suatu komoditi semakin tinggi maka jumlah yang diminta akan semakin rendah. Hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta dapat digambarkan oleh kurva permintaan. Perubahan jumlah yang


(46)

diminta akibat perubahan variabel-variabel yang mempengaruhinya dapat dilihat dengan menggunakan kurva permintaan. Respon tersebut dapat berupa pergerakan sepanjang kurva atau pergeseran kurva permintaan. Pergerakan sepanjang kurva permintaan terjadi akibat adanya perubahan harga komoditi itu sendiri.

Pergeseran kurva permintaan pada kedudukan yang baru, diakibatkan oleh perubahan semua variabel selain harga komoditi itu sendiri. Kurva permintaan akan bergeser ke kiri apabila pada setiap tingkat harga jumlah yang diminta lebih kecil daripada sebelumnya. Sebaliknya kurva permintaan akan bergeser ke kanan apabila pada setiap tingkat harga jumlah yang diminta besar daripada sebelumnya. Variabel yang mempengaruhi pergeseran kurva permintaan diantaranya pendapatan rumah tangga, harga komoditi lain, selera, distribusi pendapatan, dan jumlah penduduk.

Sumber : Lipsey, 1995

Gambar 3.2 Pergerakan dan Pergeseran Kurva Permintaan

Pergerakan yang terjadi di sepanjang kurva permintaan dipengaruhi oleh perubahan variabel harga komoditi tersebut. Harga komoditi dengan jumlah yang diminta mempunyai hubungan yang negatif. Jika harga komoditi tersebut meningkat, maka jumlah komoditi yang diminta menurun. Tetapi jika harga komoditi tersebut menurun, maka jumlah komoditi yang diminta akan meningkat.


(47)

3.1.3 Impor

Impor diasumsikan sebagai fungsi permintaan negara terhadap komoditi dari pasar internasional (Komarudin, 2005). Impor merupakan aliran barang dan jasa ke pasar sebuah negara untuk dipakai. Negara meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengimpor aneka ragam barang dan jasa yang bermutu dengan harga yang lebih rendah daripada yang dapat dihasilkan di dalam negeri (Smith and Blakeslee, 1995). Permintaan impor merupakan selisih antara konsumsi domestik dikurangi produksi domestik dan dikurangi stok pada akhir tahun lalu. Secara matematik, impor dapat digambarkan sebagai berikut (Labys, 1973 dalam Komarudin, 2005) :

Mt = Ct – Qt – St-1 ... (3.1)

Dimana :

Mt = jumlah impor pada tahun ke t

Ct = jumlah kosumsi domestik tahun ke t

Qt = jumlah produksi domestik tahun ke t

St-1 = sisa stok pada tahun ke t-1

Selain faktor-faktor domestik diatas, fungsi impor suatu negara juga dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar negeri, yaitu nilai tukar atau exchange rate (ER) dan harga impor (PM). Dengan demikian, secara teoritis fungsi impor komoditas suatu negara dapat ditulis sebagai berikut :

Mt = f (Qt, Ct, St-1, ERt, PMt) ... (3.2) Dimana :

Qt = jumlah produksi domestik tahun ke t Ct = jumlah konsumsi domestik tahun ke t


(48)

St-1 = sisa stok pada tahun ke t-1

ER = nilai tukar atau exchange rate tahun ke t PM = harga impor tahun ke t

Terdapat beberapa variabel yang akan mempengaruhi permintaan impor suatu negara seperti biaya transportasi (TC), tarif (T), selera konsumen (PC), distribusi pendapatan (Y), dan populasi (P) yang dapat memberikan hasil yang lebih akurat (Oktaviani, 2000 dalam Purnamasari, 2006).

3.1.4 Kebijakan Impor

1. Tarif Impor

Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan kepada suatu komoditi yang diperdagangkan lintas batas teritorial. Tarif impor (import tariff) adalah pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara lain. Pengenaan tarif dilakukan sebagai sumber pendapatan dalam kas pemerintah, juga sebagai alat proteksi bagi sektor-sektor industri tertentu di dalam negeri dari tekanan persaingan produk impor. Berdasarkan mekanisme perhitungannya, tarif terbagi menjadi tiga jenis, diantaranya (Hady, 2004) :

1. Tarif Ad Valorem (Ad Valorem Tariff)

Tarif ad valorem adalah pajak yang dikenakan berdasarkan persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor.

2. Tarif Spesifik (Spesific Tariff)


(49)

3. Tarif Campuran

Tarif campuran adalah gabungan dari tarif ad valorem dan tarif spesifik, dimana barang yang diimpor dikenakan pungutan dalam jumlah tertentu dan dikenakan pungutan dalam bentuk persentase.

Pemberlakuan tarif oleh sebuah negara kecil yang melakukan impor dapat dianalisis dengan menggunakan analisis keseimbangan parsial. Negara kecil merupakan negara yang memiliki keterbatasan sehingga tidak mampu untuk mempengaruhi harga dunia dan harus menerima harga-harga yang berlaku di pasar internasional.

Sumber : Hady, 2004

Gambar 3.3 Kurva Pemberlakuan Tarif Impor

Dalam Gambar 3.3 Dx adalah kurva permintaan dan Sx melambangkan kurva penawaran komoditi X dinegara kecil yang berlaku sebagai importir. Jika negara tersebut tidak melakukan perdagangan internasional (autarki) maka akan mengalami keseimbangan di titik E yang merupakan perpotongan antara kurva Dx dan Sx. Kondisi autarki memperlihatkan bahwa tidak terjadi ekspor ataupun impor. Dalam hal ini produksi dalam negeri sama dengan konsumsi dalam negeri sebesar OQo dengan harga Po. Jika negara melakukan perdagangan internasional, harga komoditi X akan semakin murah menjadi sebesar P1 dan konsumsi


(50)

meningkat menjadi OQ2. Konsumsi ini dipenuhi oleh produksi dalam negeri

sebesar OQ1, dan impor sebesar Q1Q2. Garis putus-putus horizontal Sf adalah

kurva penawaran komoditi X dari luar negeri yang sifatnya elastis tak terbatas untuk negara importir. Hal ini menunjukkan bahwa pasar-pasar internasional mampu memberikan pasokan komoditi X sebanyak apapun kepada negara importir berdasarkan harga dunia yang berlaku.

Produksi yang menurun dari OQo menjadi OQ1 akan menyebabkan

kerugian bagi industri, sehingga berimplikasi pada terjadinya pengangguran. Oleh karena itu, pemerintah memberikan proteksi dengan memberlakukan tarif. Tarif ditetapkan sebesar P1P2 sehingga untuk memperoleh komoditi X konsumen di

negara importir harus membayar sebesar P2. Peningkatan harga yang terjadi

menyebabkan penurunan tingkat konsumsi dari Q2 menjadi Q4. Konsumsi ini

dipenuhi oleh produksi dalam negeri yang meningkat sebesar OQ3 dan impor yang

menurun sebesar Q2Q4. Garis putus-putus Sf+T merupakan kurva penawaran

komoditi X dari luar negeri yang baru untuk negara importir. Kurva ini telah memperhitungkan dampak dari pengenaan tarif. Dengan demikian, pengenaan tarif memberikan dampak bagi penurunan tingkat konsumsi dalam negeri dan peningkatan produksi dalam negeri. Dampak pengenaan tarif terhadap perdagangan diperlihatkan oleh menurunnya tingkat impor.

Gambar 3.3 memperlihatkan penurunan surplus konsumen sebesar AGHB. Penurunan surplus konsumen ini diterima oleh pemerintah dalam bentuk pajak impor sebagai penerimaan pemerintah sebesar MJHN yang diperoleh dari (P2-P1)

untuk (Q4-Q3) komoditi yang diimpor. Selain itu, diredistribusikan kepada


(51)

segitiga CJM juga BHN merupakan biaya proteksi yang harus ditanggung oleh perekonomian negara importir.

2. Subsidi

Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri berupa keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas kredit, dan subsidi harga. Subsidi bertujuan untuk :

a. Menambah produksi dalam negeri.

b. Mempertahankan jumlah konsumsi dalam negeri.

c. Menjual dengan harga yang lebih murah daripada produk impor.

Pada saat keadaan perdagangan bebas tanpa adanya subsidi, harga berada pada P1. Produksi yang dihasilkan dalam negeri sebesar OQ1 sedangkan konsumsi

dalam negeri sebesar OQ2, sehingga produksi dalam negeri tidak dapat memenuhi

kebutuhan konsumsi. Impor akhirnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri sebesar Q1Q2. Subsidi yang dilakukan pemerintah dalam

hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi dalam negeri dari Q1 menjadi Q3.

Dalam teori ekonomi dijelaskan bahwa jumlah produksi akan meningkat jika terjadi kenaikan harga dari P1 ke P2. Hal ini dicegah oleh pemerintah dengan

menetapkan subsidi harga sebesar P1P2 atau sebesar BC. Dengan demikian,

produksi dalam negeri meningkat dari OQ1 menjadi OQ3 sehingga jumlah impor

turun dari Q1Q2 menjadi Q2Q3. Dengan demikian konsumen tetap membayar


(52)

Sumber : Hady, 2004

Gambar 3.4 Kurva Subsidi

3.1.5 Nilai Tukar Perdagangan (Kurs)

Nilai tukar atau kurs diantara dua negara adalah harga di mana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan. Para ekonom membedakan antara dua kurs, yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang negara lain (Mankiw, 2000). Kurs riil perdagangan (terms of trade) dari suatu negara juga merupakan rasio harga komoditi ekspor terhadap harga komoditi impor. Dengan demikian, nilai tukar perdagangan dari suatu negara merupakan kebalikan dari nilai tukar perdagangan negara lain yang menjadi mitra dagang. Rasio tersebut dikalikan dengan seratus agar diperoleh hasil akhir dalam presentase yang mudah dipahami (Salvatore, 1997). Hubungan nilai tukar nominal dan nilai tukar riil dapat dilihat sebagai berikut (Mankiw, 2000) :


(53)

Tingkat dimana diperdagangkan barang domestik dan barang luar negeri tergantung pada harga barang dalam mata uang lokal dan pada tingkat harga dimana mata uang dipertukarkan.

Kurs riil juga berhubungan dengan neraca perdagangan suatu negara. Apabila kurs riil rendah, maka harga barang-barang domestik akan lebih murah dan penduduk domestik akan membeli sedikit barang impor. Namun apabila kurs riil tinggi, maka harga barang-barang domestik relatif tinggi dibandingkan dengan barang-barang luar negeri dan penduduk domestik lebih banyak membeli barang impor. Hubungan kurs riil dengan ekspor bersih dapat ditulis sebagai berikut : NX = NX (e) ... (3.3) Dimana :

NX = Ekspor bersih e = Kurs riil

Sumber : Mankiw, 2000

Gambar 3.5 Ekspor Bersih dan Kurs Riil

Gambar 3.5 menunjukkan hubungan antara kurs riil dan ekspor bersih. Apabila kurs semakin rendah maka harga barang domestik menjadi relatif murah terhadap barang-barang luar negeri, dan semakin besar ekspor bersih.

( )

NX

Ekspor neto, NX Kurs riil, e


(54)

3.1.6 Pendapatan dan Perdagangan

Pendapatan nasional adalah jumlah seluruh keluaran produksi atau barang dan jasa yang dihasilkan di suatu negara. Perhitungan pendapatan nasional dapat dilakukan berdasarkan tiga cara, yaitu konsep nilai tambah, pendapatan, dan pengeluaran. Konsep nilai tambah digunakan untuk menghitung pendapatan dengan menjumlahkan nilai pasar yang diproduksi perusahaan. Pendapatan yang dilihat dari sisi pendapatan merupakan jumlah berbagai pendapatan faktor yang dihasilkan pada proses memproduksi keluaran akhir ditambah pajak tak langsung neto subsidi ditambah penyusutan. Sedangkan dilihat dari sisi pengeluaran, pendapatan nasional merupakan jumlah dari pengeluaran konsumsi, investasi pemerintah, dan ekspor neto (Lipsey et.al, 1995).

Dalam perdagangan internasional, pendapatan nasional mempengaruhi jumlah impor suatu negara (Deliarnov, 1995). Pendapatan nasional mencerminkan kemampuan masyarakat dalam membeli barang-barang hasil buatan luar negeri. Semakin tinggi tingkat pendapatan nasional serta semakin rendah kemampuan dalam menghasilkan barang-barang tersebut, maka impor semakin tinggi. Hubungan langsung antara impor dan pendapatan nasional ditentukan oleh nilai kecenderungan mengimpor atau Marginal Propencity to Import (MPM). MPM merupakan perbandingan atau rasio antara pertambahan impor dengan pertambahan dalam pendapatan nasional. Secara matematis ditulis :

m = ΔM/ΔY ... (3.4) Hubungan antara impor dan pendapatan nasional ditulis sebagai berikut :

M = Mo + mY ... (3.5) Dimana :


(55)

M = Jumlah impor

Mo = Jumlah impor yang nilainya tidak ditentukan oleh Y m = marginal propencity to import

Y = pendapatan nasional

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Industri TPT merupakan industri andalan perekonomian Indonesia. Industri TPT memberikan kontribusi besar dalam pembentukan PDB. Penyerapan tenaga kerja lebih dari 1 juta jiwa setiap tahunnya, membuat industri TPT berperan dalam mengurangi pengangguran. Sebagai industri andalan perkembangan industri TPT harus diperhatikan agar mampu bersaing baik di pasar domestik maupun di pasar internasional.

Penjualan domestik TPT tidak mampu memenuhi peningkatan konsumsi yang terjadi. Permasalahan yang terjadi pada kurangnya penjualan domestik dikarenakan perkembangan produksi yang lambat. Masalah ini terjadi karena biaya produksi yang tinggi akibat adanya tarif impor mesin dan kapas sebagai bahan baku TPT. Tarif bahan bakar minyak dan listrik juga meningkat. Biaya yang tinggi berimplikasi pada rendahnya kuantitas maupun kualitas produk TPT Indonesia. Harga domestik TPT Indonesia menjadi relatif lebih mahal karena biaya yang dikeluarkan lebih besar. Teknologi produksi dengan menggunakan mesin yang sudah di atas umur ekonomis semakin membuat produk TPT Indonesia tidak mampu bersaing dengan produk TPT luar negeri.

Pertambahan penduduk Indonesia berimplikasi pada peningkatan konsumsi melalui daya beli. Kemampuan konsumsi masyarakat yang ditunjukan oleh


(56)

pendapatan perkapita berhubungan dengan permintaan terhadap produk TPT. Berdasarkan teori ekonomi, pendapatan yang tinggi akan meningkatkan konsumsi TPT. Apabila konsumsi domestik TPT tidak dapat dipenuhi oleh penjualan domestik, maka akan dipenuhi oleh produk impor.

Penghapusan kuota dalam Multifibre Arrangement (MFA) membuat semua negara penghasil produk TPT bersaing meningkatkan kuantitas dan kualitas produk. Sebagai akibatnya, negara dengan teknologi tinggi seperti China menguasai pasar TPT internasional. Produk TPT China yang kualitasnya relatif lebih baik dibanding produk TPT Indonesia banyak masuk ke pasar domestik dengan harga yang murah. Harga impor TPT yang murah membuat masyarakat lebih memilih produk TPT impor.

Tarif impor yang ditetapkan pemerintah bertujuan untuk menghambat volume impor TPT. Hal ini dilakukan dalam rangka melindungi industri TPT dalam negeri dan menekan pengeluaran negara. Dengan demikian, penetapan tarif impor TPT berhubungan negatif dengan volume impor TPT. Namun besarnya tarif TPT yang berkisar antara 5 sampai 20 relatif kecil sehingga impor TPT masih banyak masuk ke pasar domestik Indonesia.

Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat sejak terjadi krisis ekonomi, seharusnya dapat menekan volume impor TPT yang masuk ke Indonesia. Hal ini terjadi karena harga produk TPT Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan harga perdagangan dunia. Jika harga produk TPT domestik lebih rendah, maka masyarakat akan lebih memilih produk TPT domestik dan produk TPT impor dapat berkurang.


(57)

Gambar 3.6 Kerangka Pemikiran Operasional

Kondisi industri TPT Indonesia : - Produksi TPT menurun

- Penjualan domestik TPT menurun - Konsumsi domestik TPT meningkat - Peningkatan Ekspor TPT menurun - Impor TPT meningkat

Mendeskripsikan perkembangan industri TPT

Indonesia

Hipotesis Penelitian Analisis Trend

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Impor

TPT Indonesia

Hasil Penelitian


(58)

3.3 Hipotesis

Hipotesis sementara yang digunakan dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi impor TPT adalah :

1. Harga impor TPT mempunyai hubungan yang negatif terhadap volume impor TPT. Kenaikan harga impor akan menyebabkan penurunan volume impor TPT.

2. Harga domestik TPT Indonesia mempunyai hubungan positif terhadap volume impor TPT. Apabila harga domestik meningkat maka akan menyebabkan volume impor TPT meningkat.

3. Nilai tukar dolar terhadap rupiah berpengaruh negatif terhadap volume impor TPT. Peningkatan nilai tukar dolar terhadap rupiah mengakibatkan harga TPT domestik lebih rendah dan volume impor TPT akan menurun.

4. Pendapatan per kapita yang berpengaruh positif terhadap volume impor TPT. Ketika pendapatan perkapita meningkat maka akan terjadi peningkatan pada volume impor TPT.

5. Tarif impor berhubungan negatif dengan volume impor TPT. Penetapan tarif impor akan menyebabkan penurunan volume impor TPT.

6. Krisis ekonomi mempunyai hubungan yang negatif terhadap volume impor. Ketika terjadi krisis ekonomi maka harga dalam negeri akan lebih rendah dari pada harga dunia. Dengan demikian akan terjadi penurunan volume impor TPT.


(59)

3.4 Definisi Operasional

1. Volume Impor TPT

Volume impor TPT adalah jumlah impor komoditas TPT yang terdiri dari serat (fiber), barang tenunan (fabric), benang rajutan (yarn), pakaian jadi (garment), dan produk tekstil lainnya (other product textiles).

2. Volume Ekspor TPT

Volume ekspor TPT adalah jumlah ekspor komoditas TPT yang terdiri dari serat (fiber), barang tenunan (fabric), benang rajutan (yarn), pakaian jadi (garment), dan produk tekstil lainnya (other product textiles).

3. Produksi Domestik TPT

Produksi domestik TPT merupakan jumlah produksi TPT yang terdiri dari komoditi serat (fiber), barang tenunan (fabric), benang rajutan (yarn), pakaian jadi (garment), dan produk tekstil lainnya (other product textiles). Produksi domestik akan digunakan untuk penjualan domestik dan ekspor.

4. Konsumsi Domestik TPT

Konsumsi domestik TPT merupakan jumlah konsumsi tekstil masyarakat Indonesia pada tahun ke t.

5. Harga Impor TPT

Harga impor TPT merupakan harga yang diperoleh dari hasil pembagian antara nilai impor TPT secara keseluruhan pada periode ke-t dengan volume impor TPT pada periode yang sama.

6. Harga Domestik TPT Indonesia

Harga domestik TPT Indonesia adalah harga yang diperoleh dari rata-rata harga impor dan ekspor TPT Indonesia pada tahun ke t. Variabel ini


(60)

menunjukkan harga rata-rata yang diterima konsumen TPT berdasarkan harga dunia pada tingkat tertentu.

7. Nilai tukar (Kurs)

Nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar antara Dollar dengan Rupiah. 8. Pendapatan Per Kapita

Pendapatan per kapita merupakan pembagian Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dengan jumlah penduduk Indonesia. Nilai pendapatan perkapita dikonversi ke dalam mata uang dolar Amerika pada tingkat kurs periode bersangkutan.

9. Tarif Impor TPT

Tarif impor TPT merupakan besarnya tarif yang diperoleh dari rata-rata tarif impor seluruh komoditas TPT Indonesia pada tahun ke t.

10. Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi merupakan variabel pembeda antara periode sebelum terjadinya krisis ekonomi yaitu sebelum tahun 1998 dan periode pada saat krisis ekonomi mulai dan sedang terjadi yaitu tahun 1998 sampai dengan 2007.


(61)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Direktorat Jendral Bea dan Cukai, serta instansi-instansi lain. Pengambilan data dimulai pada bulan Maret 2007 sampai dengan Juni 2007. Kegiatan yang dilakukan berupa pengambilan data dan literatur mengenai industri TPT di Indonesia dan kebijakan impor TPT, pengolahan data, analisis, serta interpretasi data hingga penulisan laporan penelitian dalam bentuk akhir berupa skripsi.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time series). Jenis data tersebut meliputi data volume impor dan ekspor TPT Indonesia, produksi domestik TPT, konsumsi domestik TPT, harga domestik TPT Indonesia, harga impor TPT, tarif impor TPT, Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah penduduk, dan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, serta literatur-literatur penunjang. Data juga diperoleh dengan melakukan studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang bersumber dari buku-buku literatur penunjang yang dapat membantu serta mendukung penelitian. Literatur ini juga digunakan untuk memperdalam serta memperoleh penjelasan yang lengkap. Data penunjang tersebut didapat dari instansi-instansi seperti Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, Perpustakaan BPS Pusat, perpustakaan Sosial Ekonomi serta


(62)

perpustakaan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Literatur selain buku diperoleh dari penelitian-penelitian terdahulu serta informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian dari media massa maupun media elektronika (internet).

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan piranti lunak Microsoft Excel dan Minitab 14. Minitab 14 digunakan untuk mengolah data statistik seperti analisis data serta peramalan dengan memberikan kemudahan dalam membuat grafik-grafik statistik. Penggunaan Minitab 14 juga digunakan untuk memudahkan analisis ekonomi secara kuantitatif dengan memberikan pemodelan dan estimasi yang mudah diintrepretasikan. Pengolahan data time series pada penelitian ini dapat mudah dilakukan dengan Minitab 14 karena menyediakan penyelesaian dalam analisis data, regresi, dan peramalan pada komputer berbasis Windows.

Data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis trend perdagangan TPT Indonesia serta menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi volume impor TPT Indonesia. Metode analisis data yang digunakan adalah metode trend analisis dan metode Ordinary Least Square (OLS). Analisis kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran yang luas mengenai perkembangan industri TPT, kebijakan yang diterapkan serta faktor-faktor lain yang mendukung analisis kuantitatif.


(63)

4.4 Analisis Perkembangan Perdagangan dan Perumusan Model Impor TPT 4.4.1 Analisis Trend

Metode trend analisis ini digunakan untuk menganalisis trend produksi, penjualan domestik, konsumsi domestik, ekspor, dan impor TPT Indonesia. Dalam analisis trend ini, model yang akan digunakan terdiri dari tiga model, diantaranya :

(1) Model trend linier

(2) Model trend kuadratik, dan (3) Model eksponensial

Dari ketiga model trend tersebut selanjutnya akan dipilih model terbaik untuk dianalisis. Pemilihan model terbaik atas dasar tingkat signifikansi dan tingkat keakuratan. Secara umum bentuk ketiga model tersebut (Hanke, et.al 2003) yaitu : Model Trend Linier :

Ťt = b0 + b1t ... (4.1)

Model Trend Kuadratik :

Ťt = b0 + b1t + b2t2 ... (4.2)

Model Trend Eksponensial :

Ťt = b0 b1t ... (4.3)

Dimana : Ťt = nilai prediksi untuk trend pada periode t t = variabel waktu (t = 1, 2, 3,..., n)

Menurut Hanke et.al (2003) untuk menguji tingkat keakuratan peramalan tiap model digunakan beberapa kriteria sebagai berikut :


(1)

Lampiran 6. Output Analisis Perkembangan Produksi dan

Penjualan Domestik TPT

Trend Analysis for Qt Data Qt

Length 7 NMissing 0

Fitted Trend Equation Yt = 5459,29 - 552,631*t + 49,5119*t**2

Accuracy Measures MAPE 3,8 MAD 162,3 MSD 40926,3

Time Qt Trend Detrend 2001 5157 4956,17 200,833 2002 4200 4552,07 -352,071 2003 4191 4247,00 -56,000 2004 4360 4040,95 319,048 2005 3821 3933,93 -112,929 2006 3974 3925,93 48,071 2007 3970 4016,95 -46,952

Forecasts Period Forecast 2008 4207

Trend Analysis for Qdt Data Qdt

Length 7 NMissing 2

Fitted Trend Equation Yt = 912 - 90,8*t

Accuracy Measures MAPE 19,57 MAD 79,20 MSD 8962,32

Time Qdt Trend Detrend 2003 * 821,2 * 2004 * 730,4 * 2005 613 639,6 -26,6 2006 658 548,8 109,2 2007 303 458,0 -155,0 2008 456 367,2 88,8 2009 260 276,4 -16,4 Forecasts

Period Forecast 2010 185,6


(2)

Lampiran 7. Output Analisis Perkembangan Konsumsi Domestik dan Ekspor TPT

Trend Analysis for Cd Data Cd

Length 7 NMissing 2

Fitted Trend Equation Yt = 1331,49 - 273,329*t + 36,6429*t**2

Accuracy Measures MAPE 3,05 MAD 26,48 MSD 1165,38

Time Cd Trend Detrend 2001 * 1094,80 * 2002 * 931,40 * 2003 820 841,29 -21,2857 2004 882 824,46 57,5429 2005 836 880,91 -44,9143 2006 1013 1010,66 2,3429 2007 1220 1213,69 6,3143

Forecasts Period Forecast 2008 1490

Trend Analysis for X Data X

Length 7 NMissing 0

Fitted Trend Equation Yt = 1688,57 + 20,1786*t

Accuracy Measures MAPE 2,44 MAD 41,74 MSD 3962,65

Time X Trend Detrend 2001 1728 1708,75 19,250 2002 1759 1728,93 30,071 2003 1772 1749,11 22,893 2004 1624 1769,29 -145,286 2005 1794 1789,46 4,536 2006 1879 1809,64 69,357 2007 1829 1829,82 -0,821

Forecasts Period Forecast 2008 1850


(3)

Lampiran 8. Output Analisis Perkembangan Impor TPT

Trend Analysis for M Data M

Length 7 NMissing 0

Fitted Trend Equation Yt = 1489,86 - 264,738*t + 28,0476*t**2

Accuracy Measures MAPE 1,854 MAD 18,177 MSD 438,728

Time M Trend Detrend 2001 1266 1253,17 12,8333 2002 1048 1072,57 -24,5714 2003 961 948,07 12,9286 2004 878 879,67 -1,6667 2005 848 867,36 -19,3571 2006 949 911,14 37,8571 2007 993 1011,02 -18,0238

Forecasts Period Forecast 2008 1167


(4)

Lampiran 9.

Tabel. Volume Impor TPT, Harga Impor TPT, Harga Domestik TPT, Nilai Tukar, Tarif Impor TPT, Pendapatan Perkapita, 1980 – 2007

Tahun M (Kg) PM ($) Pd ($) R ($/Rp) T (%) Y ($) Dkrisis

1980 279735225 1,82783 5,09342 0,001600 30,11 526,04 0

1981 289204232 1,93934 4,19817 0,001585 30,11 611,18 0

1982 308347885 1,63758 3,74179 0,001513 30,11 614,06 0

1983 239402226 1,70826 3,30663 0,001099 30,11 543,21 0

1984 239251220 1,82797 3,75099 0,000930 30,11 547,32 0

1985 285608899 1,41742 3,40871 0,000885 30,11 535,70 0

1986 301049313 1,44715 3,81958 0,000606 30,11 482,25 0

1987 347157987 1,64975 4,04837 0,000604 30,11 449,32 0

1988 320743094 2,15373 4,54286 0,000576 30,11 516,22 0

1989 492226652 2,03615 5,10158 0,000554 30,11 579,53 0

1990 645516560 2,18459 5,76980 0,000543 30,11 642,01 0

1991 649985485 2,61662 6,22881 0,000513 26,64 706,86 0

1992 818962726 2,45592 6,38596 0,000493 26,64 754,74 0

1993 828368384 2,33612 5,56006 0,000479 26,64 843,91 0

1994 822122684 2,59061 4,96131 0,000463 27,70 930,80 0

1995 846820433 3,04764 5,19332 0,000445 27,70 1048,67 0

1996 863002076 2,96571 4,79435 0,000413 13,82 1163,27 0

1997 828698369 2,67744 4,35472 0,000120 13,82 1088,74 0

1998 811140621 2,49095 3,35397 0,000125 13,82 4751,67 1

1999 836159630 2,05180 3,19540 0,000141 13,82 687,74 1

2000 1097143716 2,08190 3,40645 0,000104 13,82 800,04 1

2001 1265727521 1,92784 3,33792 0,000096 13,82 767,63 1

2002 1048411965 1,74082 2,82891 0,000111 10,64 923,72 1

2003 871146003 1,73707 3,00804 0,000117 10,57 1093,63 1

2004 880658849 1,95143 3,32672 0,000108 11,21 1180,38 1

2005 850547279 1,88741 3,34020 0,000102 11,84 1301,07 1

2006 949319768 1,80531 3,41566 0,000111 10,91 1635,53 1

2007 939001328 2,06445 4,07873 0,000110 9,30 1852,70 1

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 Keterangan :

M = Volume Impor TPT

PM = Harga Impor TPT

Pd = Harga Domestik TPT

R = Nilai Tukar Dollar Terhadap Rupiah

T = Tarif Impor TPT

Y = Pendapatan Per Kapita

Dkrisis = Dummy Krisis Ekonomi 0 = Sebelum Krisis Ekonomi 1 = Sesudah Krisis Ekonomi


(5)

Lampiran 10.

Regression Analysis: LnMt versus LnPMt; LnPdt; Rt; Tt; LnYt; Dkrisis The regression equation is

LnMt = 19,9 + 0,734 LnPMt + 0,797 LnPdt - 393 Rt - 0,0222 Tt - 0,125 LnYt + 0,504 Dkrisis

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 19,9112 0,9483 21,00 0,000 LnPMt 0,7344 0,3810 1,93 0,068 3,8 LnPdt 0,7974 0,3386 2,36 0,028 4,0 Rt -392,9 143,8 -2,73 0,012 2,9 Tt -0,02221 0,01244 -1,79 0,089 7,6 LnYt -0,1246 0,1288 -0,97 0,344 2,8 Dkrisis 0,5043 0,2138 2,36 0,028 7,1

S = 0,203043 R-Sq = 89,1% R-Sq(adj) = 86,0%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 6 7,0589 1,1765 28,54 0,000 Residual Error 21 0,8658 0,0412 Total 27 7,9246

Source DF Seq SS LnPMt 1 2,0205 LnPdt 1 1,5714 Rt 1 2,5641 Tt 1 0,6686 LnYt 1 0,0049 Dkrisis 1 0,2294

Unusual Observations

Obs LnPMt LnMt Fit SE Fit Residual St Resid 9 0,77 19,5862 20,0081 0,0769 -0,4220 -2,25R R denotes an observation with a large standardized residual. Durbin-Watson statistic = 1,43294


(6)

Lampiran 11. Uji Heteroskedastisitas

Fit t e d V a lue

R

e

s

id

u

a

l

21,0 20,5

20 ,0 19 ,5

0,3

0,2

0,1

0,0

- 0,1

- 0,2

- 0,3

- 0,4

- 0,5

R e si dua l s Ve r sus t he Fi t t e d Va l ue s

( r esp onse is Ln Mt)

Lampiran 12. Uji Kenormalan

RESI 4

P

e

rc

e

n

t

0 , 4 0 , 3 0 , 2 0 , 1 0 , 0 - 0 , 1 - 0 , 2 - 0 , 3 - 0 , 4 - 0 , 5

99

95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5

1

M ean

> 0, 150 - 1, 16732E- 14 St D ev 0, 1791

N 28

KS 0, 112

P- Valu e

P r o ba b i l i t y P l ot of R ES I 4 No r m a l