Tabel 39. Marjin Pemasaran Jeruk No Rantai Pemasaran
Marjin Rp 1
Petani - Pedagang Pengumpul 2.000
2 Petani - Pengirim Grosir
4.000 3
Petani - Pedagang Antar Kabupaten Provinsi 5.000
4 Pedagang Pengumpul - Pedagang Antar Kabupaten
Provinsi 3.000
5 Pengirim Grosir - Bandar di Pasar Induk
1.000 6
Pedagang Antar Kabupaten Provinsi - Pedagang Pengecer 1.500
7 Bandar di Pasar Induk - Pedagang Pengecer
1.500 8
Bandar di Pasar Induk - Pasar Modern 3.000
9 Pedagang Pengecer - Konsumen Pasar tradisionaleceran
2.000 10
Pasar Modern – Konsumen Pasar Modern 3.500
Berdasarkan data konsumsi buah-buahan hasil Susenas tahun 2009 konsumsi perkapita buah-buahan segar sebesar 32,59 Kg kapitatahun dan data
produksi Jeruk Kabupaten Karo tahun 2009 sebesar 890.091 ton, jika dari hasil susenas tersebut diasumsikan bahwa 0,5 adalah konsumsi untuk buah jeruk
maka konsumsi buah jeruk sebesar 0,162Kg tahun. Jumlah penduduk Kabupaten Karo tahun 2009 adalah 360.880 jiwa, sehingga total kebutuhan konsumsi jeruk
sebesar 58,462 ton. Artinya bahwa ada kelebihan sebesar 890.032,53 ton yang setiap tahunnya keluar dalam bentuk segar dari kabupaten Karo ke wilayah lain.
Berdasarkan hasil di lapangan terlihat bahwa hasil produksi jeruk di Kabupaten Karo semuanya di jual dalam bentuk segar raw material karena
dalam rantai pemasaran tidak terlihat adanya hubungan ke bentuk industri pengolahan maka nilai tambah dari sektor ini dapat dikatakan sangat kecil
terhadap wilayahnya. Hal ini memperbesar peluang terjadinya kebocoran wilayah. Dan hal ini juga didukung oleh pengolahan dari tabel struktur tabel Input-Output
bahwa sektor buah-buahan ini belum memiliki nilai keterkaitan dengan sektor pengolahan artinya bahwa sektor ini belum mampu menjadi penggerak untuk
tumbuhnya sektor perekonomian lainnya.
B. Tata Niaga Sayuran
Pada penelitian ini contoh komoditas yang dihitung nilai marjin tata niaganya untuk setiap elemen rantai pasokan adalah Kubis, kentang dan wortel.
Sayuran di ketiga wilayah dipasarkan ke beberapa pasar induk. Pengumpul dan pedagang besarbandar merupakan warga Tanah Karo, meskipun mereka bukan
merupakan warga asli dari wilayah penelitian ini. Sering terjadi bandar membeli sayuran dan menjualnya di los miliknya di pasar induk. Rantai tata niaga sayuran
melibatkan petani, pengumpul kecil, pengumpul besar, bandar, pedagang tradisional, pengecer dan konsumen. Transaksi dilakukan oleh petani dengan
pengumpul kecil, pengumpul besar dan bandar terjadi di dalam wilayah produksi. Saluran pemasaran sayuran kubis, kentang dan wortel dari pusat produksi ke
pusat pasar melalui rantai pemasaran sebagai berikut : 1
Pola Pertama : petani menjual sayuran kepada pedagang pengumpul, selanjutnya dijual kepada pedagang besar bandar dengan perlakuan khusus,
pedagang besar menjual kepada pedagang eceran di pusat pasar konsumen, kemudian pengecer menjualnya ke konsumen.
2 Pola kedua: petani menjual kepada pedagang pengumpul kemudian
pedagang pengumpul menjual ke pedagang eceran dan pengecer menjualnya langsung ke konsumen.
3 Pola ketiga : petani menjual sayuran ke pedagang pengumpul, selanjutnya
pengumpul langsung menjualnya ke konsumen di tempat-tempat yang telah disediakan.
Secara umum rantai tata niaga yang terjadi dapat digambar pada Gambar 20.
Gambar 20. Rantai Tata Niaga Sayuran Secara Umum Proses yang dilakukan oleh petani hanya pencucian dan tanpa pengemasan.
Pengumpul besar menerima hasil sayuran dari petani atau pengumpul kecil, melakukan proses penimbangan dan pembayaran secara tunai. Proses
pengumpulan dilakukan di rumah pengumpul atau di tempat-tempat tertentu yang telah disepakati bersama. Pengumpul besar lainnya ada juga berasal dari luar
wilayah produksi ini. Fungsi pemasaran yang dilakukan dalam hal ini adalah fungsi pertukaran
yaitu penjualan dan pembelian, fungsi fisik yaitu pengangkutan dan fungsi fasilitas yaitu grading, standardisasi dan penanggung resiko. Marjin pemasaran
Petani
Pedagang Pengumpul Kecil
Pedagang Pengumpul Besar
Bandar Pasar Induk
Pedagang Pasar Tradisonal
Pengecer
Konsumen Pedagang Antar Daerah
Grosir Pedagang Besar
Pasar Modern
yang terjadi dari pusat produksi Kabupaten Karo ke pusat pasar menyebar tidak merata diantara lembaga-lembaga pemasaran.
Sayuran yang diproduksi dan yang dianalisis di ketiga wilayah penelitian antara lain :
a. Komoditas Kubis .
Penyebaran marjin keuntungan sayuran kubis ke pusat pasar konsumen juga tidak merata. Hal ini disebabkan karena perbedaan harga di tingkat
produsen dan harga di tingkat konsumen yang terlalu besar. Tabel 40 Harga Kubis Yang Diterima Pada Setiap Lembaga Pemasaran
No Rantai Pemasaran Harga Yang Diterima Rp
1 Petani 862
2 Pedagang Pengumpul Kecil
900 3
Pedagang Pengumpul Besar 920
4 Bandar di Pasar Induk
1050 5
Grosir Pedagang Besar 1200
6 Pedagang Antar Daerah
1200 7 Pasar
Tradisonal 1250
8 Pedagang Pengecer
1300 9 Pasar
Modern 1500
10 Konsumen Pasar
tradisionaleceran 1400 11 Konsumen
Pasar Modern
1700 Tabel 41 Marjin Pemasaran Kubis
No Rantai Pemasaran Marjin Rp
1 Petani -
Pedagang Pengumpul Kecil
38 2
Pedagang Pengumpul Kecil - Pedagang Pengumpul Besar 20
3 Pedagang Pengumpul Besar - Bandar di Pasar Induk
130 4
Bandar di Pasar Induk – Grosir pedagang besar 150
5 Bandar di Pasar Induk – Pedagang Antar Daerah
150 6
Grosir pedagang besar - Pasar Modern 300
7 Grosir pedagang besar - Pasar tradisional
50 8
Pedagang Antar Daerah - Pasar Modern 300
9 Pedagang Antar Daerah- Pasar tradisional
50 10
Pasar tradisional - Pedagang Pengecer 50
11 Pedagang Pengecer - Konsumen Pasar tradisionaleceran
100 12
Pasar Modern – Konsumen Pasar Modern 200
b. Komoditi Kentang
Tingginya harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir memberikan marjin keuntungan pemasaran kentang cukup besar untuk pemasaran dari pusat
produksi ke pasar konsumen, sebaliknya rendahnya harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir kepada pedagang pengecer menyebabkan rendahnya
marjin keuntungan pemasaran kentang dari pusat produksi ke pusat pasar konsumen.
Tabel 42. Harga Kentang Yang Diterima Pada Setiap Lembaga Pemasaran No Rantai Pemasaran
Harga Yang Diterima Rp 1 Petani
2250 2
Pedagang Pengumpul Kecil 2400
3 Pedagang Pengumpul Besar
2500 4
Bandar di Pasar Induk 2700
5 Grosir Pedagang Besar
2850 6
Pedagang Antar Daerah 3900
7 Pasar Tradisional
4000 8 Pedagang
Pengecer 4100
9 Pasar Modern
5700 10 Konsumen
Pasar tradisionaleceran 4300
11 Konsumen Pasar
Modern 6200
Tabel 43. Marjin Pemasaran Kentang No Rantai Pemasaran
Marjin Rp 1 Petani
- Pedagang
Pengumpul Kecil 150
2 Pedagang Pengumpul Kecil - Pedagang Pengumpul Besar
100 3
Pedagang Pengumpul Besar - Bandar di Pasar Induk 200
4 Bandar di Pasar Induk – Grosir pedagang besar
150 5
Bandar di Pasar Induk – Pedagang Antar Daerah 1.200
6 Grosir pedagang besar - Pasar Modern
2.850 7
Grosir pedagang besar - Pasar tradisional 1.150
8 Pedagang Antar Daerah - Pasar Modern
1.800 9
Pedagang Antar Daerah- Pasar tradisional 100
10 Pasar tradisional - Pedagang Pengecer
100 11
Pedagang Pengecer - Konsumen Pasar tradisionaleceran 200
12 Pasar Modern – Konsumen Pasar Modern
500 c.
Komoditas Wortel Total marjin pemasaran pemasaran wortel dari pusat produksi ke konsumen
sebesarRp. 1100,00 Marjin keuntungan pemasaran wortel yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar 13,63 , pedagang besar 59,09 dan
pedagang pengecer sebesar 27,27. Dari hasil tersebut tampak bahwa
marjin keuntungan pemasaran yang lebih besar diterima oleh pedagang besar.
Tabel 44. Harga Wortel Yang Diterima Pada Setiap Lembaga Pemasaran No Rantai Pemasaran
Harga Yang Diterima Rp 1 Petani
850 2
Pedagang Pengumpul Kecil 900
3 Pedagang Pengumpul Besar
920 4
Bandar di Pasar Induk 1050
5 Grosir Pedagang Besar
1200 6
Pedagang Antar Daerah 1500
7 Pasar Tradisional
1700 8 Pedagang
Pengecer 1800
9 Pasar Modern
2000 10 Konsumen
Pasar tradisionaleceran 2350
11 Konsumen Pasar
Modern 2500
Tabel 45. Marjin Pemasaran Wortel No Rantai Pemasaran
Marjin Rp 1 Petani
- Pedagang
Pengumpul Kecil 50
2 Pedagang Pengumpul Kecil - Pedagang Pengumpul Besar
20 3
Pedagang Pengumpul Besar - Bandar di Pasar Induk 130
4 Bandar di Pasar Induk – Grosir pedagang besar
150 5
Bandar di Pasar Induk – Pedagang Antar Daerah 450
6 Grosir pedagang besar - Pasar Modern
800 7
Grosir pedagang besar - Pasar tradisional 500
8 Pedagang Antar Daerah - Pasar Modern
500 9
Pedagang Antar Daerah- Pasar tradisional 200
10 Pasar tradisional - Pedagang Pengecer
100 11
Pedagang Pengecer - Konsumen Pasar tradisionaleceran 550
12 Pasar Modern – Konsumen Pasar Modern
500 Jika diperhatikan pada Tabel 40, 41, 42, 43, 44 dan 45 terlihat bahwa
marjin yang ditimbulkan dari masing-masing komoditas pada setiap rantai pemasaran cukup beragam. Hal ini disebabkan karena semakin panjang rantai
pemasaran maka resiko yang ditanggung terhadap komoditas sayuran juga semakin besar. Produksi komoditas sayuran dari Kabupaten Karo memiliki
daerah konsumen yang relatif tersebar, kondisi demikian menyebabkan jarak pemasaran sayuran menjadi relatif jauh. Salah satu konsekuensinya adalah marjin
pemaaran sayuran yang meliputi biaya sewa alat pengangkutan, biaya pengepakan, resiko kerusakan selama pengangkutan dan keuntungan pedagang
yang akan relatif tinggi. Marjin pemasaran sayuran yang paling tinggi terjadi