Kelengkapan Sarana dan Prasarana Sistem Agribisnis

marjin keuntungan pemasaran yang lebih besar diterima oleh pedagang besar. Tabel 44. Harga Wortel Yang Diterima Pada Setiap Lembaga Pemasaran No Rantai Pemasaran Harga Yang Diterima Rp 1 Petani 850 2 Pedagang Pengumpul Kecil 900 3 Pedagang Pengumpul Besar 920 4 Bandar di Pasar Induk 1050 5 Grosir Pedagang Besar 1200 6 Pedagang Antar Daerah 1500 7 Pasar Tradisional 1700 8 Pedagang Pengecer 1800 9 Pasar Modern 2000 10 Konsumen Pasar tradisionaleceran 2350 11 Konsumen Pasar Modern 2500 Tabel 45. Marjin Pemasaran Wortel No Rantai Pemasaran Marjin Rp 1 Petani - Pedagang Pengumpul Kecil 50 2 Pedagang Pengumpul Kecil - Pedagang Pengumpul Besar 20 3 Pedagang Pengumpul Besar - Bandar di Pasar Induk 130 4 Bandar di Pasar Induk – Grosir pedagang besar 150 5 Bandar di Pasar Induk – Pedagang Antar Daerah 450 6 Grosir pedagang besar - Pasar Modern 800 7 Grosir pedagang besar - Pasar tradisional 500 8 Pedagang Antar Daerah - Pasar Modern 500 9 Pedagang Antar Daerah- Pasar tradisional 200 10 Pasar tradisional - Pedagang Pengecer 100 11 Pedagang Pengecer - Konsumen Pasar tradisionaleceran 550 12 Pasar Modern – Konsumen Pasar Modern 500 Jika diperhatikan pada Tabel 40, 41, 42, 43, 44 dan 45 terlihat bahwa marjin yang ditimbulkan dari masing-masing komoditas pada setiap rantai pemasaran cukup beragam. Hal ini disebabkan karena semakin panjang rantai pemasaran maka resiko yang ditanggung terhadap komoditas sayuran juga semakin besar. Produksi komoditas sayuran dari Kabupaten Karo memiliki daerah konsumen yang relatif tersebar, kondisi demikian menyebabkan jarak pemasaran sayuran menjadi relatif jauh. Salah satu konsekuensinya adalah marjin pemaaran sayuran yang meliputi biaya sewa alat pengangkutan, biaya pengepakan, resiko kerusakan selama pengangkutan dan keuntungan pedagang yang akan relatif tinggi. Marjin pemasaran sayuran yang paling tinggi terjadi pada komoditas kentang yakni pada rantai grosir ke pasar modern sebesar Rp. 2.850,00. Dalam nilai relatif harga konsumen, marjin pemasaran membentuk nilai yang diterima petani menjadi berbeda, hal ini disebabkan oleh : 1 Petani sayuran memilki posisi tawar yang relatif rendah dalam memasarkan hasil panennya. Kondisi demikian dapat terjadi akibat ketidak mampuan petani sayuran untuk menahan penjualannyadengan tujuan mendapatkan harga jual yang cukup tinggi. Ketidak mampuan petani tersebut dapat didorong oleh faktor komoditas sayuran umunya relatif lebih cepat busuk sedangkan di tingkat petani penerapan teknologi penyimpanan sayuran yang dapat memperlambat proses pembusukan masih sangat terbatas 2 Adanya kekuatan monopsonioligopsoni dalam pemasaran sayuran sehingga petani sayuran dihadapkan pada keterbatasa alternatif pemasaran. Tata niaga komoditas hortikultura khususnya sayuran untuk Supermarket, petani memiliki halangan. Petani Karo sudah ada yang mencoba memasuki pasar swalayan, namun karena rantai tata niaga yang terlalu panjang dan sarana penyimpanan serta pelayanan logistik yang kurang baik berakibat pada kurang terpenuhinya jumlah pasokan sesuai kebutuhan pasar swalayan. Hal ini membuat pola kemitraan antara petani dengan pasar swalayan masih sulit terlaksana. Namun demikian, ada beberapa petani yang berhasil menembus pasar tersebut meskipun hubungan dengan pasar swalayan masih tergantung pada produksi sesuai musim tanam, sehingga pola pemasaran ke swalayan tidak kontinu. Agar petani dapat memperoleh keuntungan yang lebih tinggi maka perlu dilakukan perbaikan signifikan terhadap rantai-rantai penawaran domestik. Peningkatan nilai tambah seyogyanya sudah dapat dilakukan di tingkat petani kelompok tani, dengan peningkatan proses pasca panen, maka diharapkan juga dapat menjadi pertimbangan terbukanya akses ke pasar-pasar swalayan. Meskipun elemen tata niaga selain petani memperoleh marjin yang lebih banyak, tetapi terdapat perspektif lainnya yaitu resiko yang harus ditanggung oleh setiap elemen dalam tata naga. Sifat produk hortikultura yang mudah sekali rusak dan tidak tahan lama, mengakibatkan resiko kerusakan harus ditanggung oleh petani, pengumpul, bandar, pengecer dan bahkan konsumen.