Adapun kebutuhan dan ketersediaan infrastruktur untuk pasar di tiap desa ditampilkan pada Tabel 32 ,data lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 32. Kebutuhan dan Ketersediaan Pasar No
Kecamatan Status Pasar Rata-rata Desa
1 Simpang Empat
- 2 Tiga
Panah -
3 Barus Jahe
+ Keterangan : - : Membutuhkan infrastruktur Pasar
+: Tersedia Jika dilihat dari Tabel 32, tiap-tiap desa di Kecamatan Tiga Panah dan
Simpang Empat masih membutuhkan infrastruktur pasar. Namun berdasarkan kebutuhannya dapat dianggap sangat kecil sehingga dianggap pasar yang ada di
ibukota kecamatannya sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan pasar desa, tetapi untuk kecamatan Simpang Empat tidak diperoleh pasar permanen maupun
yang non permanen. Jika dilihat dari kebutuhan per desa kebutuhan akan pasar juga relatif kecil. Hal-hal tersebut juga dapat di atasi karena jarak ke pasar
terdekat dari masing-masing desa masih relatif dekat dan dapat diakses dengan mudah. Untuk Kecamatan Barus Jahe ketersediaan pasar secara rata-rata per desa
sudah terpenuhi, gambaran pemenuhannya dapat dilihat Gambar 18.
Gambar 18. Status Ketersediaan Pasar Di Tiap-tiap Desa Di Ketiga Kecamatan
Kecamatan Simpang Empat
Kecamatan Tiga Panah Kecamatan
Barus Jahe
Sarana pendidikan terdiri dari TK, SD,SLTP dan SMU. Ketesediaan sarana pendidikan dan kebutuhannya ditampilkan pada Lampiran 7 dan 8. Ketersediaan
sarana pendidikan bila dibandingkan dengan jumlah kebutuhan yang disyaratkan masih belum terpenuhi atau jumlahnya masih di bawah jumlah yang ditetapkan
walaupun jumlah kebutuhan tersebut juga masih bernilai dibawah 1 satu yang berarti bahwa kebutuhan sarana tersebut masih dapat dipenuhi di wilayah yang
berdekatan dengan masing-masing desa, apalagi jarak ke Kabanjahe sebagai ibukota kabupaten juga tidak terlalu jauh dari masing-masing kecamatan tersebut.
Kebutuhan dan ketersediaan sarana pendidikan dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Kebutuhan dan Ketersediaan Sarana Pendidikan
No Kecamatan Status Kebutuhan dan Ketersediaan Sarana Pendiikan
rata-rata Per Desa TK
SD SLTP SMU
1 Simpang Empat -
+ +
- 2 Tiga
Panah -
+ +
- 3
Barus Jahe
- - - - Keterangan : - : dibutuhkan sarana pendidikan
Kebutuhan dan ketersediaan Pelayanan kesehatan di tiap desa ditampilkan pada Lampiran 9. Jumlah Pelayanan Kesehatan yang tersedia bila dibandingkan
dengan kebutuhannya sudah dapat terpenuhi dengan baik, bahkan jauh melampaui ketentuan standar yang ditetapkan. Bahkan di beberapa desa sudah terdapat
Puskemas Pembantu, klinik dokter dan bidan sebagai pelayan kesehatan masyarakat. Puskesmas rata-rata hanya ditemui di masing-masing ibukota
kecamatan. Kebutuhan dan ketersediaan sarana pendidikan dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Kebutuhan dan Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan No Kecamatan
Status Kebutuhan dan Ketersediaan Rata-rata Sarana Pelayanan Kesehatan Per desa
Fasilitas Kesehatan Para Medis
1 Simpang Empat +
+ 2 Tiga
Panah +
+ 3 Barus
Jahe +
+ Keterangan : + : tersedia
Berdasarkan kelengkapan fasilitas yang ada di ketiga wilayah kecamatan, maka prasarana dasar pendidikan dan kesehatan sudah cukup berkembang. Untuk
fasilitas pendidikan dapat ditunjang dengan keberadaan sarana pendidikan di ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten. Prasarana penunjang pasar juga sudah
berkembang baik untuk toko grosir, eceran, dan warung. Berdasarkan kelengkapan jumlah fasiltas yang ada di ketiga wilayah
tersebut yaitu dari fasilitas yang dianalisa, maka fasiltas yang terlengkap adalah fasilitas fasilitas umum bidang pelayanan kesehatan, pasar, KUDKoperasi,
sementara untuk fasilitas umum bidang pendidikan masih dibutuhkan.
5.2.2.2. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Sistem Agribisnis
Kelengkapan sarana dan prasarana sistem agribisnis dianalisis berdasarkan ketersediaan yang ditemukan di lapangan. Alsin hortikultura terbagi menjadi 4
empat kategori yakni: 1 alsin budidaya pertanian, 2 alsin pasca panen, 3 alsin pengolahan dan 4 alsin pemasaran.
Alsin budidaya terdiri dari shading net, perangkap serangga,power sprayer, mesin babat, tarktor mini dan screen house. Alsin pasca panen antara lain adalah
timbangan, tangga pemanenan buah, wrapping, packing house dan alat pengepress paking plastik. Alsin pengolahan terdiri dari alat perajang, alat pembuka, blender
pengolahan hasil, dan lain-lain namun untuk ketiga wilayah tersebut alsin pengolahan tersebut belum tersedia. Alsin pemasaran adalah truck dan sorong
roda dua. Berdasarkan sarana dan prasarana agribisnis yang tersedia di ketiga wilayah,
kecuali alsin pengolahan, ketiga sarana dan prasarana tersebut menyebar secara merata di masing-masing kecamatan.
Industri pengolahan belum berkembang. Banyak potensi hortikultura yang dapat dikembangkan menjadi olahan. Namun masih terdapat pola pikir bahwa bila
dengan produk segar sudah dapat dijual, sehingga tidak perlu diolah menjadi produk olahan.
Berdasarkan Tabel 35 terlihat bahwa Kecamatan Tiga Panah telah memiliki potensi untuk pengembangan agribisnis hortikultura dalam hal luas wilayah dalam
usaha tani hortikultura dan fasilitas pasar. Untuk Kecamatan Simpang Empat berpotensi dalam luasan pengusahaan hortikultura. Industri pengolahan
hortikultura masih dibutuhkan di tiga kecamatan tersebut.
Tabel 35 Ringkasan Kelengkapan Sarana Prasarana Wilayah dan Agribisnis
Kecamatan Fasilitas Subsistem
Agribisnis
Pasar Permo
dalan Umum
Hulu Usahatani terhadap
luas lahan kering
Hilir Jasa Layanan
Simpang Empat Pasar Desa
petani, pengumpul
KUD -Kesehatan -Pendidikan
SD-SLTP Kios
Saprodi, KUD
73,353 Pasca Panen
Kelompok Tani
penyuluhan, pelatihan
Tiga Panah Pasar
Kecamatan Petani,
pengumpul, grosir,
eceran KUD
-Kesehatan -Pendidikan
SD-SLTP Kios
Saprodi, KUD
13,098 Pasca
Panen Kelompok
Tani penyuluhan,
pelatihan
Barusjahe Pasar Desa
petani, pengumpul
KUD -Kesehatan
-Pendidikan SD-SLTP
Kios Saprodi,
KUD 22,764
Pasca Panen
Kelompok Tani
penyuluhan, pelatihan
5.2.3. Tata Niaga Hortikultura
Tantangan masa datang untuk mengantisipasi permintaan pasar adalah melalui pelaksanaan : 1 menciptakan teknologi yang mampu meningkatkan
produksi pertanian, baik kualitas maupun kuantitasnya dan 2 menciptakan nilai tambah serta meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya.
Pada sektor agribisnis hortikultura di kawasan sentra produksi hortikultura setiap kegiatan agribisnis mulai dari kegiatan pengadaan sarana produksi,
kegiatan produksi, hingga kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil, serta kegiatan jasa penunjang umumnya dilakukan oleh pelaku agribisnis yang
berbeda. Ada tiga faktor utama yang menyebabkan struktur agribisnis menjadi
tersekat-sekat dan kurang memiliki daya saing yaitu : 1 tidak ada keterkaitan fungsional yang harmonis antara setiap kegiatan atau pelaku agribisnis, 2
terbentuknya margin ganda sehingga ongkos produksi, pengolahan dan pemasaran hasil yang harus dibayar konsumen menjadi lebih mahal, sehingga
sistem agribisnis berjalan tidak efisien, 3 tidak adanya kesetaraan posisi tawar antara petani dengan pelaku agribisnis lainnya, sehingga petani sulit
mendapatkan harga pasar yang wajar.
Dalam agribisnis hortikultura ada beberapa kekhasan antara lain: 1 usahatani yang dilakukan lebih berorientasi pasar tidak konsisten, 2 bersifat
padat modal, 3 resiko harga relatif besar karena sifat komoditas yang cepat rusak dan 4 dalam jangka pendek harga relatif berfluktuasi. Hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian Sudaryanto, et.al 1993 yang mengemukakan bahwa petani buah unggulan di sentra produksi pada saat panen raya berada pada
posisi lemah. Lebih lanjut Rachman 1997 mengungkapkan rata-rata perubahan harga ditingkat produsen lebih rendah dari rata-rata perubahan
harga ditingkat pengecer, sehingga dapat dikatakan bahwa efek transmisi harga berjalan tidak sempurna Imperfect price transmission
Kelembagaan pemasaran yang berperan dalam memasarkan komoditas pertanian hortikultura dapat mencakup petani, pedagang pengumpul, pedagang
perantaragrosir dan pedagang pengecer Kuma’at, 1992. Permasalahan yang timbul dalam sistem pemasaran hortikultura antara lain : kegiatan pemasaran
yang belum berjalan efisien Mubyarto, 1989. Artinya bahwa sistem pemasaran belum mampu menyampaikan hasil pertanian dari produsen kepada konsumen
dengan biaya yang murah dan belum mampu mengadakan pembagian balas jasa yang adil dari keseluruhan harga konsumen terakhir kepada semua pihak yang
ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran komoditas pertanian tersebut. Pembagian yang adil dalam konteks tersebut adalah pembagian balas
jasa fungsi-fungsi pemasaran sesuai kontribusi masing - masing kelembagaan pemasaran yang berperan.
Menurut Saefudin dalam Nurmalinda, et al. 1997 ; Thomas, Nurmalinda, dan Adiyoga 1995 yang sangat penting menjadi perhatian ialah sistem
tataniaga yang efisien, bagaimana masing-masing lembaga niaga yang terlibat memperoleh imbalan yang adil. Dengan demikian hubungan antara harga,
produksi dan tataniaga mempunyai kaitan yang erat, dimana petani sebagai produsen dan lembaga tataniaga dengan fungsi tataniaga yang dilakukannya
masing-masing mempunyai peranan yang menentukan dan saling mempengaruhi Setyawati, et al. 1990.
Hasil penelitian Gonarsyah 1992, menemukan bahwa yang menerima marjin keuntungan terbesar dalam pemasaran hortikultura dari pusat produksi
ke pusat konsumsi DKI Jakarta adalah pedagang grosir. Juga ditemukan bahwa, marjin keuntungan pemasaran yang diterima pedagang yang
memasukkan buahnya ke PIKJ Pasar Induk Kramat Jati lebih rendah dari pedagang yang memasarkan langsung buahnya ke pasar-pasar eceran.
Tata niaga hortikultura terbagi menjadi tata niaga untuk komoditas sayur- sayuran dan buah-buahan. Tata niaga untuk komoditas tersebut melibatkan
pengumpul, bandar, pedagang, dan lain-lain sebelum akhirnya sampai ke konsumen. Tujuan pemasaran untuk komoditas tersebut lebih banyak dipasarkan
ke pasar yang berada di luar wilayah produksi. Tata niaga hortikultura dianalisis berdasarkan nilai proporsi marjin harga dan proporsi marjin laba keuntungan.
Proporsi marjin laba keuntungan sudah memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan, sedangkan proporsi marjin harga memperhitungkan harga jual suatu
komoditas. Komoditas yang dianalisis dibatasi pada jenis-jenis tanaman hortikultura yang merupakan komoditas unggulan wilayah Tanah Karo.
5.2.3. 1.Tata Niaga Buah-buahan dan Sayur- Sayuran
Tata niaga sebagai suatu keragaan dari semua usaha yang mencakup kegiatan dalam arus barang dan jasa, mulai dari titik usahatani sampai di tangan
konsumen akhir, yaitu melihat segala sesuatu yang terjadi diantara petani dan kosumen. Pemasaran merupakan proses perdagangan, melalui proses ini produk-
produk disesuaikan dengan pasar dan melalui proses ini terjadi pengalihan kepemilikan. Dalam pengangkutan komoditas pertanian dari petani ke konsumen
akan mengalami berbagai macam resiko dan memerlukan penanganan yang memerlukan biaya dan hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan harga yang
diterima oleh petani sebagai produsen dan harga yang diterima oleh masing- masing kelembagaan yang ada. Perbedaan harga ini disebut sebagai marjin
pemasaran. Tinggi rendahnya biaya yang diperlukan ini berpengaruh terhadap besarnya marjin pemasaran dan harga yang diterima petani. Marjin dalam suatu
pemasaran dapat menunjukkan baiknya sistem pemasaran tersebut berjalan. Pada tulisan ini akan diuraikan pemasaran pada berbagai bentuk
kelembagaan pemasaran sayur-sayuran dan buah-buahan. Komoditas utama untuk buah-buahan yang diteliti adalah buah jeruk di Kabupaten Karo yang