III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Peningkatan perekonomian daerah dapat di lakukan melalui integrasi berbagai sektor yang ada di dalam wilayah. Hal tersebut berarti bahwa
peningkatan perekonomian wilayah dapat dilakukan dengan memberdayakan sumberdaya lokal yang ada di dalam wilayah itu sendiri. Dengan pemanfaatan
sumberdaya lokal yang ada dengan sebaik-baiknya diharapkan dapat meningkatkan proses income multiplication serta dapat menghindari terjadinya
kebocoran wilayah regional leakage. Kontribusi PDRB K a b u p a t e n K a r o pada tahun 2009 berasal dari
sembilan sektor sebagai kontributor utama yaitu sektor pertanian,sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri, listrik, gas dan air bersih, sektor
bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa,
dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17 pada tahun 2009 dan 5,21 pada tahun 2008.
Pemilihan sektor prioritas di Kabupaten Karo merupakan suatu upaya pemerintah dalam mewujudkan perekonomian yang lebih baik. Sektor
prioritas tersebut mampu menarik sektor-sektor lainnya untuk bergerak secara sinergis sehingga dapat meningkatkan perekonomian di wilayahnya. Sektor
pertanian khususnya subsektor hortikultura dianggap mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat yang lebih layak dari
sebelumnya. Hal ini dapat dilihat bahwa subsektor hortikultura memiliki potensi dalam peningkatan nilai tambah khususnya bagi sektor pertanian
sekaligus dapat memperluas penyerapan tenaga kerja. Hortikultura sebagai bagian dari sektor pertanian khususnya tanaman bahan makanan merupakan satu
lapangan usaha yang dapat menyerap banyak tenaga kerja dan berbagai jenis komoditasnya dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri pengolahan.
Sumber-sumber pertumbuhan pembangunan pertanian yang dapat memicu pertumbuhan wilayah, meliputi : peningkatan produktivitas sumberdaya pertanian,
peningkatan nilai tambah komoditas pertanian, peningkatan peluang pasar dengan pengembangan produk berdaya saing tinggi dan peningkatan investasi dengan
penciptaan iklim investasi yang menarik. Bila diperhatikan lebih lanjut, sumber- sumber pertumbuhan pembangunan pertanian tersebut merupakan bagian dari
konsep agribisnis. Peran subsektor hortikultura dalam struktur perekonomian Kabupaten
Karo dapat dikaji melalui analisis Input-Output. Peran tersebut dapat dilihat berdasarkan pembentukan struktur permintaan dan penawaran, konsumsi
masyarakat dan pemerintah, investasi, ekspor dan impor, nilai tambah bruto, dan struktur output sektoral, keterkaitan dan kepekaan antar sektor, dampak
terhadap multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja. Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat bagaimana hubungan suatu
sektor dengan sektor yang lain dalam perekonomian yang dapat dilihat melalui keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan. Keterkaitan ke belakang akan
melihat hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir pada sektor tertentu terhadap total pembelian input semua
sektor dalam perekonomian. Keterkaitan ke depan akan melihat hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir
suatu sektor terhadap total penjualan output semua sektor dalam perekonomian. Kondisi perekonomian Kabupaten Karo tahun 2009 yang diukur
berdasarkan perkembangan Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan pertumbuhan, walaupun tidak terlalu besar
yakni sebesar Rp. 3.175.599.350. Pada tahun 2008 nilai PDRB Kabupaten Karo sebesar Rp.3.019.387.588 dan tahun 2002 sebesar Rp. 2.869.736.960. Sektor
pertanian mendominasi struktur perekonomian di Kabupaten Karo. Hal ini dibuktikan dengan besarnya sumbangan sektor ini dalam pembentukan PDRB
Kabupaten Karo tahun 2008 yang mencapai 59,77 . Sub sektor pertanian yang mendominasi nilai PDRB Kabupaten Karo adalah berasal dari Sub sektor
Hortikultura dan Tanaman Pangan yang dikelompokkan dalam Sektor Bahan Makanan yakni sebesar 95,24 terhadap nilai total sumbangan PDRB dari
sektor Pertanian, atau sekitar 77,90 terhadap nilai PDRB Kabupaten Karo. Tingkat kepekaan suatu sektor akan dianalisis melalui mekanisme pasar
output yang akan dilihat melalui analisis penyebaran. Analisis yang lain yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis multiplier. Analisis tersebut
digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan dan penurunan output, seberapa besar peningkatan pendapatan akibat perubahan output dan seberapa
besar penyerapan tenaga kerja akibat perubahan output dalam perekonomian. Dalam menentukan strategi pengembangan subsektor hortikultura,
pemerintah dapat memilih s u b s i s t e m a g r i b i s n i s h o r t i k u l t u r a g una lebih memfokuskan pengembangan agribisnis hortikultura di Kabupaten Karo.
Pemilihan s u b s i s t e m dapat dilakukan dengan cara melihat ranking sektor tersebut. Kriteria penentuan ranking dapat dilihat dari nilai koefisien penyebaran
dan kepekaan penyebaran. Jika koefisien dan kepekaan penyebaran suatu sektor tinggi maka s u b s i s t e m tersebut berada pada prioritas pertama. Jika
koefisien penyebaran tinggi dan kepekaan penyebaran rendah maka berada pada posisi kedua, jika koefisien penyebaran rendah dan kepekaan penyebaran
tinggi maka berada pada posisi ketiga dan jika koefisien dan kepekaan penyebaran sama-sama rendah maka dapat disimpulkan sektor tersebut berada
pada posisi keempat. Selain itu, dalam menentukan s u b s i s t e m prioritas dapat juga melihat
jumlah nilai multiplier yang telah distandarisasi. Standarisasi dilakukan dengan membagi setiap multiplier masing-masing s u b s i s t e m dengan nilai rata-rata
multiplier semua s u b s i s t e m . Jumlah nilai multiplier standarisasi tertinggi merupakan s u b s i s t e m yang dapat diprioritaskan karena nilai tersebut
mencerminkan kontribusi yang diberikan suatu s u b s i s t e m jika s u b s i s t e m tersebut mengalami peningkatan output. Su b s i s t e m prioritas
diperoleh dengan mengkombinasikan setiap kategori penentuan prioritas yang telah dipaparkan sebelumnya. Strategi pengembangan subsektor hortikultura
dilakukan dengan memilih beberapa s u b s i s t e m yang dapat dijadikan s u b s i s t e m prioritas.
Menurut Saragih 2001, konsep agribisnis dikembangkan dengan ditandai ciri :
1. Berubahnya orientasi kegiatan ekonomi dari yang berorientasi peningkatan
produk kepada berorientasi pasar.