Luas Penguasaan Lahan Petani Responden

dan didatarkan dengan baik. Selanjutnya dilakukan pembentukan garis tanam yang lurus dan jelas dengan cara menarik alat garis tanam yang sudah dipersiapkan sebelumnya serta dibantu dengan tali yang dibentang dari ujung ke ujung lahan. 2. Tanam Umur bibit padi yang digunakan sebaiknya kurang dari 21 hari. Bibit yang digunakan sebanyak 1-3 bibit per lubang tanam pada perpotongan garis yang sudah terbentuk. Cara laju tanam sebaiknya maju agar perpotongan garis untuk lubang tanam dapat terlihat dengan jelas. Namun apabila kebiasaan tanam mundur juga tidak menjadi masalah, yang penting populasi tanaman yang ditanam dapat terpenuhi. Pada alur pinggir kiri dan kanan dari setiap barisan legowo, populasi tanaman ditambah dengan cara menyisipkan tanaman di antara 2 lubang tanam yang tersedia. pemupukan pada legowo 2 : 1 boleh dengan cara ditabur di tengah alur dalam barisan legowonya. 3. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan cara tabur. Posisi orang yang melakukan pemupukan berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Pupuk ditabur ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melalukan pemupukan 2 barisan legowo. Khusus cara pemupukan pada legowo 2 : 1 boleh dengan cara ditabur di tengah alur dalam barisan legowonya. 4. Penyiangan Penyiangan bisa dilakukan dengan tangan atau dengan menggunakan alat penyiangan seperti landakgasrok. Apabila penyiangan dilakukan dengan alat siang, cukup dilakukan ke satu arah sejajar legowo dan tidak perlu dipotong seperti penyiangan pada cara tanam bujur sangkar. Sisa gulma yang tidak tersiang dengan alat siang di tengah barisan legowo bisa disiang dengan tangan, bahkan sisa gulma pada barisan pinggir legowo sebenarnya tidak perlu diambil karena dengan sendirinya akan kalah persaingan dengan pertumbuhan tanaman padi. 5. Pengendalian Hama dan Penyakit HPT Pada pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan alat semprot atau handsprayer, posisi orang berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Penyemprotan diarahkan ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melakukan penyemprotan 2 barisan legowo. 6. Panen Panen dilakukan dua kali dalam satu tahun. Panen padi dilakukan dengan menggunakan sabit. Setelah di panen padi dirontokan dengan cara memukul batang padi ke kayu hingga gabah berjatuhan. Gabah yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu gabah kering panen dan gabah kering giling. Petani biasa menjual gabah kering panen ke para tengkulak. Penggunaan Input dan output yang dihasilkan usahatani padi sistem tanam jajar legowo dengan sistem tegel. Secara teknis penggunaan input-input pada usahatani padi sistem tanam jajar legowo dengan sistem tanam tegel berbeda. Secara keseluruhan jumlah input yang digunakan pada usahatani padi sistem tanam jajar legowo leih banyak dibandingkan dengan usahatani padi sistem tanam tegel, namun demikian jumlah benih yang digunakan pada sistem tanam jajar legowo lebih sedikit dibandingkan dengan sostem tanam tegel. Adapun pupuk yang digunakan pada sistem tanam jajar legowo lebih banyak diabndingkan dengan pupuk yang digunakan pada sistem tanam tegel, jenis pupuk yang digunakan pada sistem tanam jajar legowo lebih bermacam-macam seperti pupuk organik, pupuk urea, pupuk sp 36, NPK, dan pupuk kandang. Sedangkan pada usahatani padi sistem tanam tegel tidak menggunakan pupuk kandang, dan pupuk organik yang digunakan lebih sedikit dibandingkan pada usahatani padi sistem tanam jajar legowo. Berikut adalah jumlah yang digunakan pada usahatani padi sistem tanam jajar legowo dan sistem tanam tegel.

1. Penggunaan benih

Penggunaan benih dalam usahatani padi memiliki kontribusi sebesar 3,28 persen dalam usahatani padi sistem tanam jajar legowo dan 5,72 persen dalam usahatani padi sistem tanam tegel. Terdapat perbedaan penggunaan benih pada usahatani padi sistem tanam jajar legowo dengan sistem tanam tegel hal tersebut diakrenakan jumlah bibit per lubang tanam berbeda antara sistem tanam jajar legowo dengan sistem tanam tegel. Benih padi berasal dari toko pertanian yang ada di kelurahan situ mekar adaapun jenis benih yang digunakan yaitu impari 13. Dengan harga per kilogram berkisar antara Rp 9 000,- sampai dengan Rp 12 000. Jumlah benih yang digunakan oleh petani baik petani sistem tanam jajar legowo maupun petani sistem tanam tegel melebihi dosis yang dianjurkan oleh pemerintah, sehingga penggunaan benih berlebihan. Penggunaan benih yang berlebihan akan mengakibatkan kurang optimalnya jumlah produksi yang dihasilkan. Selain itu biaya yang dikeluarkan lebih besar, serta dapat mengurangi pendapatan yang diterima serta biaya menjadi kurang efisien.

2. Penggunaan pupuk organik dan pupuk kandang

Pupuk organik yang digunakan oleh petani sistem tanam jajar legowo dan petani sistem tanam tegel di Kelurahan Situmekar berupa pupuk organik dan pupuk kandang. Pupuk organik merupakan bantuan dari dinas pertanian setempat. Pupuk organi diberikan kepada setiap kelompok tani dan dijual kepada anggota kelompok tani. Harga pupuk organik yaitu sebesar Rp 500 per kilogram. Kontribusi pupuk organik pada sistem tanam jajar legowo yaitu sebesar 37,81 persen sedangkan pada sistem tanam tegel sebesar 12,40 persen. Selain pupuk organik, petani sistem tegel juga menggunakan pupuk kandang dengan kontribusi sebesar 4,20 persen pada usahatani padi sistem tanam jajar legowo, sedangkan pada petani sistem tegel adalah nol persen, dimana petani sistem tegel yang menjadi responden tidak menggunakan pupuk kandang. Pupuk kandang berasal dari para peternak yang ada di kelurahan Situmekar, harga dari pupuk kandang yaitu sebesar Rp 300 per kilogram. Penggunaan pupuk organik dan pupuk kandang digunakan oleh petani sistem tanam jajar legowo karena produksi yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan tanpa pupuk organik seperti kualitas gabah dan beras yang dihasilkan lebih baik. Namun demikian, ada beberapa kekurangan dalam menggunakan pupuk organik diantaranya yaitu pertumbuhan padi dengan menggunakan pupuk organik lebih lambat dibandingkan dengan pupuk kimia. Selain itu warna daun kurang baik jika dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia, serta waktu produksi padi dengan menggunakan pupuk organik lebih lama didandingkan dengan pupuk kimia. Sehingga meskipun petani sistam tanam jajar legowo sudah menggunakan pupuk organik, namun petani masih mencapur dengan menggunakan pupuk kimia.

3. Penggunaan pupuk kimia

Pupuk kimia yang digunakan oleh petani sistem tanam jajar legowo dan petani sistem tanam tegel yaitu pupuk urea, pupuk SP 36, pupuk NPK, dan pupuk TSP. NPK merupakan pupuk yang memiliki kontribusi paling besar yaitu sebesar 21,28 persen pada usahatani padi sistem jajar legowo dan sebesar 45,82 pesen pada usahatani padi sistem tegel. Besarnya petani sistem tanam jajar legowo dengan petani sistem tegel dalam menggunakan NPK, karena zat-zat yang terdapat pada pupuk NPK sudah lengkap dan baik dalam membantu proses porduksi padi. Pupuk NPK diperoleh petani dari toko pertanian yang ada di kelurahan Situmekar dengan harapa Rp 2 440 per kilogram. Selain NPK jumlah pupuk yang banyak digunakan oleh petani yaitu pupuk urea, dimana memiliki kontribusi sebesar 23,20 persen pada usahatani sistem jajar legowo dan 28,94 persen pada usahatani sistem tanam tegel. Pupuk uera didapatkan petani dari toko pertanian yang ada di kelurahan Situmekar dengan harga Rp 2 500 per kilogram. Adapun pupuk kima lain yang digunakan yaitu pupuk SP 36 dan pupuk TSP. Pupuk SP 36 memiliki kontribusi sebesar 10,07 persen pada usahatani padi sistem tanam jajar legowo dan sebesar 4,28 persen pada usahatani padi sistem tanam tegel. Sedangkan pupuk TSP memiliki kontribusi sebesar 0,17 persen pada usahatani padi sistem tanam jajar legowo dan 2,85 persen pada usahatani padi sistem tegel. Pupuk SP 36 dan TSP dapat diperoleh petani dari toko pertanian setempat dengan harga Rp 1 250 per kilogram dan Rp 2 440 per kilogram. Penggunaan pupuk baik petani sistem tanam jajar legowo maupun petani sistem tegel saat ini masih melebihi dosis anjuran pemerintah. Sehingga produksi yang dihasilkan belum optimal. Penggunaan pupuk yang berlebihan mengakibatkan unsur hara tanaman berelbihan, sehingga padi tidak dapat tumbuh dengan baik. Selain itu biaya yang dikeluarkan untuk pupuk akan lebih besar dan keuntungan petani akan semakin berkurang. Tabel 16 menggambarkan penggunaan input yang digunakan petani sistem tanam jajar legowo dan sistem tanam tegel. Tabel 16 Jumlah input yang digunakan Komponen Input Dosis anjuran pemerintah sumber Harga per satuan Rp Jajar Legowo Tegel jumlah kg Jumlah Kg Persentase Jumlah Kg Persentase Benih 25 35,16 3,28 41,75 5,72 Toko pertanian 9000- 12.000 Pupuk Organik 405,6 37,81 90,5 12,40 Bantuan pemerintah 500 Pupuk Urea 100 248,88 23,20 211,25 28,94 Toko pertanian 2.500 Pupuk SP 36 100-150 108 10,07 31,25 4,28 Toko pertanian 1250 Pupuk NPK 300 228,24 21,28 334,5 45,82 Toko pertanian 2440 Pupuk TSP 1,8 0,17 20,8 2,85 Toko pertanian 2.440 Pupuk Kandang 1000 45 4,20 0,00 Peternak 300 Total 1072,68 100 730,08 100 Sumber: Data Primer, 2014

4. Penggunaan input tenaga kerja

Selain penggunaan input variabel seperti benih dan pupuk, tenaga kerja merupakan faktor penting dalam melakukan usahatani padi baik menggunakan sistem tanam jajar legowo maupun sistem tanam tegel. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi sistem tanam jajar legowo lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan sistem tanam tegel, baik itu tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga. Jumlah penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi sistem tanam jajar legowo yaitu sebesar 38,85 HOK sedangkan pada usahatani padi sistem tanam tegel yaitu sebesar 32,45 HOK. Jumlah penggunaan tenaga kerja yang paling besar pada usahatani padi sitem tanam jajar legowo dan usahatani padi sistem tanam tegel yaitu penggunaan tenaga kerja luar keluarga yang memiliki kontribusi sebesar 75,67 persen pada usahatani padi sistem tana jajar legowo dan 70,51 persen. Sistem pembayaran tenaga kerja luar keluarga adalah dengan sistem upah yang dibayarkan secara tunai dengan perhitungan per hari. Selain itu pada sebagian petani selain membayar upah secara langsung juga memberikan natura berupa makan siang. Adapun penggunaan tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan pada usahatani padi sistem tanam jajar legowo adalah sebesar 11,46 HOK dan pada sistem tanam tegel yaitu 26,18 HOK. Tenaga kerja dalam keluarga tidak dibayar dengan menggunakan sistem upah, namun demikian tetap diperhitungkan dengan disetarakan dengan upah yang diberikan kepada tenaga kerja luar keluarga yaitu Rp 40 000,- per hari untuk tenaga kerja pria dan Rp 30 000.- untuk tenaga kerja wanita. Tabel 17 Kebutuhan tenaga kerja usahatani padi Komponen Input Jajar Legowo Tegel Jumlah HOK Persentase Jumlah HOK Persentase Tenaga Kerja Luar Keluarga Pengolahan Lahan 9,59 24,69 9,11 28,06 Pelumpuran 3,38 8,69 1,88 5,77 Persemaian 0,09 0,24 0,58 1,77 Penanaman 7,17 18,45 7,41 22,83 Penyiangan 1,69 4,34 0,73 2,23 pemupukan 0,04 0,10 0,44 1,35 HPT 0,12 0,31 0,06 0,19 Panen 5,32 13,69 4,38 13,47 Total tenaga kerja luar keluarga 27,40 70,51 24,58 75,67 Tenaga Kerja dalam Keluarga Pengolahan Lahan 0,56 1,45 1,44 4,43 Pelumpuran 0,78 2,01 1,19 3,66 Persemaian 0,80 2,06 0,61 1,89 Penanaman 7,17 18,45 0,93 2,85 Penyiangan 0,56 1,43 1,15 3,54 pemupukan 0,50 1,29 0,83 2,54 HPT 0,61 1,56 0,85 2,62 Panen 0,48 1,24 0,91 2,81 Total Tenaga kerja dalam keluarga 11,46 29,49 7,90 24,33 Total 38,85 100,00 32,48 100,00 Sumber : Data Primer,2014 Berdasarkan tabel 17 diketahui bahwa jumlah penggunaan tenaga kerja usahatani sistem tanam jajar legowo lebih besar dibandingkan penggunaan tenaga kerja sistem tanam tegel. Perbedaan jumlah tenaga kerja yang digunakan paling besar yaitu pada kegiatan penanaman dan pada kegiatan panen. Tenaga kerja yang dibutuhkan usahatani padi sistem tanam jajar legowo pada kegiatan pananaman lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi sistem anam tegel disebabkan oleh jarak tanam pada sistem tanam jajar legowo berbeda pada baris paling luar dan barisan dalam, dimana jarak pada barisan paling luar lebih sempit dibandingkan barisan dalam sehingga dibutuhkan waktu tanam yang lebih lama karena jarak tanam yang tidak simetris dan ada bagian yang dikosongkan. Oleh karena itu dibutuhkan tenaga kerja lebih banyak dibandingkan pada sistem tanam tegel. Pada kegiatan panen dibutuhkan tenaga kerja lebih banyak dikarenakan jumlah produksi ada usahatani padi sistem tanam jajar legowo lebih besar dibandingkan pada sistem tanam tegel. Sehingga dibutuhkan waktu serta jumlah tenaga kerja yang lebih banyak. Selain itu biaya tenaga kerja untuk kegiatan panen pada usahatani padi sistem