Karakteristik pertanian di kelurahan Situmekar

Tabel 9. Jumlah penduduk berdasarkan mata pecaharian di kelurahan situmekar No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Orang Persentase 1 Petani 749 15,61 2 PNS 46 0,96 3 Pegawai Swasta 208 4,34 4 TNI AD 5 0,10 5 TNI AL 0,00 6 TNI AU 0,00 7 POLRI 3 0,06 8 Pensiunan.VeteranPurnawirawan 11 0,23 9 PedagangWiraswasta 518 10,80 10 Buruh 549 11,44 11 Buruh Kasar 610 12,71 12 PelajarMahasiswa 625 13,03 13 PengangguranIRTdll 1474 30.72 Total 4798 100,00 Sumber: Program Penyuluh Pertanian Kelurahan Situmekar, 2014 Karakteristik Responden Karakteristik responden akan diuraikan yaitu berupa umur petani, tingkat pendidikan, status kepemilikan, luas penggunaan petani, dan pengalaman berusahatani.

a. Umur petani

Berdsarkan hasil kajian di kelurahan Situmekar terdapat perbedaan kelompok umur yang dominan untuk responden petani yang menggunakan sistem tanam jajar legowo dan sistem tanam tegel. Responden yang menggunakan teknologi sistem tanam jajar legowo 30 persen berumur 40-49 tahun dan 30 persen berumur diantara 60-69 tahun. Sementara itu untuk responden petani yang menggunakan sistem tanam tegel sebanyak 60 persen responden berumur di anatara 60-69 tahun. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan bahwa petani yang menggunakan sistem tanam jajar legowo merupakan petani muda dapat menerima teknologi baru untuk mengembangakan usahatani padi yang dijalankannya. Sementara itu sebagian besar dari petani yang menggunakan sistem tegel merupakan petani berpengalaman yang sudah lama menggunakan sistem tegel. Tabel 10 Penggolongan responden berdasarkan umur Kelompok Umur Petani Jajar Legowo Petani Tegel Jumlah orang Persentase Jumlah orang persentase 30-39 1 5 1 10 40-49 6 30 50-59 4 20 2 20 60-69 6 30 6 60 70 3 15 1 10 Jumlah 20 100 10 100 Sumber: Data Primer, 2014 Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahawa sebagian besar petani yang melakukan usahtani padi berumur lebih dari 40 tahun. Hal tersebut menunjukan bahwa baik usahatani padi dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo maupun usahatani padi dengan menggunakan sistem tegel kurang diminati oleh para pemuda. Hal tersebut terjadi karena pada saat ini para pemuda enggan untuk melakukan usahatani padi, sebagian besar dari pemuda tersebut memilih untuk bekerja diluar sektor pertanian.

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo maupun sistem tanam tegel terdiri dari sekolah dasar SD, sekolah menengah pertama SMP, sekolah menengah atas SMA dan Perguran tinggi. Pendidikan tertinggi dari petani jajar legowo maupun petani tegel adalah SD, sejumlah 11 orang dari petani jajar legowo berpendidikan SD atau sebesar 55 persen, semantara itu jumlah petani tegel dengan tingkat pendidikan SD adalah sejumlah 9 orang atau 90 persen.. Petani jajar legowo dengan pendidikan akhir tingkat SMA adalah sejumlah 3 orang atau sebesar 15 persen dan petani tegel dengan pendidikan terkahir tingkat SMA yaitu sejumlah 1 orang atau sebesar 10 persen. Berdasarkan data tersebut maka dapat dilihat bahwa petani responden yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dapat menerima teknologi baru untuk dengan mudah untuk mengembangkan usahatani padi yang dimilikinya dibandingkan dengan petani responden yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat pendidikan terkahir SMP pada petani jajar legowo sebanyak 6 orang atau 30 persen, sementara untuk petani tegel tidak ada responden yang berpendidikan terakhir SMP, selain itu petani jajar legowo dengan pendidikan akhir tingkat SMA adalah sejumlah 3 orang atau sebesar 15 persen dan petani tegel dengan pendidikan terkahir tingkat SMA yaitu sejumlah 1 orang atau sebesar 10 persen Berikut adalah penggolang responden berdasarkan tingkat pendidikan. Tabel 11. Penggolongan responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan tahun Jumlah Petani Jajar Legowo Orang Persentase Jumlah Petani Tegel Orang Persentase SD 11 55 9 90 SMP 6 30 SMA 3 15 1 10 Perguruan Tinggi Total 20 100 10 100 Sumber: Data Primer, 2014

c. Status Kepemilikan

Status penguasaan lahan petani jajar legowo dan tegel dibagi kedalam dua jenis yaitu pemilik dan penggarap. Petani pemilik merupakan petani yang memiliki lahannya sendiri serta mengolah lahannya sendiri, sementara untuk petani penggarap merupakan petani yang tidak memiliki lahan, namun menggarap lahan orang lain, biaya operasional pada usahtani yang dilakukan oleh petani penggarap dikeluarkan sendiri oleh petani penggarap. Adapun untuk lahan yang digunakan merupakan lahan yang disewa yang dibayar pada setiap musim. Sistem pembayaran yang digunakan tidak dalam bentuk uang