karena praduga adalah pengecualian. Artinya, pengangkut bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dalam penyelenggaraan
pengangkutan, tetapi jika pengangkut berhasil membuktikan bahwa dia tidak bersalahlalai, dia dibebaskan dari tanggung jawab.
65
3. Tanggung Jawab Mutlak
Menurut prinsip ini, pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakan
tanpa keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut. Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian dan unsur kesalahan tidak perlu
dipersoalkan. Pengangkut tidak mungkin bebas dari tanggung jawab dengan alasan apapun yang menimbulkan kerugian itu.
C. Pengangkutan Bagasi
Pengangkutan barang merupakan salah satu bentuk produk atau layanan perusahaan penerbangan. Hampir setiap penumpang yang menggunakan jasa
transportasi udara membawa barang baik barang keperluan sehari-hari atau barang untuk dijual kembali. Barang-barang yang dibawa tersebut beraneka ragam jenis
antara lain pakaian, perhiasan, alat elekrtonik dan lain-lain. Dalam kegiatan penerbangan, barang biasany disebut dengan bagasi. Bagasi berdasarkan
terminologi pada pengangkutan udara ada dua macam, yaitu bagasi tercatat dan bagasi kabin. Sebagaimana ditentukan dalam ketentuan Pasal 1 angka 24 dan
65
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal. 55.
Universitas Sumatera Utara
angka 25 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, bagasi
tercatat dan bagasi kabin dibedakan sebagai berikut : 1.
Bagasi tercatat adalah barang penumpang yang diserahkan oleh penumpang kepada pengangkut untuk diangkut dengan pesawat udara yang sama
2. Bagasi kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada dalam
pengawasan penumpang sendiri.
66
Pada pasal 153 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 menyatakan : 1.
Pengangkut wajib menyerahkan tanda pengenal bagasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 150 huruf c kepada penumpang;
2. Tanda pengenal bagasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling sedikit memuat :
a. Nomor tanda pengenal bagasi;
b. Kode tempat keberangkatan dan tempat tujuan; dan
c. Berat bagasi
3. Dalam hal tanda pengenal bagasi tidak diisi keterangan-keterangan
sebagaimana dimaksud pada ayat 2, hilang, atau tidak diberikan oleh pengangkut, pengangkut tidak berhak menggunakan ketentuan dalam
Undang-undang ini untuk membatasi tanggung jawabnya.
67
Dalam pengangkutan bagasi tentu saja bisa terjadi kerusakan dan kehilangan bagasi dimana hal tersebut menjadi pertanggungjawaban dari pihak
pengangkut. Oleh karena itu akan dibahas mengenai pertanggungjawaban pengangkut dan ganti kerugian yang diberikan pengangkut kepada penumpang
66
Pasal 1 angka 24 dan 25 Undang-undang Nomor 1Tahun 2009 tentang Penerbangan.
67
Pasal 153 Undang-Undang Nomor 1Tahun 2009 tentang Penerbangan.
Universitas Sumatera Utara
secara umum berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan adalah :
a. Untuk bagasi tercatat berdasarkan Pasal 144 Undang-undang Nomor 1
Tahun 2009 tentang Penerbangan, pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang karena bagasi tercatat hilang,
musnah atau rusak yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama bagasi tercatat berada dalam pengawasan pengangkut. Lebih jauh dijelaskan
dalam penjelasan Pasal 144 bahwa yang dimaksud dengan “dalam pengawasan pengangkut” adalah sejak barang diterima oleh pengangkut pada saat
pelaporan chek-in sampai dengan barang tersebut diambil oleh penumpang di bandar udara tujuan.
68
b. Untuk bagasi kabin berdasarkan pasal 143 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009
tentang Penerbangan, ditegaskan bahwa pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian karena hilang atau rusaknya bagasi kabin, kecuali apabila
penumpang dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau orang yang dipekerjakannya. Jumlah ganti kerugian
untuk bagasi kabin ini ditetapkan setinggi-tingginya sebesar kerugian nyata penumpang Pasal 167 Undang-undang Penerbangan.
69
Pertanggungjawaban pengangkut dan ganti kerugian yang diberikan kepada penumpang diatur juga dalam Peraturan Menteri Perhubungan yaitu
berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara Permenhub 772011.
68
Pasal 144 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
69
Pasal 143 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 5 ayat 1 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011, jumlah ganti kerugian terhadap penumpang yang mengalami kehilangan,
musnah atau rusaknya bagasi tercatat, ditetapkan sebagai berikut : a.
Kehilangan bagasi tercatat atau isi bagasi tercatat atau bagasi tercatat musnah diberikan ganti kerugian sebesar Rp. 200.000,00 dua ratus ribu rupiah per kg
dan paling banyak Rp. 4.000.000,00 empat juta rupiah per penumpang; dan b.
Kerusakan bagasi tercatat, diberikan ganti kerugian sesuai jenisnya bentuk, ukuran dan merk bagasi tercatat.
Ayat 2 dijelaskan bagasi tercatat dianggap hilang sebagaimana dimaksud pada ayat 1, apabila tidak diketemukan dalam waktu 14 empat belas hari
kalender sejak tanggal dan jam kedatangan penumpang di bandar udara tujuan. Ayat 3 dijelaskan pengangkut wajib memberikan uang tunggu kepada
penumpang atas bagasi tercatat yang belum ditemukan dan belum dapat dinyatakan hilang sebagaimana dimaksud pada ayat 2 sebesar Rp. 200.000,00
dua ratus ribu rupiah per hari paling lama untuk 3 tiga hari kalender.
70
Pasal 6 ayat 1 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011, disebutkan pengangkut dibebaskan dari tuntutan ganti kerugian terhadap
hilangnya barang berharga atau barang yang berharga milik penumpang yang disimpan didalam bagasi tercatat, kecuali pada saat pelaporan keberangkatan
check-in, penumpang telah menyatakan dan menujukkan bahwa di dalam bagasi tercatat terdapat barang berharga atau barang yang berharga, dan pengangkut
setuju untuk mengangkutnya.
70
Pasal 5 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara.
Universitas Sumatera Utara
Ayat 2 dijelaskan dalam hal pengangkut menyetujui barang berharga atau barang yang berharga di dalam bagasi tercatat diangkut sebagaimana
dimaksud pada ayat 1, pengangkut dapat meminta kepada penumpang untuk mengasuransikan barang tersebut.
71
Pasal 4 ayat 1 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 disebutkan pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian karena hilang
atau rusaknya bagasi kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau orang yang
dipekerjakannya. Pada ayat 2 disebutkan apabila pembuktian penumpang sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 dapat diterima oleh pengangkut atau berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap inkracht
dinyatakan bersalah, maka ganti kerugian ditetapkan setinggi-tingginya sebesar kerugian nyata penumpang.
72
Ordonansi Pengangkutan Udara 1939 juga mengatur tentang tanggung jawab pengangkut terhadap barang, yaitu Pasal 25 yang menyatakan :
1. Pengangkut bertanggung jawab untuk kerugian yang timbul sebagai akibat
dari kehancuran, kehilangan atau kerusakan bagasi atau barang, bila kejadian yang menyebabkan kerugian itu terjadi selama pengangkutan udara.
2. Pengangkutan udara seperti yang dimaksud ayat yang lain, meliputi juga
waktu bagasi atau orang yang berada dibawah pengawasan pengangkut, baik
71
Pasal 6 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara.
72
Pasal 4 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara.
Universitas Sumatera Utara
dilapangan terbang atau dimana saja dalam hal pendaratan di luar suatu lapangan terbang udara tidak meliputi pengangkutan darat, laut, atau
3. Waktu pengangkutan udara tidak meliputi pengangkutan di darat, laut atau sungai
yang dilaksanakan diluar lapangan terbang. Akan tetapi bila pengangkutan semacam itu dilakukan untuk melaksanakan suatu perjanjian pengangkutan
udara dalam hubungan dengan pemuatan, penyerahan atau pemindahan muatan, maka pengangkut bertanggungjawab untuk semua kerugian, seakan-akan
kerugian itu timbul sebagai akibat dari suatu kejadian selama pengangkutan udara, kecuali bila pengangkut dapat membuktikan, bahwa kerugian itu adalah
kejadian yang tidak terjadi selama pengangkutan udara.
73
73
Pasal 25 Ordonasi Pengangkutan Udara 1939.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN PT. METRO BATAVIA TERHADAP KERUSAKAN DAN KEHILANGAN
BAGASI PENUMPANG
A. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Dalam Hukum Perlindungan Konsumen