B. Pengertian dan Bentuk Perlindungan Konsumen
Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer Inggris-Amerika, atau consumentkonsument Belanda. Pengertiannya sendiri itu tergantung dalam
posisi mana ia berada. Secara harafiah arti consumer adalah setiap orang yang menggunakan barang. Tujuan penggunaan barang atau jasa nanti menentukan
termasuk konsumen kelompok mana pengguna tersebut.
23
Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk
memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen itu sendiri.
24
Ada beberapa pengertian yang dapat dikemukan dalam pembahasan tentang pengertian konsumen, yaitu terdapat dalam rumusan peraturan
perundang-undangan, dan menurut para pakar. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-undang Perlindungan Konsumen, konsumen adalah setiap orang
pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan. Dalam rumusan ini ditentukan batasan secara jelas limitatif tentang konsumen, yaitu merupakan orang, memakai atau menggunakan
suatu barang danjasa, untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan orang lain atau makhluk lain, dan tidak untuk diperdagangkan kembali.
23
Tri Siwi Kristiyanti, Celina. 2008. Hukum Perlindungan Konsumen,Jakarta : Sinar Grafika,2008
24
Janus Sidabolok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia,Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 9.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli, secara tegas dinyatakan bahwa
konsumen adalah setiap pemakai danatau pengguna barang danatau jasa, baik untuk kepentingan diri sendiri dan atau kepentingan orang lain. kedua pengertian
di atas terdapat perbedaan dimana pengertian konsumen yang terdapat dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen lebih luas jika dibandingkan dengan
pengertian yang tercantum di dalam Undang-undang Larangan Praktek Monopoli, yaitu konsumen tidak terbatas pada manusia semata melainkan juga kepada
makhluk hidup lainnya.
25
Menurut Az. Nasution hukum perlindungan konsumen adalah hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaedah-kaedah bersifat mengatur, dan juga
mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Adapun hukum kosumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaedah-kaedah hukum yang
mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang danatau jasa konsumen didalam pergaulan hidup.
26
Az. Nasution menegaskan beberapa batasan tentang konsumen, yakni :
1. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan
untuk tujuan tertentu; 2.
Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang danjasa lain untuk diperdagangkan tujuan komersial;
25
N.H.T. Siahaan, Hukum Konsumen, Jakarta : Panta Rei,2005, hal.23.
26
AZ. Nasution, Pengantar Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Penerbit Daya Widya,1999, hal. 13.
Universitas Sumatera Utara
3. Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapat dan menggunakan
barang danatau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga, dan atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali
nonkomersial. Pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius menyimpulkan, para ahli
hukum umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai, pemakai produksi terakhir dari benda dan jasa. Dengan rumusan itu Hondius ingin membedakan
antara konsumen bukan pemakai terakhir konsumen antara dengan pemakai terakhir.
Keadaan seimbang diantara para pihak yang saling berhubungan, akan lebih menerbitkan keserasian dan keselarasan materiil, tidak sekedar formil,
dalam kehidupan manusia Indonesia sebagaimana dikehendaki oleh falsafah bangsa dan negara ini.
27
Bentuk perlindungan konsumen di Indonesia dipopulerkan sekitar 25 tahun yang lalu, yakni dengan berdirinya suatu lembaga swadaya masyarakat yang bernama
Yayasan Lembaga Konsumen IndonesiaYLKI. Setelah YLKI, kemudian muncul beberapa organisasi serupa, antara lain Lembaga Pembinaan dan Perlindungan
Konsumen LP2K di Semarang yang berdiri sejak tahun 1988 dan bergabung sebagai anggota Consumers International CI. Di luar itu, dewasa ini cukup
banyak lembaga swadaya masyarakat serupa yang berorientasi pada kepentingan
27
Op.cit, hal. 25.
Universitas Sumatera Utara
pelayanan konsumen, seperti Yayasan Lembaga Bina Konsumen Indonesia YLBKI di Bandung dan perwakilan YLKI di berbagai provinsi di tanah air.
28
Yayasan ini sejak semula tidak ingin berkonfrontasi dengan produsen pelaku usaha, apabila dengan pemerintah. Hal ini dibuktikan benar oleh YLKI,
yakni dengan menyelenggarakan pekan promosi Swakarya II dan III yang benar-benar dimanfaatkan oleh kalangan produsen dalam negeri. YLKI bertujuan
melindungi konsumen, menjaga martabat produsen, dan membantu permerintah. Tujuan pendirian lembaga ini adalah untuk membantu konsumen agar hak-haknya
terlindungi. Di samping itu tujuan YLKI adalah untuk meningkatkan kesadaran kritis konsumen tentang hak dan tanggung jawabnya sehingga bisa melindungi
dirinya sendiri dan lingkungannya.
29
Gerakan konsumen di Indonesia, termasuk yang diprakarsai YLKI mencatat prestasi yang besar setelah naskah akademik UUPK berhasil dibawa
ke DPR. Selanjutnya rancangannya disahkan menjadi undang-undang.
30
28
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004, hal. 49.
Tanpa mengurangi penghargaan terhadap upaya terus menerus yang digalang oleh YLKI, andil terbesar yang memaksa kehadiran UUPK ini adalah juga
karena cukup kuatnya tekanan dari dunia internasional. Setelah pemerintah RI mengesahkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement
Establishing the World Trade Organization Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia, maka ada kewajiban bagi Indonesia untuk mengikuti
29
Happy Susanto, Hak-hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta : Visimedia, 2008, hal. 10.
30
Shidarta, Op. Cit., hal. 50.
Universitas Sumatera Utara
standar-standar hukum yang berlaku dan diterima luas oleh negara-negara anggota WTO. Salah satu diantaranya adalah perlunya eksistensi UUPK.
31
Dengan munculnya berbagai gerakan perlindungan kosumen di Indonesia tersebut, ada berbagai produk hukum yang diterbitkan oleh Pemerintah seperti
Undang-Undang yang substansinya berkaitan dengan perlindungan konsumen di tiap bidang. Diantaranya, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan lain sebagainya. Namun ketentuan
perlindungan konsumen secara garis besar diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen UUPK.
Tidak semua ketentuan perlindungan konsumen diatur dalam UUPK, seperti halnya perlindungan konsumen di bidang lingkungan hidup tidak diatur
dalam Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini karena telah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup mengenai kewajiban setiap orang untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup dan perlindungan konsumen dalam hal pelaku usaha melanggar hak atas kekayaan intelektual HAKI tidak diatur dalam Undang-undang tentang
Perlindunga Konsumen ini karena sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
31
Ibid., hal. 52.
Universitas Sumatera Utara
Merek, yang melarang menghasilkan atau memperdagangkan barangjasa yang melanggar tentang HAKI.
32
UUPK pada dasarnya bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur tentang perlindungan konsumen, sebab di kemudian hari masih terbuka
kemungkinan terbentuknya undang-undang baru yang pada dasarnya memuat ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen. Dengan demikian, UUPK ini
merupakan payung yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang perlindungan kumsumen.
33
Bentuk perlindungan konsumen ini dilakukan dan diberikan UUPK yakni dengan adanya penetapan serta pengaturan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
konsumen yang terdapat pada pasal 4-5 UUPK. Dengan adanya ketentuan pengaturan ini, memberikan batasan terhadap kewajiban-kewajiban produsen
Pasal 7 UUPK dan hak-hak produsen Pasal 6 UUPK serta perbuatan apa saja yang tidak dapat dilakukan pelaku usaha terhadap konsumen Pasal 8-17 UUPK.
Perlindungan konsumen ini juga ditegaskan lagi dengan adanya permberian sanksi administratif ataupun sanksi pidana Pasal 60 dan 62 UUPK
terhadap pelaku usaha yang tidak memenuhi tanggung jawab sebagaimana ditentukan dalam UUPK, yakni pelaku usaha yang melanggar Pasal 19 ayat 2 dan
3, Pasal 20, Pasal 25 dan Pasal 26 akan dijatuhkan sanksi administratif oleh BPSK berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp.200.000.000,00 dua ratus juta
rupiah. Bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
32
Penjelasan Umum Alenia 11-12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
33
Penjelasan Umum Alenia 10-13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 8, pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat 2, Pasal 15, Pasal 17 ayat 1 huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat 2 dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 dua miliar rupiah. Serta pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat 1, Pasal 14, Pasal 16 dan Pasal 17 ayat 1 huruf d dan huruf f dipidana dengan penjara paling lama 2 dua
tahun atau pidana denda paling banyak Rp.500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan lika berat, sakit berat, cacat
hingga menyebabkan kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku. Selain itu, konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui
lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum Pasal 45
ayat 1 UUPK. Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan dengan menggunakan ketentuan Hukum Acara Perdata atau diluar
pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa Pasal 45 ayat 2 UUPK.
Menurut Abdulkadir Muhammad, perjanjian adalah suatu persetujuan dimana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu
hal dalam lapangan harta kekayaan. Dalam defenisi di atas, secara jelas terdapat konsensur antara para pihak, yakni persetujuan antara para pihak satu dengan
pihak lainnya.
34
34
Abdulkadir Muhammad, 1998, Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung: Citra Adityabhakti hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian di sini dapat dikatakan sebagai Undang-undang yang merupakan ketentuan di luar UUPK, sebab ketentuan dalam KUHPerdata yang menyatakan
bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai kebebasan berkontrak yang berarti setiap orang bebas membuat perjanjian apapun baik
yang diatur secara khusus dalam KUHPerdata maupun yang belum diatur dalam KUHPerdata ataupun peraturan lainnya. Hal ini berarti bahwa masyarakat
selain bebas membuat perjanjian apapun, mereka pada umumnya diperbolehkan untuk mengesampingkan atau tidak mengesampingkan peraturan-peraturan yang
terdapat dalam bagian khusus buku III KUHPerdata.
35
Sesuai dengan perjanjian yang berisikan ketentuan-ketentuan yang mengatur para pihak inilah, yang mana perjanjian ini juga yang akan memberikan
perlindungan bagi para pihak apabila ada salah satu pihak yang melanggar ketentuan-ketentuan bersangkutan wanprestasi dan sebaliknya pihak lain berhak
mendapatkan ganti kerugian. Dalam hal ini UUPK sebagai suatu hukum perlindungan konsumen sebagai bagian khusus dari hukum konsumen adalah
keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk
barang danatau jasa konsumen antara penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan masyarakat.
36
35
Ibid hal. 8.
UUPK tidak hanya dalam satu bidangaspek saja memberikan perlindungan bagi konsumen melainkan secara keseluruhan.
Sebab, selain memberikan pengaturan perlindungan konsumen secara keseluruhan, UUPK juga berperan untuk memberikan perlindungan konsumen terhadap
36
Az. Nasution, Op. Cit, hal. 23.
Universitas Sumatera Utara
perjanjian yang bersangkutan. Dengan demikian UUPK sebagai ketentuan umum akan diberlakukan bagi para pihak, apabila ada ketentuan-ketentuan yang
belumtidak diatur dalam perjanjian bersangkutan yang dapat menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak
C. Hak dan Kewajiban Pada Konsumen serta Pelaku Usaha