BAB III
KEDUDUKAN PENGANGKUT UDARA DALAM PENGANGKUTAN BAGASI
A. Pengangkutan Dalam Hukum Positif Indonesia
Abdulkadir Muhammad mendefenisikan Pengangkutan adalah suatu proses kegiata pemindahan penumpang danatau barang dari suatu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan berbagai jenis alat pengangkut mekanik yang diakui dan diatur undang-undang sesuai dengan bidang angkutan dan kemajuan
teknologi. Pengangkutan memiliki tiga aspek pokok, yaitu pengangkutan sebagai usaha business, pengangkutan sebagai perjanjian agreement dan pengangkutan
sebagai proses penerapan applaying process. Tujuan dari kegiatan perjanjian pengangkutan adalah memperoleh hasil realisasi yang diinginkan oleh
pihak-pihak dan tujuan kegiatan pelaksanaan pengangkutan adalah memperoleh keuntungan dan tiba dengan selamat di tempat tujuan. Rangkaian peristiwa
pemindahan itu meliputi kegiatan : a.
Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut; b.
Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan; dan c.
Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan. Pengangkutan sebagai usaha business adalah kegiatan usaha di bidang
jasa pengangkutan yang menggunakan alat pengangkut mekanik. Contoh alatnya
Universitas Sumatera Utara
ialah gerbong untuk mengangkut barang, kereta untuk mengangkut penumpang, pesawat untuk mengangkut barang dan penumpang, kapal untuk pengangkut
barang dan penumpang. Kegiatan usaha tersebut berbentuk perusahaan perseorangan, persekutuan, atau badan hukum.
43
Pengangkutan sebagai perjanjian agreement selalui didahului oleh kesepakatan antara pihak pengangkut dengan pihak penumpang atau pengirim.
Kesepakatan tersebut pada dasarnya berisi hak dan kewajiban dari kedua belah pihak. Pada umumnya perjanjian bersifat lisan pada pengangkutan, tetapi selalu
didukung oleh dokumen pengangkutan. Dokumen pengangkutan berfungsi sebagai alat bukti sudah terjadi perjanjian pengangkutan dan wajib dilaksanakan oleh
pihak-pihak. Namun, apabila pihak-pihak mengehendaki, boleh juga perjanjian tersebut dibuat secara tertulis yang disebut dengan charter party. Contohnya
carter pesawat udara untuk mengangkut jemaah haji dan carter kapal untuk mengangkut barang dagangan.
Pengangkutan sebagai suatu proses penerapan applaying process adalah terdiri dari serangkaian perbuatan mulai dari pemuatan ke dalam alat pengangkut,
kemudian dibawa oleh pengangkut menuju ke tempat tujuan yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat tujuan. Pengangkutan
sebagai proses merupakan sistem yang mempunyai unsur-unsur sistem, yaitu : a.
Subjek pelaku pengangkutan, yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan dan pihak yang berkepentingan dengan pengangkutan.
43
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit hal. 2
Universitas Sumatera Utara
b. Status pelaku pengangkutan, yaitu khususnya pengangkut selalu berstatus
perusahaan perseorangan, persekutuan, atau badan hukum. c.
Objek pengangkutan, yaitu alat pengangkut, muatan, dan biaya pengangkutan, serta dokumen pengangkutan
d. Peristiwa pengangkutan, yaitu proses terjadi pengangkutan dan penyelenggaraan
pengangkutan serta berakhir tempat tujuan. e.
Hubungan pengangkutan, yaitu hubungan kewajiban dan hak antara pihak-pihak dalam pengangkutan dan mereka yang berkepentingan dengan
pengangkutan.
44
Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang danatau orang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri dengan membayar uang
angkutan.
45
Sumber hukum di dalam pengangkutan dibagi dua, yaitu sumber hukum material a material sources of law dan sumber hukum dalam arti formal
a formal sources of law. Sumber hukum material adalah sumber dari mana diperoleh bahan hukum dan bukan kekuatan berlakunya, dalam hal ini
keputusan resmi dari hakimpengadilan yang memberikan kekuatan berlakunya, Defenisi ini merupakan penekanan dari sisi fungsi dari kegiatan
pengangkutan, yaitu memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna atau nilai.
44
Ibid, hal. 4.
45
HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia 3 : Hukum Pengangkutan, Jakarta : Penerbit Djambatan, hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
sedangkan sumber hukum formal adalah sumber dari sumber mana suatu peraturan hukum memperoleh kekuatan dan sah berlakunya. Sumber hukum
yang telah dirumuskan peraturannya dalam suatu bentuk, berdasarkan apa ia berlaku, ia ditaati orang dan mengikat hakim, serta pejabat hukum. Itulah sumber
bukum dalam arti formal, atau dapat juga disebut sumber-sumber berlakunya hukum karena ia adalah sebagai causa effciens. Hukum pengangkutan merupakan
bagian hukum dagang yang termasuk dalam bidang hukum perdata. Dilihat dari segi susunan hukum normatif, hukum perdata merupakan sub sistem tata hukum
nasional. Jadi, hukum dagang atau perusahaa termasuk dalam sub sistem tata hukum nasional. Dengan demikian, hukum pengangkutan adalah bagian dari sub
sistem hukum nasional.
46
Istilah niaga dalam pengangkutan adalah padanan diambil dari istilah dagang, yaitu kegiatan usaha dengan cara membeli barang dan menjualnya lagi,
menyewa barang, atau menjual jasa dengan tujuan memperoleh keuntungan danatau laba. Apabila penggunaan alat pngangkut itu disertai pembayaran
sejumlah uang sebagai imbalan atau sewa, pengangkutan itu disebut dengan pengangkutan niaga. Jadi pengangkutan niaga adalah penggunaan alat pengangkut
oleh penumpang atau pengirim untuk mengangkut penumpang atau barang ketempat tujuan yang telah disepakati dengan pembayaran sejumlah yang sebagai
biaya atau sewa. Pembayaran sejumlah uang sebagai biaya biaya pengangkutan
46
Lestari Ningrum, Usaha Perjalanan Wisata Dalam Perspektif Hukum Bisnis, Bandung : Citra Aditya Bakti, hal. 134.
Universitas Sumatera Utara
membuktikan bahwa pengangkut menjalankan kegiatan usaha perusahaan di bidang jasa pengangkutan.
47
Pengangkutan juga memiliki peraturan hukumnya, yang mana peraturan hukum pengangkutan adalah keseluruhan peraturan yang mengatur tentang jasa
pengangkutan. Istilah peraturan hukum rule of law dalam defenisi ini meliputi semua ketentuan :
- Undang-undang pengangkutan;
- Perjanjian pengangkutan;
- Konvensi internasional tentang pengangkutan dan
- Kebiasaan dalam pengangkutan kereta api, darat, perairan, dan penerbangan
Peraturan hukum tersebut meliputi juga asas hukum, norma hukum, teori hukum, dan praktik hukum pengangkutan.
Asas hukum pengangkutan merupakan landasan filosofis yang menjadi dasar ketentuan pengangkutan yang menyatakan kebenaran, keadilan, dan
kepatutan yang diterima oleh semua pihak. Kebenaran, keadilan, dan kepatutan juga menjadi tujuan yang diharapkan oleh semua pihak. Asas tersebut dijelma
dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang mengatur pengangkutan niaga. Asas hukum sebagai landasan filosofis ini digolongkan sebagai filsafat hukum legal philosophy
mengenai pengangkutan. Asas tersebut diklasifikasikan menjadi dua, yaitu asas hukum publik dan asas hukum perdata. Asas hukum publik merupakan
landasan hukum pengangkutan yang berlaku dan berguna bagi semua pihak, yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan, pihak ketiga yang berkepentingan dengan
47
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
pengangkutan, dan pihak pemerintahnegara. Pengertian dari asas hukum publik adalah landasan undang-undang yang lebih mengutamakan kepentingan umum
atau kepentingan masyarakat banyak. Sedangkan asas hukum perdata merupakan landasan hukum pengangkutan yang hanya berlaku dan berguna bagi kedua pihak
dalam pengangkutan, yaitu pengangkut dan penumpang atau pemilik barang. Pengetian asas hukum perdata adalah landasan undang-undang yang lebih
mengutamakan kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan.
48
Norma hukum pengangkutan merupakan rumusan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang, perjanjian, konvensi internasional, dan kebiasaan yang
mengatur tentang pengangkutan. Norma hukum berfungsi mengatur dan menjadi pedoman prilaku atau perbuatan pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pengangkutan. Fungsi peraturan ini mengarah pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yaitu tiba di
tempat tujuan dengan selamat, aman, bermanfaat, nilai guna meningkat, serta menguntungkan semua pihak.
49
Ketentuan-ketentuan umum mengenai pengangkutan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, terdapat dalam beberapa pasal, yaitu :
a. Buku I Bab V bagian 2 dan 3, mulai dari Pasal 90 sampai Pasal 98 Tentang
Pengangkutan Darat dan Pengangkutan Perairan Darat; b.
Buku II Bab V Pasal 453 sampai dengan Pasal 465 Tentang Pencarteran Kapal, Buku II Bab V A Pasal 466 sampai Pasal 520 Tentang Pengangkutan
48
Ibid, hal. 15.
49
Ibid, hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
Barang, dan Buku II Bab V B Pasal 521 sampai Pasal 544a Tentang Pengangkutan Orang;
c. Buku I Bab V Bagian II Pasal 86 sampai dengan Pasal 90 mengenai
Kedudukan Para Ekspeditur sebagai Pengusaha Perantara; d.
Buku I Bab XIII Pasal 748 sampai dengan Pasal 754 mengenai Kapal-kapal yang melalui perairan darat.
Ketentuan-ketentuan lain mengenai pengangkutan di luar KUH Dagang terdapat dalam sumber-sumber khusus, yaitu :
50
a. Konvensi-konvensi Internasional;
b. Perjanjian bilateral atau perjanjian multilateral;
c. Peraturan perundang-undangan nasional;
d. Yurisprudensi;
e. Perjanjian-perjanjian antara;
1. Pemerintah-Perusahaan Angkutan
2. Perusahaan Angkutan- Perusahaan Angkutan
3. Perusahaan Angkutan- pribadiwisata
Sedangkan peraturan-peraturan khusus untuk tiap-tiap jenis pengangkutan tersebut, diatur dalam :
A. Pengangkutan Darat, diatur dalam :
1. Pasal 91 sampai dengan Pasal 98 tentang surat angkutan dan tentang
pengangkutan dan juragan perahu melalui sungai dan perairan darat 2.
Ketentuan di luar KUH Perdata, terdapat dalam :
50
Hartono Hadisuprapto Dkk, Pengangkutan dengan Pesawat Udara Yogyakarta; UII Press,1987, hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1984 Tentang Pos
b. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 Tentang Perkeretaapian
c. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan B.
Pengangkutan Laut, Diatur dalam : 1.
KUH Dagang, yaitu pada : a.
Buku II Bab V Tentang perjanjian carter kapal b.
Buku II Bab VA Tentang Pengangkutan barang-barang c.
Buku II VB Tentang Pengangkutan Orang. 2.
Ketentuan yang lainnya dapat dilihat pada : a.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1992 Tentang Pelayaran b.
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 Tentang Perkapalan c.
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2001 Tentang Kepelabuhan d.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan dan Penguasaan Angkutan Laut.
C. Pengangkutan Udara, ketentuan peraturan perundang-undangan nasional yang
mengatur tentang angkutan udara, antara lain : a.
Ordonasi Pengangkutan Udara 1939 tentang tanggung jawab pengangkut udara
b. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 Tentang Angkutan Udara
c. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan
Universitas Sumatera Utara
d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang
Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara. Teori hukum pengangkutan merupakan kajian pengembangan hukum
pengangkutan yang bertujuan untuk memperoleh manfaat yang sangat berguna bagi masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan. Melalui pengkajian tersebut
akan diperoleh penemuan dan pemahaman baru mengenai pengangkutan. Dimana pemahaman baru tersebut akan dimanfaatkan untuk meningkatkan
mutu pengaturan dan sifat prilaku atau perbuatan teratur masyarakat dalam pengangkutan. Teori hukum pengangkutan adalah serangkaian ketentuan
undang-undang atau perjanjian mengenai pengangkutan yang direkonstruksikan sedemikan rupa sehingga menggambarkan proses kegiatan pengangkutan.
Apabila teori hukum pengangkutan ini diterapkan pada pengangkutan, penerapannya disebut praktik hukum pengangkutan. Praktik hukum pengangkutan
merupakan rangkaian peristiwa mengenai pengangkutan. Rangkaian persitiwa tersebut merupakan proses kegiatan mulai dari pemuatan ke dalam alat
pengangkut, pemindahan ke tempat tujuan yang telah ditentukan, dan penurunanpembongkaran di tempat tujuan. Proses rangkaian perbuatan ini dapat
diamati secara nyata pada setiap pelaksanaan pengangkutan. Praktik hukum pengangkutan merupakan rangkaian perilaku atau perbuatan sebagai pelasanaan
atau realisasi dari ketentuan undang-undang, perjanjian, konvensi internasional, dan kebiasaan mengenai pengangkutan. Prilaku atau perbuatan tersebut dapat
diketahui melalui serangkaian tindakan nyata atau melalui instrumen hukum
Universitas Sumatera Utara
berupa dokumen-dokumen pengangkutan yang membuktikan bahwa perbuatan sudah dilakukan.
Praktek hukum pengangkutan adalah serangkaian perbuatan nyata yang masih berlangsung atau perbuatan yang sudah selesai dilakukan, seperti keputusan
hakim atau yurisprudensi serta dokumen hukum, seperti karcis penumpang dan surat muatan barang. Praktik hukum pengangkutan menyatakan secara impiris
peristiwa perbuatan piak-pihak sehinggan tujuan pengangkutan itu tercapai dan ada bila yang tidak tercapai. Tidak tercapainya tujuan dapat terjadi karena
wanprestasi salah satu pihak atau karena keadaan memaksa force majeur.
51
B. Pengangkutan Udara Dan Peraturan Hukumnya