Atap Gedung Bagian Tambahan Bangunan

dengan campuran semen, pasir, dan kapur gamping dengan perbandingan 1:3:9 dan dilapis lagi dengan plester semen. Dinding dalam diplester kasar dengan campuran kapur, pasir, dan semen merah batu bata tumbuk dengan perbandingan 1:3:1. Penggunaan semen merah bertujuan untuk menjaga kestabilan kelembapan ruangan. Dinding dalam yang diplester kasar bertujuan agar burung walet yang baru belajar terbang tidak mengalami kesulitan ketika hinggap di tembok gedung tersebut. Dinding bagian dalam dan luar tidak dicat karena burung walet sangat peka dengan bau cat.

d. Plafon dan Kerangka

Plafon langit-langit gedung burung walet dibuat dari kayu yang awet, kering, dan tua. Kayu tidak dicat atau diberi bahan kimia karena baunya akan mengganggu burung walet untuk masuk ke dalam gedung. Kayu untuk plafon tidak dibuat licin karena akan menyulitkan burung walet menempelkan air liurnya. Plafon berupa papan kayu, sedangkan kerangka lagur dibuat dari kayu sengon laut atau albasia. Kerangka ini digunakan burung walet untuk menempelkan sarangnya. Di roving room posisi kerangka dibuat sejajar dengan sinar dari lubang tempat keluar masuk burung walet. Sebaliknya, di resting room posisi kerangka dibuat memotong sinar dari lubang keluar masuk agar cahaya yang masuk akan terhalangi dan tidak menyebar ke dalam.

e. Atap Gedung

Atap gedung burung walet dibuat lebih tinggi agar gerak terbang burung walet tidak terganggu dan kelembapan serta suhu ruang lebih stabil. Universitas Sumatera Utara Bahan untuk atap gedung dari bahan yang kuat genting tanah liat, dapat meredam panas sehingga suhu ruangan relatif bagus, dan mampu menciptakan kelembapan dalam ruangan. Di atap gedung di buat kolam atau berbentuk seperti bak yang diisi dengan air yang berfungsi untuk mandi dan minum burung walet.

f. Bagian Tambahan Bangunan

Beberapa bagian tambahan bangunan yang perlu ada pada gedung burung walet diantaranya pintu, lubang untuk keluar masuk burung walet, dan lubang ventilasi. Pintu pada gedung burung walet hanya ada satu buah yaitu hanya untuk keperluan keluar masuk pengelola atau pengusaha gedung burung walet. Pintu dibuat dari bahan yang kokoh dan kuat dan diletak alarm pada bagian seluruh pintu tersebut agar tidak mudah dijebol oleh pencuri. Lubang untuk keluar masuk burung walet berbentuk segiempat dan berukuran tinggi 60 cm dan panjang 80 cm. Setelah burung walet masuk dan mendiami gedung tersebut, secara bertahap lubang diperkecil hingga menjadi 12 cm x 80 cm. Lubang ini dibuat sekitar 50 cm di bawah plafon. Walaupun burung walet menyukai ruangan yang lembap dan gelap tetapi sirkulasi udara yang baik tetap dibutuhkan dalam gedung burung walet. Lubang ventilasi udara dibuat dari paralon siku atau bentuk L. Kedua lubang paralon ditutup dengan kasa halus sehingga hama pengganggu tidak dapat masuk, tetapi sirkulasi udara tetap berjalan lancar. Untuk menghindari masuknya cahaya lewat pipa paralon, maka pipa yang di dalam gedung dipasang pipa L menghadap ke bawah. Paralon untuk sirkulasi udara ini dipasang tiap 5 m. Universitas Sumatera Utara Pengembangan Usaha Sarang Burung Walet a. Waktu Panen Produksi sarang burung walet di desa Bakaran Batu dilakukan 4 kali dalam setahun panen, dimana dalam satu kali panen sarang burung walet menghasilkan sebanyak 2-3 kg sehingga dalam setahun produksi sarang burung walet sekitar 10 kg. Dengan memperhitungkan berbagai hal dapat disusun waktu dan cara panen yang dilakukan pengusaha di desa Bakaran Batu adalah sebagai berikut : 1 Panen pertama dengan cara rampasan yaitu panen pada saat burung walet telah menyelesaikan sarangnya tetapi belum bertelur. Ini dilakukan sekitar 10 hari menjelang bertelur agar burung walet masih sempat membuat sarang baru. 2 Panen kedua dan ketiga dengan cara buang telur yaitu dilakukan setelah burung walet bertelur 2 butir sekitar 2-3 bulan sejak sarang dibuat. Telur yang diambil digunakan untuk menambah populasi burung walet. Hasil panen ini selalu bermutu baik, bentuk sarang sempurna dan tebal. 3 Panen keempat dengan cara panen penetasan telur, panen ini dilakukan setelah anak burung walet sudah mampu terbang sekitar 45 hari sejak menetas.

b. Perlakuan Terhadap Sarang Burung Walet Yang Baru Dipanen