Penerimaan Pengusaha Sarang Burung Walet Pendapatan Bersih Pengusaha, Analisis NPV, Analisis Net BC dan IRR

sarang burung walet P4 sarang burung walet yang dikeluarkan seluruh pengusaha pengelola sebesar Rp 29.160.000 sedangkan rata-rata biaya P4 sarang burung walet setiap pengusaha pengelola sebesar Rp 3.645.000 lihat lampiran lanjutan 21.

b. Penerimaan Pengusaha Sarang Burung Walet

Penerimaan adalah nilai rupiah dari total produksi fisik yang dihasilkan atau merupakan hasil perkalian antara produksi fisik dengan harga penjualan. Harga jual yang diterima pengusaha di daerah penelitian pada umumnya sama, hanya saja harga jual ini mengalami fluktuasi pada perekonomian, di mana harga sarang burung walet ini tergantung pada kurs mata uang asing dolar. Jika nilai dolar naik maka harga jual sarang burung walet akan naik. Di mana secara analisis finansial harga jual yang dipakai adalah harga pasar yaitu transaksi harga pada saat panen antara pedagang pengumpul dan masyarakat menengah ke atas dengan pengusaha pengelola tersebut. Dimana harga pasar berbeda dengan harga ekonomi, harga pasar lebih murah dibanding dengan harga ekonomi, karena pengusaha pengelola langsung transaksi harga dengan pedagang pengumpul atau dengan masyarakat menengah ke atas tanpa adanya biaya transportasi dan biaya lainnya, perbedaan harga tersebut sekitar 3,5 juta sampai 4 juta dari harga ekonomi. Harga jual rata-rata sarang burung walet secara finansial dapat dilihat pada lampiran 19. Penerimaan pengusaha sarang burung walet pada penelitian adalah nilai rupiah dari produksi fisik sarang yang diperoleh pengusaha selama proses produksi berlangsung. Besarnya total nilai penerimaan yang diperoleh seluruh pengusaha di daerah penelitian sebesar Rp 399.800.000 sedangkan rata-rata nilai Universitas Sumatera Utara penerimaan yang diperoleh setiap pengusaha pengelola sebesar Rp 49.975.000 lihat lampiran 22.

c. Pendapatan Bersih Pengusaha, Analisis NPV, Analisis Net BC dan IRR

Pendapatan bersih pengusaha merupakan total penerimaan dikurangi total biaya produksi. Pendapatan bersih pengusaha dipengaruhi oleh nilai produksi dan besarnya total biaya produksi. Total pendapatan seluruh pengusaha pengelola secara analisis finansial hanya Rp 240.491.464 sedangkan rata-rata pendapatan setiap pengusaha pengelola hanya Rp 30.061.433 dapat dilihat pada lampiran 22. Artinya total pendapatan pengusaha selalu negatif mengalami kerugian. Hal ini disebabkan pengembangan usaha sarang burung walet secara finansial tidak layak untuk dikembangkan karena dipengaruhi oleh daya beli konsumen dalam negeri akan sarang burung walet sangat sedikit setiap tahunnya yang disebabkan harga sarang burung walet per kg yang mencapai belasan bahkan puluhan juta rupiah. Kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi, Net Present Value NPV, Net Benefit Cost Ratio Net BC, dan Internal Rate of Return IRR. Tabel berikut menunjukkan nilai NPV, BC Ratio dan IRR pengusaha sarang burung walet secara finansial : Tabel 11. Nilai Rata-rata NPV, Net BC dan IRR Secara Finansial No Uraian Total Rataan 1 NPV 255.299.531,1 31.912.441,39 2 Net BC 2,92 0,365 3 IRR 2603,2 325,4 Sumber : Analisis Data Primer diolah 2008 lampiran 23, 24, dan 25 Universitas Sumatera Utara Dari tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa pada discount faktor 5,25 sesuai dengan suku bunga deposito di bank yang terdapat disekitar daerah penelitian yaitu memakai suku bunga deposito untuk 1 tahun pada bank BNI bahwa total nilai NPV adalah 255.299.531,1, Net BC adalah 2,92 dan nilai IRR adalah 2603,2, sedangkan rataan nilai NPV adalah 31.912.441,39, Net BC adalah 0,365 dan nilai IRR adalah 325,4. Berdasarkan kriteria kelayakan secara finansial bahwa NPV 31.912.441,39 0, Net BC 0,365 1 dan IRR 325,4 tingkat suku bunga yang berlaku maka dapat dikatakan bahwa pengembangan usaha sarang burung walet secara finansial tidak layak untuk dikembangkan di desa Bakaran Batu, hal ini disebabkan daya beli konsumen dalam negeri akan sarang burung walet sedikit sekali setiap tahunnya di mana harga sarang burung walet per kg mencapai belasan bahkan puluhan juta rupiah sehingga konsumen dalam negeri tidak sanggup untuk membeli komoditas ekspor ini yang merupakan sebagai penyumbang devisa negara. Dengan demikian hipotesis b yang menyatakan bahwa prospek pengembangan usaha sarang burung walet secara finansial layak dikembangkan ternyata hipotesis tersebut ditolak.

B. Analisis Ekonomi Usaha Sarang Burung Walet a. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah nilai korbanan yang dikeluarkan selama produksi berlangsung antara lain biaya pembangunan gedung dan pembelian peralatan, biaya pembelian pakan, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya Administrasi Surat Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walets, biaya listrik dan biaya air. Total biaya produksi merupakan seluruh biaya usaha baik biaya tetap penyusutan, dan biaya Administrasi Surat Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Universitas Sumatera Utara Sarang Burung Walet Biaya administrasi SIP2 sarang burung walet maupun biaya variabel seperti biaya pembelian input, biaya tenaga kerja, biaya pembelian pakan, biaya listrik dan biaya air. Besar kecilnya biaya produksi tersebut tergantung kepada komponen input dan harga input itu sendiri. 1. Biaya Sarana Produksi Dalam analisis ekonomi biaya sarana produksi disebut juga biaya input, di mana secara analisis ekonomi biaya input dihitung sesuai harga ekonomi atau harga bayangan, tetapi kenyataannya secara analisis ekonomi pengusaha pengelola di desa Bakaran Batu dalam biaya input dihitung sesuai harga pasar, karena pengusaha pengelola di desa Bakaran Batu membeli peralatan atau sarana produksi lainnya hanya berasal dari dalam negeri saja, oleh karena itu biaya input dihitung sesuai harga pasar artinya harga yang sudah ditetapkan di dalam negeri. Biaya sarana produksi di desa Bakaran Batu rata-rata Rp 89.347.933 lihat lampiran lanjutan 27, hal ini disebabkan biaya sarana produksi untuk pengembangan usaha sarang burung walet sangat mahal. Biaya sarana produksi tertinggi terdapat pada sampel 8 dengan luas gedung sebesar 0,0253 Ha, biaya yang dikeluarkan pada saat tahun ke-0 artinya tahun berdirinya usaha sarang burung walet di desa Bakaran Batu adalah senilai Rp 44.351.175, sedangkan biaya sarang produksi terendah terdapat pada sampel 4 dengan luas gedung sebesar 0,0240 Ha, biaya yang dikeluarkan senilai Rp 30.864.900 pada lampiran 27. 2. Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja diperlukan untuk mengerjakan berbagai macam kegiatan produksi dalam usaha sarang burung walet. Pada usaha sarang burung walet ini tenaga kerja berasal dari luar keluarga TKLK artinya masyarakat setempat yang Universitas Sumatera Utara ikut berperan dalam pengembangan sarang burung walet di desa Bakaran Batu. Perkiraan biaya tenaga kerja usaha sarang burung walet dapat dilihat pada lampiran 19. Biaya tenaga kerja dikeluarkan sesuai setiap kali produksi sarang burung walet seperti tenaga kerja pemeliharaanperawatan telur burung walet, panen, dan pembersihan sarang sedangkan biaya tenaga kerja pawang memanggil burung walet sekali dalam setahun biaya sebesar Rp 1.000.000. sedangkan biaya penjagaan gedung walet dibayar setiap bulannya rata-rata senilai Rp 70.000 sampai Rp 80.000. sehingga total biaya rata-rata tenaga kerja setiap pengusaha pengelola sebesar Rp 11.975.000. 3. Biaya lain-lain  Biaya penyusutan Alat-alat yang digunakan dalam usaha sarang burung walet merupakan inventaris usaha tersebut seperti mesin tetas untuk telur walet tipe 32533 yang menggunakan aliran listrik AC atau DC, tape recorder, kotak teropong yang berisi lampu, kotak inkubator, keranjang segiempat yang berisi spon untuk telur walet, skrap, tangga, keranjang plastik untuk panen sarang walet, pinset, cermin bertangkai panjang, pisau pangot dan alat pencetak sarang burung walet. Alat-alat ini akan mengalami penyusutan karena selalu dipakai untuk kegiatan usaha sarang burung walet. Metode perhitungan penyusutan alat-alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah harga beli Rp di bagi dengan masa pakai ekonomis tahun. Besarnya biaya penyusutan dipengaruhi oleh harga beli Rp dan masa pakai ekonomis alat tersebut. Masa pakai ekonomis berbeda untuk setiap alat tergantung pada kualitas dan pemeliharaan alat tersebut. Dimana umur ekonomis gedung walet setiap pengusaha pengelola 10 tahun sedangkan umur ekonomis Universitas Sumatera Utara seluruh peralatan masing-masing 5 tahun jadi total biaya penyusutan seluruh pengusaha sebesar Rp 120.450.440 sedangkan rata-rata biaya penyusutan setiap pengusaha pengelola sebesar Rp 15.056.305 lihat lampiran lanjutan 27.  Biaya PBB Dalam analisis ekonomi yang berkaitan dengan pajak baik PBB atau pajak pengelolaan, pengusahaan dan pemanfaatan sarang burung walet P4 sarang burung walet tidak dihitung sebagai biaya karena pajak dianggap sebagai transfer of payment artinya pajak sebagai benefit bagi pengusaha.  Biaya Administrasi Surat Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet Biaya administrasi SIP2 sarang burung walet Biaya Administrasi Surat Izin pengelolaan, pengusahaan dan pemanfaatan sarang burung walet ini merupakan biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh pengusaha setiap tahun kepada Dinas Pendapatan Daerah Deli Serdang , biaya ini sebagai tanda bukti bahwa pengusaha telah masuk ke dalam asosiasi penangkaran sarang burung walet dan mempunyai surat izin dalam usaha sarang burung walet. Bukti biaya ini juga dibawa pada saat mengekspor sarang burung walet ke luar negeri sebagai bukti yang sah. Nilai biaya ini sudah ditetapkan dari Kepala Daerah Bupati Deli Serdang yaitu Besarnya biaya administrasi surat izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet ditetapkan yaitu sebagai berikut : o Di habitat alami sebesar Rp 30.000,- m 2 . o Di luar habitat alami  0 sd 250 m 2 dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 2.000.000,-  Di atas 250 m 2 dikenakan biaya tambahan Rp. 12.000,- m 2 . Universitas Sumatera Utara Total biaya administrasi SIP2 sarang burung walet yang dikeluarkan seluruh pengusaha pengelola sebesar Rp 64.144.000 sedangkan rata-rata biaya administrasi SIP2 sarang burung walet yang dikeluarkan setiap pengusaha pengelola sebesar Rp 8.018.000 lihat lampiran lanjutan 27.  Biaya Transportasi Dalam analisis ekonomi biaya transportasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan dalam mengekspor sarang burung walet ke luar negeri, secara analisis ekonomi biaya transportasi termasuk subsidi yang harus diperhitungkan sebagai biaya yaitu biaya jasa transportasi udara seperti biaya jasa pesawat terbang. Total biaya transportasi yang dikeluarkan seluruh pengusaha pengelola sebesar Rp 45.100.000 sedangkan rata-rata biaya transportasi yang dikeluarkan setiap pengusaha pengelola sebesar Rp 5.637.500 lihat lampiran lanjutan 27.

b. Penerimaan Pengusaha Sarang Burung Walet