Prospek Pengembangan Usaha Sarang Burung Walet (Collocalia Fuciphagus) (Studi Kasus: Desa Bakaran Batu, Kecamatan Lubuk Pakam)

(1)

SKRIPSI Oleh :

FAUZIAH NOOR 040304039 SEP AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SARANG BURUNG WALET ( Collocalia fuciphagus )

( Studi Kasus: Desa Bakaran Batu, Kecamatan Lubuk Pakam )

SKRIPSI Oleh :

FAUZIAH NOOR 040304039 SEP AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Medan Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

( Ir. Luhut Sihombing, MP ) ( Ir. M. Jufri, MSi )

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sarang burung walet yang wujudnya kurang menarik ini merupakan komoditas ekspor yang bisa diandalkan. Indonesia merupakan produsen sarang burung walet terbesar di dunia, kemudian diikuti oleh Thailand, Vietnam, Singapura, Myanmar, Malaysia, India dan Srilangka ditingkat perdagangan dunia. Salah satu negara tujuan ekspor yang cukup potensial adalah Hongkong. Tahun 1994, Hongkong mampu menyerap komoditas sarang burung walet sebanyak 66,9%. Tahun berikutnya (1995) meningkat menjadi 71,8%. Tiga tahun terakhir, pangsa pasar di Hongkong naik sebesar 40,08% atau per tahun rata-rata naik sebesar 18,35%. Dari Hongkong, komoditas ini disebarkan secara luas ke seluruh dunia, antara lain Eropa, Afrika, Amerika, dan Asia Tengah. Namun, negara konsumen terbesar sarang burung walet bukan Hongkong, melainkan Cina ( Iswanto, 2002 ).

Sejak Indonesia dilanda krisis ekonomi tahun 1997, agribisnis burung walet di Indonesia bertambah semarak, sehingga jumlah gedung walet pun bertambah. Kondisi seperti ini antara lain dipicu harga sarang burung walet yang melambung tinggi hampir mencapai empat kali lipat dari harga sebelum terjadi krisis ekonomi, dan jumlah permintaan sarang burung walet dari pasar mancanegara semakin meningkat. Dari sisi ekonomi, agribisnis burung walet sangat menguntungkan. Selain mampu memberikan penghasilan cukup besar kepada pelakunya, bisnis ini juga turut menyumbang devisa negara. Hal seperti ini tentu saja sangat menggiurkan banyak orang, terutama bagi pemilik modal, untuk menerjuninya ( Iswanto, 2002 ).


(4)

Prospek bisnis sarang burung walet di Indonesia dari tahun ketahun semakin meningkat. Hal ini terbukti dari jumlah ekspor ke negara negara lain semakin bertambah sekitar 400 ton/tahun. Untuk meningkatkan ekspor yang lebih besar, perlu diusahakan pengembangan sarang burung walet dengan meningkatkan berbagai persyaratan perdagangan seperti kualitas, kuantitas, serta usaha untuk memenuhi permintaan pasar ( Penebar Swadaya, 1995 ).

Saat ini Indonesia tercatat sebagai pemasok sarang burung walet terbesar didunia. Total produksinya sekitarnya 80 % dari seluruh produksi dunia dengan produksi rata-rata lebih dari 300 ton per tahun. Volume terbesar adalah sarang burung walet putih yang dihasilkan oleh Collocalia fuciphagusdan sarang burung walet hitam yang dihasilkanCollocalia maximus. Produksi terbesar sarang burung walet rumahan adalah pulau Jawa (Sekitar 55 ton / tahun). Gedung-gedung burung walet di Jawa tersebar di sepanjang pantai utara, dari Labuhan hingga ke Banyuwangi. Sentra produksi walet (lebih dari 2 ton / tahun) adalah Cirebon, Haurgeulis, Pemalang, Purwodadi, dan Gresik ( Redaksi AgroMedia, 2002 ).

Usaha budi daya burung walet berorientasi pada produksi sarang. Usaha ini memerlukan dana yang cukup besar terutama untuk membangun rumah (hunian) burung walet. Namun, setelah burung walet yang dirumahkan ini memproduksi sarang secara optimal, omset yang diraih pun nilainya juga cukup besar. Jika produksi sarang burung walet yang dihasilkan sudah optimal, dalam hitungan di bawah sepuluh tahun, nilai investasi yang dikeluarkan sudah kembali ( Redaksi AgroMedia, 2002 ).

Hasil dari burung walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya, selain mempunyai harga yang tinggi, juga bermanfaat bagi dunia kesehatan,


(5)

Sarang burung walet ini berguna atau berkhasiat untuk memperkuat kerja paru paru, meningkatkan daya kerja syaraf, memperbaiki pencernaan, mengobati muntah darah, batuk, kanker, meningkatkan stamina tubuh dan memperbaharui sel sel tubuh yang rusak, walaupun dikatakan manjur, sarang burung walet tidak dianjurkan penggunaannya pada penyakit yang sifatnya akut ( Taslim, 2002 ).

Untuk meningkatkan kualitas sarang burung walet, perlu pengetahuan praktis mengenai pengolahan atau budidaya burung walet. Selama ini budidaya burung walet yang berlaku di Indonesia, umumnya berdasarkan pada pengetahuan dari generasi sebelumnya. Hal ini disebabkan kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai burung walet.

Beberapa sentra burung walet di Sumatera Utara, seperti Medan, Lubuk Pakam,Perbaungan, Tebing Tinggi, dan Kisaran, sehingga jumlah rumah burung walet di sana semakin banyak. Dampaknya, persaingan untuk menarik burung walet pun kian ketat. Untuk memenangi kompetisi itu berbagai cara ditempuh. Memanggil pawang untuk mendatangkan burung walet masuk ke dalam gedung dan memutar suara burung walet dari twiter (speaker yang bekerja pada frekuensi tinggi) sejak pagi hingga malam, Begitu alat dipasang, dalam waktu singkat rumah rumah atau gedung langsung dimasuki burung walet, sehingga memberi dampak terhadap peningkatan produksi. Suara burung walet dari masing masing daerah berbeda. Di Seirampah misalnya, cericit panjang dan teratur. Berbeda dengan burung walet asal Lubuk Pakam bersuara pendek, tapi irama cepat. Perbedaan karakter suara itu diduga karena lingkungan. Seirampah berdekatan dengan laut dan kebun sawit, sementara Lubuk Pakam di kelilingi hamparan sawah ( Redaksi Trubus, 2005 ).


(6)

Di desa Bakaran Batu, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, mempunyai prospek yang cerah dalam pengembangan usaha sarang burung walet. Dikatakan prospek ditinjau dari prospek harga, ekspor dan pengembangan produk, dimana setelah burung walet berproduksi yaitu sarang yang dihasilkan dari air liur burung walet, langsung diekspor ke luar negeri yaitu Hongkong, Singapura dan Taiwan dengan harga sekitar 17 juta sampai puluhan juta per kg dan sisa-sisa sarang yang hancur dijual kepada pedagang pengumpul dan masyarakat menengah ke atas dengan pendapatan sekitar 15 juta/bulan, Dalam setahun rata-rata pengusaha sarang burung walet bisa menghasilkan sarang burung walet sekitar 8 kg sampai 10 kg.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka diidentifikasikan beberapa masalah yaitu :

a) Apa saja hasil olahan produk dari usaha sarang burung walet ?

b) Apakah usaha sarang burung walet secara finansial dan ekonomi layak untuk dikembangkan di daerah penelitian?

c) Bagaimana volume permintaan pasar sarang burung walet ?

d) Kemana tujuan pasar usaha sarang burung walet di daerah penelitian? e) Apa hambatan hambatan teknis dan ekonomi yang dihadapi dalam

pengembangan usaha sarang burung walet di daerah penelitian?

f) Apa upaya supaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan hambatan teknis dan ekonomi dalam pengembangan usaha sarang burung walet di daerah penelitian?


(7)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a) Untuk mengetahui hasil olahan produk dari usaha sarang burung walet b) Untuk mengetahui apakah usaha sarang burung walet secara finansial dan

ekonomi layak untuk dikembangkan di daerah penelitian.

c) Untuk mengetahui volume permintaan pasar sarang burung walet

d) Untuk mengetahui kemana tujuan pasar usaha sarang burung walet di daerah penelitian

e) Untuk mengetahui hambatan hambatan teknis dan ekonomi yang dihadapi dalam pengembangan usaha sarang burung walet di daerah penelitian f) Untuk mengetahui upaya upaya yang dilakukan untuk mengatasi

hambatan hambatan teknis dan ekonomi dalam pengembangan usaha sarang burung walet di daerah penelitian

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

a) Sebagai bahan pertimbangan oleh para pengambil keputusan untuk perbaikan dan pengembangan usaha sarang burung walet.

b) Sebagai referensi yang digunakan oleh peneliti yang berkaitan dengan penelitian dimasa yang akan datang.


(8)

TINJAUAN LITERATUR DAN LANDASAN TEORI

Tinjauan Teknis Usaha Sarang Burung Walet

Di Indonesia, cikal bakal perburuan sarang burung walet di habitat aslinya diperkirakan sudah ada sejak tahun 1700-an, yakni di gua Karangbolong yang terletak di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, tidak lama kemudian pencarian sarang burung walet mulai menyebar ke beberapa daerah seperti Gresik dan Tuban (Jawa Timur), Rembang, Tegal, Semarang dan Lasem (Jawa Tengah) dan dipinggiran Pantai Pulau Jawa. Selain di daerah daerah tersebut, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Riau, Sulawesi Selatan, serta Nusa Tenggara Timur dan Barat juga memiliki kekayaan sarang burung gua yang dihasilkan oleh walet sarang putih (Collocalia fuciphagus) dan walet sarang hitam (Collocalia maximus) ( Alhaddad, 2003 ).

Di Indonesia, walet terdapat hampir diseluruh propinsi, Walau terbangnya tinggi walet tidak menyukai daerah yang tandus dan daerah dengan ketinggian lebih dari 1.500 meter di atas permukaan laut ( Penebar Swadaya, 1995 ).

Walet merupakan sejenis burung pemakan serangga yang membuat sarang dari liurnya, Sudah sejak lama sarang walet dikonsumsi dan menjadi makanan kebanggaan para bangsawan dan raja. Itulah sebabnya sarang ini menjadi makanan mahal. Namun bukan hanya karena mahal sehingga perburuan sarang walet ke gua gua semakin marak tetapi juga karena sarang ini sangat bermanfaat dan berkhasiat bagi kesehatan manusia ( YamindanPaimin, 2002 ).


(9)

80 species burung walet yang sudah ditemukan. Berdasarkan taksonominya (klasifikasi organisme), burung walet digolongkan sebagai berikut :

Kingdom : Animal Fillum : Chordata Subfillum : Vertebrata Kelas : Aves

Ordo : Apodiformes Familia : Apodidae Genus : Collocalia Species :Collocaliasp. ( Iswanto, 2002 ).

Burung walet berkembang biak sepanjang tahun, dimana susunan alat perkembangbiakan (reproduksi) burung walet tidak berbeda dengan susunan alat reproduksi burung lainnya. Ketika musim kemarau, waktu yang diperlukan untuk berkembang biak lebih lama. Sarang burung walet dibuat dalam waktu 40 80 hari. Di dalamnya terdapat telur burung walet yang berjumlah 2 butir, setelah 2 5 hari, telur telur itu dierami selama 23 24 hari. Burung walet biasanya mengeram dalam koloni atau secara berpasangan. Tidak lama setelah telur menetas, anakan walet langsung dipelihara oleh kedua induknya hingga bisa terbang (sekitar umur 40 hari) ( Iswanto, 2002 ).

Sarang burung walet dihasilkan dari air liurnya. Air liur diproduksi oleh kelenjar saliva yang terletak di bawah lidah. Sebelum melakukan perkawinan, burung walet betina dan jantan membuat sarang secara bersama-sama dan merekatkannya di tempat yang dianggap aman. Burung walet jantan menghasilkan


(10)

rajutan air liur lebih panjang dibandingkan dengan burung walet betina. Selanjutnya rajutan air liur ini dibentuk oleh burung walet menyerupai mangkuk kecil ( Alhaddad, 2003 ).

Pada dasarnya, tujuan burung walet membuat sarang sama seperti jenis burung lainnya, yakni sebagai tempat meletakkan telur, mengeraminya, dan mengasuh anak burung walet. Sarang inilah yang dipungut oleh pemburu sarang burung walet. Burung walet menempelkan sarangnya di bagian atap gedung yang tingginya bisa mencapai 5 m lebih. Burung walet, biasanya meletakkan sarang sarangnya dalam bentuk koloni ( Redaksi AgroMedia, 2002 ).

Untuk lokasi, sarang burung walet sangat memerlukan tempat yang lembab dengan tingkat kelembaban ruang yang dibutuhkan, sekitar 85%-95%. Suhu ruangan yang cocok untuk walet antara 250C 290C. Walet menginginkan

lokasi yang tenang, aman, dan belum tercemar oleh polusi udara ( Budiman, 2003 ).

Adapun jenis jenis sarang walet adalah :

a) Walet sarang putih(Collocalia fuciphagus) b) Walet sarang hitam(Collocalia maximus) c) Walet sapi(Collocalia esculenta)

d) Walet sarang lumut(Collocalia vanikorensis) e) Walet gunung(Collocalia brevirostris) f) Walet besar(Hydrochous gigas)

( Redaksi trubus, 2000 ).

Secara umum, ciri ciri burung walet yang mampu terbang hingga mencapai kecepatan 150 km / jam ini sebagai berikut :


(11)

- Bentuk tubuh sangat ramping, dimana struktur atau bentuk ini sangat cocok untuk menghasilkan arus udara dari depan (aerodinamis)

- Bentuk sayapnya panjang meruncing - Panjang tubuh sekitar 9 15 cm

- Bentuk ekornya bercabang dua. Belahan ekor bervariasi ada yang dalam, ada juga yang dangkal

- Ukuran paruh relatif kecil

- Bentuk matanya bulat dan cekung, terletak dikiri dan kanan kepala

- Kakinya berukuran sangat kecil dan struktur kakinya sangat lemah. Sehingga tidak cukup kuat untuk menangkap mangsa atau untuk berjalan. Namun dengan bentuk kaki seperti itu, burung walet mampu merayapi tebing tebing terjal ketika membuat sarangnya

- Pakannya adalah serangga serangga kecil di udara yang ditangkap sembari terbang

- Indera penciumnya sangat tajam. Bau yang hampir tidak tercium oleh manusia bisa tercium oleh burung walet, karena itu, burung walet tidak akan mau masuk kedalam gedung walet yang baru selesai dibangun karena bau semen dan kayunya masih menyengat

( Iswanto, 2002 ).

Pemilihan lokasi bangunan rumah burung walet sangat mendukung keberhasilan pengoperasian gedung burung walet. Dalam pemilihan lokasi ini, harus diperhatikan faktor-faktor lingkungan yang cocok untuk kehidupan burung walet, berdasarkan sifat dan secara alami disukai oleh burung walet ( Alhaddad, 2003 ).


(12)

Ada beberapa cara yang seringkali dilakukan oleh pengelola rumah burung walet untuk mengundang kedatangan burung ini. Cara tersebut adalah :

a) Cara pasif : dengan membiarkan rumah gedung kosong begitu saja dengan harapan dapat didatangi oleh seriti atau walet. Cara pasif ini sangat bersifat untung untungan karena peran pemilik atau pengelola rumah walet amat sedikit sekali, sehingga banyak ruginya karena membutuhkan waktu yang lama sekali sebelum dihuni burung walet. Jika burung walet sudah langsung mau tinggal di rumah atau gedung maka pemilik tinggal melanjutkan budidaya.

b) Cara semiaktif : dengan melakukan usaha yang sedikit lebih aktif dari cara pasif. Ada dua cara semiaktif yang dapat dilakukan pemilik rumah atau gedung burung walet, yakni lewat penyediaan pakan dan memanggil burung walet dengan tape recorder.

c) Cara aktif : dengan cara menetaskan telur burung walet dan melatih anak burung walet agar terbiasa hidup di dalam gedung, memang keterlibatan pemilik dalam sistem ini amatlah besar, jerih payah yang dilakukan memang paling berat dibandingkan cara lainnya. Namun jika teliti dan sabar maka hal ini biasanya akan berdampak memuaskan.


(13)

TABEL 1. KANDUNGAN GIZI SARANG BURUNG WALET DAN BEBERAPA MAKANAN PEMBANDING UNTUK BERAT 100 GRAM

Sumber: Direktorat Gizi Dep. Kes. RI, 2001

( Budiman, 2002 ).

Waktu panen atau pemetikan terencana artinya pemetikan sesuai jadwal yang sudah tersusun rapi, sesuai azasnya yaitu kelestarian dan keseimbangan. Memetik sarang burung tidak dengan azas kebutuhan. Bila memungut sarang burung berdasarkan azas kebutuhan secara terus menerus akibatnya regenerasi burung jadi runyam sehingga burung tersebut pindah tempat dan punah. Dengan memperhitungkan berbagai hal dapat disusun waktu dan cara panen yang ideal sebagai berikut :

a) Panen pertama dengan cara rampasan. Panen pada saat burung telah menyelesaikan sarangnya tetapi belum bertelur. Lakukan sekitar 10 hari menjelang bertelur agar burung masih sempat membuat sarang baru. Hasil Kandungan Sarang Walet Susu kental bergula Daging sapi Daging ayam Telur ayam Udang kering Tempe kedelai murni

Kalori ( kal ) 281 336 273 302 162 295 149

Protein (g) 37,5 8,2 19,6 18,2 12,8 62,4 18,3

Lemak (g) 0,3 10 22 25 11,5 2,3 4

Karbohidrat (g) 32,1 55 0 0 0,7 1,8 12,7

Kalsium (g) 485 275 10 14 54 1209 129

Fosfor (mg) 18 229 150 200 180 1225 154

Zat Besi (mg) 3 0,2 2,7 1,5 2,7 6,3 10

Vit A (SI) 0 510 0 810 900 210 50

Vit B1(mg) 0 0,05 0,02 0,08 0,1 0,14 0,17

Vit C (mg) 0 1 0 0 0 0 0


(14)

panen rampasan kurang baik mutunya karena tipis dan tidak sempurna bentuknya.

b) Panen kedua dengan cara buang telur. Panen dilakukan setelah burung bertelur 2 butir, sekitar 2-3 bulan sejak sarang dibuat. Jangan panen bila melihat burung baru bertelur sebutir, ia akan panik dan mungkin pindah ke tempat lain. Untuk mengontrol jumlah telur dalam sarang dapat dilakukan dengan menggunakan cermin bertangkai panjang sehingga tidak perlu memanjat. Telur yang diambil dapat digunakan untuk menambah populasi burung, atau dijual kepada yang membutuhkan. Hasil panen cara ini bermutu baik, bentuk sarang sempurna dan tebal.

c) Panen ketiga dengan cara buang telur. Sama dengan cara panen kedua. d) Panen keempat dengan cara panen penetasan. Panen ini dilakukan setelah

anak walet sudah mampu terbang sekitar 45 hari sejak menetas. Sarang burung yang dihasilkan bermutu rendah karena bentuknya sudah rusak dan tercemar kotoran serta bulu.

( Redaksi Trubus, 2000 ).

Tinjauan Ekonomi dan Sosial Sarang Burung Walet

Dari tahun ke tahun harga komoditas sarang burung walet ini cenderung naik dan tidak pernah turun. Hal ini sangat berkaitan dengan meningkatnya jumlah permintaan tanpa diimbangi dengan hasil produksi yang stabil, padahal bisnis sarang burung walet di Indonesia sampai saat ini masih termasuk cerah. Ekspor komoditas ini sudah mampu menjangkau beberapa negara ( Alhaddad, 2003 ).


(15)

Produksi sarang burung walet di Indonesia umumnya tidak seragam. Pada musim hujan jumlah sarang burung walet yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan pada musim kemarau, hal ini disebabkan produksi air liur ditentukan oleh pakan yang tersedia pada musim penghujan, ketersediaan pakan walet cukup berlimpah. Dengan ketersediaan pakan yang cukup, tubuh walet lebih terangsang untuk memproduksi air liur, kawin, dan bertelur , sehingga produksi sarang dan masa bertelur akan berlangsung lebih cepat. Dengan demikian, secara alamiah, musim penghujan merupakan waktu yang tepat bagi burung walet untuk berkembang ( Alhaddad, 2003 ).

Gencarnya ekspor sarang burung walet sempat membuat kekhawatiran para pecinta lingkungan hidup dari Italia, Inggris, dan Perancis akan terancamnya populasi walet. Wujud kekhawatiran diungkapkan dalam konferensi di hotel Novotel, Surabaya pada 3-7 November 1996 berupa usulan agar walet dimasukkan dalam apendik II CITES. Artinya, perdagangan sarang walet dibatasi kuota. Tetapi, karena Indonesia bisa menunjukkan bahwa sarang burung yang diperdagangkan berasal dari walet hasil budidaya maka kuota tak jadi diberlakukan ( Redaksi Trubus, 2000 ).

Faktor keamanan juga penting dipertimbangkan, karena sebelum membangun rumah walet, sebaiknya survei dulu kondisi lingkungan setempat. Terutama kondisi sosial masyarakatnya. Daerah yang penduduknya relatif kurang mampu dan berpendidikan rendah umumnya kondisi keamanannya cenderung buruk. Hal ini akan berakibat pada kelangsungan perkembangan rumah walet ( Redaksi AgroMedia, 2002 ).


(16)

Hingga saat ini, pengiriman sarang burung walet dari Indonesia sebagian besar masih mengandalkan pasar negara negara Asia. Sekitar 80% sarang burung walet dari Indonesia membanjiri pasar Asia dan sebagian besar diekspor ke Hongkong. Hongkong diidentikkan sebagai pusat perdagangan sarang walet dunia karena dari Hongkong inilah kemudian sarang burung walet didistribusikan ke negara negara lain di dunia, terutama Cina, Amerika Serikat, dan Kanada ( Taslim, 2002 ).

Standar harga sarang burung walet ditentukan oleh warna, ukuran, kebersihan dan struktur rajutannya, dengan kualitas sarang burung walet yang cukup bervariasi. Hal inilah yang membuat harganya berbeda beda. Adapun kualitas sarang burung walet dipengaruhi oleh musim, cara pemetikan, gangguan hama, dan lingkungan ( Iswanto, 2002 ).

Standar mutu sarang burung walet adalah suatu standar yang sudah ditetapkan oleh pembeli sarang. Sarang yang sudah memenuhi standar siap jual tersebut dapat diterima pembeli lokal maupun importir. Sementara grading

merupakan penilaian dan penentuan kriteria atas jenis dan kelas mutu produk yang berpedoman pada beberapa kriteria tertentu seperti bentuk, warna, kerapian proses, ukuran, dan ketebalan sarang ( Taslim, 2002 ).

Dari berbagai jenis sarang burung walet yang diperdagangkan, ada beberapa kriteria standar menurut keinginan importir, yaitu tingkat kebersihan, jenis, warna, dan perlakuan pembersihan (Secara alami atau menggunakan zat kimia tertentu). Berikut beberapa kriteria standar sarang walet :


(17)

a) Kecuali sarang hitam (Mao Yen), semua produk sarang harus dalam keadaan sudah dibersihkan, tidak ada sedikit pun kotoran atau bulu di dalam sarang, selain itu sarang harus bebas dari bahan kimia.

b) Jenis sarang hitam dapat dijual dalam keadaan baru panen (masih kotor atau banyak bulu). Umumnya jenis sarang ini akan diproses kembali secara massal untuk digunakan dalam industri minuman.

c) Sebelum dipasarkan, sarang yang sudah bersih perlu dibedakan berdasarkan jenis dan kelas mutu. Kegiatan ini disebut grading. Untuk kegiatan ini dibutuhkan supervisor yang bertugas memisahkan sarang walet berdasarkan bentuk maupun kelas.

d) Produk sarang yang sudah dibersihkan dan digrading dapat segera dipasarkan. Makin bersih sarang dan makin baik kelas mutunya, nilai jualnya pun makin tinggi.

e) Sarang putih (U-Yen) yang sudah diproses dan dibersihkan (tanpa kotoran dan bahan kima) biasanya akan selalu dibeli atau diterima importir. Memang nilainya tidak akan sama untuk masing masing bentuk dan kelas. Terkadang karena ketidakumuman standardisasi yang berlaku, penilaian

grading dapat berbeda untuk masing masing importir. Oleh karena itu, sebelum ada transaksi sebaiknya harus ada penyamaan persepsi antara pedagang dan importir. Tujuannya agar tidak ada pihak pihak yang dirugikan. Cara ini akan berdampak positif karena terjadi hubungan berkelanjutan (kontinu) di antara kedua belah pihak


(18)

f) Sebelum dikirim, sarang harus dikemas. Pengemasan dilakukan ekstra hati hati agar sarang tidak cepat berjamur. Sarang yang berjamur akan menurunkan mutu dan harga

( Taslim, 2002 ).

Didalam penentuan pangsa pasar sarang burung walet, harus dipertimbangkan dan diperhatikan beberapa fakta dan kondisi produk tersebut sebagai berikut :

a) Harga sangat mahal.

b) Digunakan dan dipercaya untuk kesehatan.

c) Dimakan dengan cara dicampur obat atau makanan.

d) Fisik berwarna putih, kuning, oranye dan merah (kebanyakan berwarna putih atau krem).

( Taslim, 2002 ).

Dengan mempertimbangan beberapa fakta dan kondisi tersebut maka pangsa pasar yang sangat cocok untuk produk sarang burung walet adalah :

a) Masyarakat menengah ke atas,

b) Masyarakat yang mempercayai khasiat sarang walet (mayoritas masyarakat Cina, baik di dalam maupun di luar negeri),

c) Anak anak hingga dewasa,

d) Orang yang sakit, terutama sakit paru paru atau batuk,

e) Pria atau wanita yang ingin menjaga vitalitas atau daya tahan tubuh ( Taslim, 2002 ).


(19)

Landasan Teori

Dengan meningkatnya jumlah perdagangan dan permintaan pada setiap tahunnya maka dapat disimpulkan bahwa perdagangan sarang burung walet sangat berprospek. Ini disebabkan permintaan banyak, tetapi produk yang tersedia sangat terbatas, karena burung walet sendiri tidak dapat diternakkan. Makanan burung walet pun masih tergantung pada alam. Walaupun sangat berprospek, harga jual maupun harga beli sarang walet sangat berfluktuasi. Tidak heran kalau eksportir yang sudah lama berkecimpung pada bisnis ini pun sering mengalami untung maupun rugi. Untuk menjaga reputasi penjual dan mempertahankan pelanggan, tetap saja eksportir menjual produknya walupun terjadi fluktuasi kurs mata uang asing atau faktor lain ( Taslim, 2002 ).

Prospek bisnis sarang burung walet dari tahun ketahun semakin meningkat, hal ini terbukti dari jumlah ekspor ke negara negara lain semakin bertambah. Secara umum dapat diindikasikan bahwa pengembangan usaha sarang burung walet dikatakan mempunyai prospek ditinjau dari prospek harga, ekspor dan pengembangan produk. Untuk meningkatkan ekspor yang lebih besar, perlu dilakukan pengembangan sarang burung walet dengan meningkatkan berbagai persyaratan perdagangan seperti kualitas, kuantitas, serta usaha untuk memenuhi permintaan pasar ( Penebar Swadaya, 1995 ).

Semakin besarnya permintaan sarang burung walet dari luar negeri maka Indonesia pun berusaha memenuhinya. Terbukti sejak tahun 1990 perkembangan rumah walet sangat pesat. Bahkan pusat pengembangannya kini sudah bergeser ke Bali dan Sumatera ( Redaksi Trubus, 2000 ).


(20)

Harga sarang burung walet yang pernah mencapai 17,5 juta rupiah per kg membuat para investor berlomba lomba untuk membangun gedung walet dan membudidayakan burung walet tersebut di dalamnya. Padahal untuk membangun gedung walet diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup agar investasi atau modal yang telah dikeluarkan tidak sia sia ( Iswanto, 2002 ).

Secara umum, pasar sarang walet dapat dikatagorikan dalam dua bentuk yaitu pasar dalam negeri dan pasar luar negeri. Daya serap pasar sarang burung walet lebih banyak dilakukan oleh pasar luar negeri, yaitu lebih dari 95%, sementara pasar dalam negeri hanya mampu menyerap beberapa persen saja. Target pasar dalam negeri terutama adalah masyarakat kalangan menengah keatas ; ekspatriate dari Benua Asia seperti orang Taiwan, Singapura dan Malaysia ; warga keturunan Cina ; pengumpul dan eksportir ; konsumen langsung serta calo sarang walet. Sementara target pasar luar negeri antara lain Hongkong, Singapura, Taiwan, Cina, Amerika Serikat dan Kanada ( Taslim, 2002 ).

Selama ini perizinan ekspor sarang burung walet diabaikan eksportir. Pasalnya sebagian besar mereka hanya mengekspor ke negara negara tetangga seperti Singapura, Hongkong dan Taiwan. Ekspor ke Amerika Serikat dan Kanada baru dilakukan beberapa orang (Pengusaha) dalam jumlah terbatas. Prosedur ekspor ke Amerika Serikat dan Kanada relatif sulit karena harus dilengkapi berbagai surat izin ( Trubus, 2005 ).

Setiap produksi subsektor pertanian dipengaruhi oleh faktor produksi modal. Berbeda dengan sistem produksi alam, pengaruhnya terhadap produksi peternakan berbeda dengan produksi tanaman pangan. Makin tinggi modal per unit usaha digunakan maka usaha tersebut dinamakan makin padat modal atau


(21)

makin intensif. Apakah makin intensif suatu usaha maka makin tinggi keuntungannya? Itu masih dipengaruhi oleh harga output dan harga input ( Daniel, 2002 ).

Kemudahan memasarkan sarang burung walet tak lepas dari daya serap pasar luar negeri yang begitu besar, terutama negara negara di Asia. Indonesia yang merupakan salah satu produsen sarang walet terbesar di dunia menjadi sasaran para importir dari Hongkong dan Singapura ( Redaksi trubus, 2000 ).

Pasar merupakan kumpulan atau himpunan dari para pembeli, baik pembeli nyata maupun pembeli potensial atas suatu produk atau jasa tertentu. Pasar juga mengandung arti adanya kekuatan permintaan dan penawaran terhadap suatu produk. Pasar nyata merupakan himpunan konsumen yang mempunyai minat, pendapatan dan akses pada suatu produk dan jasa tertentu. Dalam pasar nyata biasanya konsumen pasti melakukan transaksi, Hal ini disebabkan konsumen didukung dengan minat atau keinginan untuk membeli serta memiliki pendapatan atau akses, namun suatu saat apabila telah memiliki pendapatan dan ada akses mereka akan membeli, sehingga kelompok ini merupakan pasar potensial ( KasmirdanJakfar, 2003 ).

Tujuan pasar dalam kegiatan memasarkan suatu produk atau jasa secara umum adalah sebagai berikut :

a) Memaksimumkan konsumsi, atau dengan kata lain memudahkan dan merangsang konsumsi.

b) Memaksimumkan kepuasaan konsumen. c) Memaksimumkan pilihan (ragam produk).


(22)

d) Memaksimumkan mutu hidup (kualitas, kuantitas, ketersediaan, harga pokok barang, mutu lingkungan fisik dan mutu lingkungan kultur).

e) Meningkatkan penjualan dan jasa.

f) Ingin menguasai pasar dan menghadapi pesaing. g) Memenuhi kebutuhan akan suatu produk maupun jasa.

h) Memenuhi keinginan para pelanggan akan suatu produk atau jasa. ( KasmirdanJakfar, 2003 ).

Permintaan adalah keinginan yang didukung oleh daya beli dan akses untuk membeli, artinya permintaan akan terjadi apabila didukung oleh kemampuan yang dimiliki seseorang konsumen untuk membeli, kemampuan tersebut diukur dari tingkat pendapatan yang dimiliki ( KasmirdanJakfar, 2003 ).

Analisis ekonomi adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Dalam analisis ekonomi, yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber sumber tersebut dan siapa yang menerima hasil proyek tersebut ( Kadariah,dkk,1994 ).

Sebenarnya analisis ekonomi ini juga merupakan analisis finansial, hanya saja dalam melakukan perhitungan analisis ekonomi dan analisis finansial terjadi perbedaan. Dalam analisis ekonomi, variabel harga yang dipakai adalah harga bayangan(Shadow price),sedangkan dalam analisis finansial, variabel harga yang digunakan adalah data harga riil yang terjadi di masyarakat ( Soekartawi, 1995 ).

Dalam analisis ekonomi tidak dipakai harga pasar tetapi selalu dipakai harga bayangan (Shadow Price).Penggunaan harga pasar dalam analisis ekonomi


(23)

dapat menimbulkan kesalahan pada waktu menganalisis suatu proyek, kesalahan kesalahan ini bisa terjadi misalnya dalam menganalisis suatu proyek yang banyak menggunakan barang barang atau komponen dari luar negeri, sedangkan harga valuta asing untuk mengimpor tersebut kemungkinan dinilai terlalu rendah sehingga hasil analisis akan menguntungkan proyek. Harga bayangan dapat didefenisikan sebagai harga yang berlaku dalam keadaan keseimbangan. Jadi bila harga pasar dianggap harga riil, maka harga dalam keadaan keseimbangan merupakan harga bayangan. Dalam praktek, khusus dalam proyek pertanian, pengukuran harga bayangan sulit dilakukan. Hal ini disebabkan karena adanya faktor ketidakpastian (uncertainity) yang sering dijumpai pada proyek tersebut ( Kadariah,dkk, 1994 ).

Yang dimaksud dengan biaya ialah pengorbanan yang mutlak harus diadakan atau harus dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil. Biaya tetap ialah biaya yang sampai pada batas tertentu tidak berubah, tidak dipengaruhi besar kecilnya volume hasil, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah ubah mengikuti kesibukan usaha tersebut ( Wasis, 1992 ).

Penyusutan dalam perhitungan analisis ekonomi tidak dianggap sebagai biaya penyusutan atau depresiasi sesungguhnya hanya merupakan pengalokasian biaya investasi setiap tahun sepanjang umur ekonomi proyek untuk menjamin bahwa biaya modal itu diperhitungkan dalam laporan/neraca rugi-laba tahunan (Profit and loss statement). Tetapi sesungguhnya penyusutan itu tidak merupakan pengeluaran biaya riil, sebab yang benar benar merupakan pengeluaran biaya adalah investasi semula ( Kadariah,dkk, 1994 ).


(24)

Biaya produksi yang tinggi mengakibatkan harga jual yang tinggi pula, sehingga dapat membawa kerugian pada perusahaan, karena kalah dalam persaingan harga dengan para pesaing. Penelitian pasar dan informasi pasar dari konsumen dapat membantu perusahaan untuk memutuskan apakah biaya biaya produksinya efisien ( Husein, 1998 ).

Harga pokok adalah jumlah biaya seharusnya untuk memproduksikan suatu barang ditambah biaya lainnya hingga barang itu berada di pasar. Bila suatu hasil produksi di bawa ke pasar, maka ongkos produksi merupakan dasar utama dalam penentuan harga penjualan ( Manullang, 1992 ).

Tujuan analisis proyek adalah memperbaiki penilaian investasi karena sumber- sumber yang tersedia bagi pembangunan terbatas, maka perlu diadakan pemilihan antara berbagai macam proyek. Kesalahan memilih proyek dapat mengakibatkan pengorbanan sumber sumber yang langka ( Kadariah,dkk, 1986 ). Dalam rangka mencari suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penyetujuan atau penolakan suatu proyek, telah dikembangkan berbagai macam cara yang dinamakanInvestmen criteriaatau kriteria investasi ( Gray,dkk, 1995 ).

Keuntungan bersih suatu usaha adalah pendapatan kotor dikurangi jumlah biaya maka NPV suatu proyek adalah selisih PV arus benefit dengan PV arus biaya dapat dituliskan sebagai berikut :

n

t i t

Ct Bt NPV

0 (1 ) ) (

( Gray,dkk,1995 ).

Lalu Net B/Cmerupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah Present Value yang negatif (sebagai penyebut), secara umum rumusnya adalah:


(25)

 

          n t t n t t Ct Bt Untuk iCt Bt Ct Bt Untuk i Ct Bt C B Net 0 0 0 ) 1 ( 0 1 / ( Gray,dkk, 1995 ).

The internal rate of return (IRR) merupakan parameter yang dipakai apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak layak bagi suatu usaha adalah apabila IRR lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang berlaku saat itu dilaksanakan dengan meminjam uang (biaya) dari bank pada saat nilai netto sekarang (Net Present Value, NPV = 0). Oleh karena itu untuk menghitung IRR diperlukan nilai NPV terlebih dahulu. Perkiraan IRR yang dekat didapat dengan memecahkan persamaan berikut :

IRR= (2 1)

2 1

1 NPVNPVNPV i i

i

 

( Gray,dkk,1995 ).

Modal dapat dibagi dua, yaitu modal tetap dan modal bergerak, modal tetap adalah barang barang yang digunakan didalam proses produksi yang dapat digunakan beberapa kali contoh : mesin, pabrik, gedung dan lain lain. Modal bergerak adalah barang yang digunakan dalam proses produksi yang hanya biasa digunakan sekali pakai, contoh : bahan mentah, pupuk, bibit, bahan bakar dan lain lain ( Mubyarto, 1989 ).

Penerimaan tunai usaha tani (farm receipt) didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usaha tani, namun tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani. Pengeluaran tunai usahatani (farm payment) didefenisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, namun tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok ( Daniel, 2002 ).


(26)

Kerangka Pemikiran

Usaha sarang burung walet merupakan salah satu usaha yang banyak diminati masyarakat terbukti dengan banyaknya muncul usaha sarang burung walet. Tuntutan perkembangan zaman dan meningkatnya permintaan pasar luar negeri akan sarang burung walet, maka usaha sarang burung walet mulai dilakukan secara Semiaktif (yaitu mengundang burung walet dengan cara meletakkan tape recorder di dalam gedung walet, agar dapat memproduksi sarang yang dihasilkan dari air liur burung walet) sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Saat ini yang umumnya diusahakan masyarakat adalah sarang yang dihasilkan dari air liur burung walet yaitu sarang walet putih jenis Collocalia fuciphagus. Hal ini disebabkan burung walet jenis Collocalia fuciphagus cepat berproduksi dan harga jual dari hasil produksinya lebih mahal daripada burung walet jenis lain. Sarang tersebut merupakan produk olahan dari burung walet.

Untuk memproduksi sarang yang dihasilkan dari air liur walet dibutuhkan biaya produksi yang dibagi atas dua yakni biaya tetap terdiri dari biaya pembuatan gedung, dan pembelian peralatan. Sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya pemeliharaan/penjagaan gedung dan upah tenaga kerja.

Yang menjadi hal utama dalam usaha sarang burung walet adalah produksi yaitu sarang yang dihasilkan dari air liur walet. Untuk menghasilkan produksi yang tinggi dan berkualitas diperlukan suatu penanganan atau manajemen pemeliharaan yang baik dari semua aspek pemeliharaan. Pembuatan atau pembangunan gedung yang nyaman bagi burung walet merata, seimbang dan merangsang burung walet untuk berproduksi lebih banyak lagi.


(27)

Setelah berproduksi, maka sarang yang dihasilkan dari air liur burung walet akan dipasarkan atau dijual langsung ke luar negeri seperti Hongkong, Singapura dan Taiwan disebabkan karena permintaan pasar luar negeri akan sarang burung walet sangat banyak sedangkan permintaan pasar dalam negeri sedikit, disebabkan harga per kg sarang burung walet sangat mahal. Harga sarang burung walet ini sangat bervariasi tergantung kurs mata uang asing (USD), jika naik maka nilai jual sarang burung walet akan naik.

Penjualan setiap per kg sarang burung walet akan menghasilkan penerimaan bagi pengusaha burung walet. Seluruh totalitas dalam usaha sarang burung walet mulai dari pembuatan gedung walet hingga menghasilkan produksi serta kegiatan pasca panen sangat menentukan jumlah biaya dalam suatu periode kegiatan produksi. Totalitas biaya inilah yang akan mengurangi penerimaan pengusaha (petani) dan mencari pendapatan bersihnya yang nantinya akan dianalisis dengan alat uji kelayakan yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi (NPV, Net B/C dan IRR). Maka ditetapkan apakah usaha burung walet ini layak diusahakan secara finansial dan secara ekonomi dengan ketentuan bila hasil perbandingan lebih besar dari satu (>1) maka usaha masih layak diusahakan atau dikembangkan, sedangkan bila lebih kecil dari satu (<1) maka usaha tidak layak diusahakan atau dikembangkan. Hal ini berlaku untuk waktu tertentu dan tingkat suku bunga tertentu dan umur ekonomis usaha diketahui. Bila hasil perbandingan = 1, maka usaha sarang burung walet tersebut mencapai titik impasnya pada bunga modal sebesar 1% selama usaha tersebut berjalan.

Dalam mengembangkan sarang yang dihasilkan dari air liur burung walet ini biasanya terdapat beberapa hambatan teknis dan ekonomi yang dihadapi oleh


(28)

pengusaha burung walet (Petani), seperti kondisi lingkungan masyarakat sekitar terganggu karena adanya burung walet dengan suaranya yang ribut dan menimbulkan jentik jentik nyamuk serta kondisi keamanan yang buruk yaitu disatroni pencuri, dan untuk itu ada upaya upaya yang akan dilakukan untuk mengatasi hambatan hambatan teknis dan ekonomi yang ada dan dapat diketahui prospek pengembangannya.

Untuk lebih memperjelas mengenai prospek pengembangan usaha sarang burung walet yang ditimbulkan serta hubungannya dengan hal hal yang tercantum pada identifikasi masalah pada bab sebelumnya, maka dapat kita lihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini ( Gambar I ).


(29)

Gbr I. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

= Menyatakan Hubungan = Menyatakan Memiliki

Usaha Burung Walet

Produksi

Harga

Permintaan Pasar

 Dalam Negeri

 Luar Negeri Faktor Produksi

 Lahan

 Modal

 Tenaga Kerja

 Manajemen

Upaya-upaya Mengatasi

Pendapatan Bersih

Hambatan-hambatan

 Teknis

 Ekonomis

Analisis Finansial/Ekonomi

 NPV

 Net B/C

 IRR

Layak Tidak Layak


(30)

Hipotesis Penelitian

Dari landasan teori yang sudah dibuat, maka diajukan beberapa hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :

a) Hasil dari burung walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya. Sarang burung walet ini merupakan hasil produk dari air liur walet, selain mempunyai harga yang tinggi juga mempunyai banyak kegunaan dalam dunia kesehatan. Diduga hasil olahan produk dari usaha sarang burung walet adalah sarang yang dihasilkan dari air liur burung walet.

b) Prospek bisnis sarang burung walet dari tahun ketahun semakin meningkat, Terbukti dari jumlah ekspor ke negara negara lain semakin bertambah, secara umum bahwa pengembangan usaha sarang burung walet dikatakan mempunyai prospek ditinjau dari prospek harga, ekspor, dan pengembangan produk. Di mana harga sarang burung walet yang pernah mencapai 17,5 juta rupiah per kg membuat para investor berlomba lomba untuk membangun gedung walet dan membudidayakan burung walet di dalam gedung. Diduga prospek pengembangan usaha sarang burung walet secara finansial dan ekonomi layak dikembangkan di daerah penelitian.

c) Semakin besarnya permintaan sarang burung walet dari luar negeri di Indonesia. Maka secara umum, pasar sarang burung walet dibagi dalam dua bentuk yaitu pasar dalam negeri dan pasar luar negeri. Daya serap pasar sarang burung walet lebih banyak dilakukan oleh pasar luar negeri, yaitu lebih dari 95%, sementara pasar dalam negeri hanya mampu menyerap beberapa persen saja. Di duga volume permintaan pasar luar negeri meningkat lebih dari 95%, sementara permintaan pasar dalam negeri hanya beberapa persen saja


(31)

disebabkan harga per kg sarang burung walet yang begitu mahal untuk dikonsumsi.

d) Target pasar dalam negeri terutama masyarakat kalangan menengah keatas, Sementara target pasar luar negeri antara lain Hongkong, Singapura, Taiwan, Cina, Amerika Serikat dan Kanada. Di duga tujuan pasar usaha sarang burung walet di daerah penelitian adalah Hongkong, Singapura, dan Taiwan.


(32)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Dearah Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara purposiveyaitu di desa Bakaran Batu, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan bahwa daerah ini memiliki produksi sarang burung walet dengan prospek yang baik di Lubuk Pakam, antara lain : harga bersaing dan ekspor ke luar negeri, dengan jumlah usaha sarang burung walet ± 15 gedung walet di daerah tersebut.

Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Metode Sensus yaitu pengusaha burung walet, Penetapan jumlah sampel tersebut berdasarkan asumsi bahwa kondisi petani (pengusaha) relatif homogen karena tipe usahataninya relatif sama yaitu usaha burung walet, dengan catatan bahwa untuk sampel pengusaha sarang burung walet dari 15 populasi diambil 8 sampel selebihnya tidak dapat dijadikan sampel, karena birokrasi yang sangat ketat dan juga disebabkan pengembangan usaha sarang burung walet di daerah penelitian tersebut belum sepenuhnya mendapatkan surat izin dari pemerintah artinya masih illegal.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, Data primer diperoleh langsung dari petani (pengusaha) sarang burung walet di daerah penelitian tersebut. Sedangkan data sekunder tentang penangkaran burung walet tidak terdapat dalam instansi lainnya, disebabkan penangkaran burung walet masih illegal dan belum sepenuhnya mendapatkan surat izin dari pemerintah.


(33)

Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah a dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif untuk mengetahui apa saja hasil olahan produk dari usaha burung walet yang diperoleh langsung dari pengusaha (pengelola) sarang burung walet.

Untuk identifikasi masalah b, kelayakan finansial dan ekonomi dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dan analisis ekonomi dengan kriteria investasi, Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),

Internal Rate of Return(IRR), Dapat dirumuskan sebagai berikut:

n

t i t

Ct Bt NPV

0 (1 ) ) (

Dengan kriteria

 Bila NPV 0 usaha tersebut layak untuk dilaksanakan/dikembangkan  Bila NPV < 0 usaha tersebut tidak layak dilaksanakan/dikembangkan

         n t t n t t Ct Bt untuk iBt Ct Ct Bt untuk iCt Bt C NetB 0 0 0 ) 1 ( ) ( 0 ) 1 ( ) ( / Dengan kriteria

 Bila Net B/C 1, usaha tersebut layak untuk dilaksanakan/dikembangkan  Bila Net B/C <1,usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan/

dikembangkan

IRR= (2 1)

2 1

1 NPVNPVNPV i i

i

 

Dengan kriteria

 Bila IRR > tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan/dikembangkan


(34)

 Bila IRR< tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan/dikembangkan

Keterangan :

Bt = Benefit sosial kotor proyek pada waktu t

Ct = Cost ( Biaya ) Sosial kotor sehubungan dengan proyek pada waktu termasuk segala jenis pengeluaran.

t = Waktu

i = Tingkat suku bunga n = Umur ekonomis proyek ( Gray,dkk,1995 ).

Untuk identifikasi masalah c dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan melihat volume permintaan pasar luar negeri dan volume permintaan pasar dalam negeri akan sarang burung walet, diperoleh langsung dari pengusaha (pengelola).

Untuk identifikasi masalah d dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengetahui kemana tujuan pasar usaha sarang burung walet, diperoleh langsung dari pengusaha (pengelola) di daerah penelitian.

Untuk identifikasi masalah e dan f dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan melihat hambatan hambatan teknis dan ekonomi apa saja yang dihadapi dalam pengembangan usaha sarang burung walet di daerah penelitian dan upaya upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi hambatan hambatan teknis dan ekonomi dalam pengembangan usaha sarang burung walet di daerah penelitian.


(35)

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan hasil penelitian ini, maka dibuat beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : Defenisi

a) Analisis finansial adalah unit usaha yang dikaji kelayakannya dianggap sebagai unit yang bersifat individual sehingga tidak perlu diperhatikan apakah punya dampak atau efek di dalam perekonomian dalam lingkup lebih luas. b) Analisis ekonomi adalah unit usaha yang dikaji kelayakan yang diasumsikan

memiliki pengaruh terhadap perekonomian dalam lingkup lebih luas (Global atau makro).

c) Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan pengusaha selama proses produksi berlangsung sampai siap untuk dipasarkan.

Batasan Operasional

a) Daerah penelitian adalah di Desa Bakaran Batu, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang.

b) Waktu penelitian adalah tahun 2008.

c) Sampel penelitian adalah pengusaha (pengelola) burung walet rumahan atau di dalam gedung.

d) Jenis burung walet yang diteliti adalah burung walet sarang putih (Collocalia fuciphagus).

e) Prospek pengembangan usaha sarang burung walet adalah peluang atau hal yang diharapkan untuk dapat mengembangkan burung walet pada masa sekarang dan masa depan.


(36)

f) Usaha sarang burung walet adalah suatu usaha yang dilakukan dengan membangun gedung yang di dalamnya diletakkan twiter (speaker yang bekerja pada frekuensi tinggi) untuk memanggil burung walet masuk ke dalam gedung tersebut.

g) Permintaan pasar dalam negeri adalah konsumen menengah ke atas dengan pendapatan sekitar 15 juta/bulan yang mengkonsumsi sarang burung walet dan pedagang pengumpul.

h) Permintaan pasar luar negeri adalah negara negara luar negeri yang mengkonsumsi sarang burung walet (Hongkong, Singapura dan Taiwan). i) Produksi adalah jumlah sarang burung walet yang dihasilkan dalam sekali

proses produksi yaitu 3 bulan sekali.

j) Benefit adalah seluruh penerimaan yang diterima petani dalam melakukan usaha.

k) Cost (biaya) adalah segala jenis pengeluaran sehubungan dengan usaha baik yang bersifat modal, dan biaya yang berhubungan dengan penjagaan dan pemeliharaan burung walet.

l) Pengolahan sarang burung walet adalah sarang yang diolah menurut standar mutu sarang walet.

m) Produk adalah sarang yang dihasilkan dari air liur burung walet.

n) Pendapatan bersih usaha sarang burung walet adalah nilai produksi yang dihasilkan dari usaha sarang burung walet dikurangi seluruh biaya produksi.


(37)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PENGUSAHA SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang dan yang menjadi daerah penelitian adalah Desa Bakaran Batu.

a. Luas dan Letak Geografis

Desa Bakaran Batu berada di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara ±2 km dari Lubuk Pakam (ibukota Kecamatan) 3 km dari Pakam (ibukota Kabupaten Deli Serdang) dan ± 40 km dari Kota Medan (ibukota Provinsi). Dengan luas 195 Ha. Secara administratif desa Bakaran Batu mempunyai batas-batas sebagai berikut :

o Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tumpatan kecamatan Beringin o Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Lubuk Pakam Pekan o Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Palo Kemiri

o Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sekip kecamatan Lubuk Pakam

Desa Bakaran Batu bertopografi dataran dengan suhu rata-rata 270C dengan ketinggian 145 m di atas permukaan laut

(Monografi Desa Bakaran Batu, 2007) b. Tata Guna Tanah

Pola penggunaan tanah di desa Bakaran Batu dapat dilihat pada tabel berikut :


(38)

Tabel 2. Keadaan Tata Guna Tanah Desa Bakaran Batu Tahun 2007

No Jenis Penggunaan Tanah Luas ( Ha ) Persentase ( % )

1 Bangunan dan Pemukiman 120 61,5

2 Tanah Sawah Tadah Hujan 50 25,6

3 Tanah Sawah Irigasi ½ Teknis 25 12,9

Jumlah 195 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Bakaran Batu (2008).

Dari tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa luas wilayah desa Bakaran Batu adalah 195 Ha. Sebagian besar digunakan untuk bangunan dan pemukiman seluas 120 Ha (61,5%) yang mana bangunan dan pemukiman dibagi dalam bangunan walet 11 Ha dan selebihnya 109 Ha digunakan untuk pemukiman bangunan lain seperti rumah penduduk setempat, sarana dan prasarana yang sudah lengkap di desa Bakaran Batu. Tanah sawah tadah hujan seluas 50 Ha (25,6%). Tanah sawah irigasi ½ teknis seluas 25 Ha (12,9%).


(39)

c. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk desa Bakaran Batu menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2007

No Umur Jumlah (Jiwa)

1 0-6 2.113

2 7-18 1.739

3 19-25 1.017

4 26-50 1.772

5 51-60 1.153

6 60 638

Jumlah 8.432

Sumber : Kantor Kepala Desa Bakaran Batu (2008).

Dari tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa Jumlah penduduk di desa Bakaran Batu adalah 8.432 jiwa, dimana umur 0-6 berjumlah 2.113 jiwa, 7-18 berjumlah 1.739 jiwa, 19-25 berjumlah 1.017 jiwa, 26-50 berjumlah 1.772 jiwa, 51-60 berjumlah 1.153 jiwa dan umur 60 berjumlah 638 jiwa, sehingga jumlah

(jiwa) penduduk desa Bakaran Batu sebesar 8.432 jiwa terdiri dari 4.195 jiwa laki-laki dan 4.237 jiwa perempuan (menurut Kepala Desa Bakaran Batu survey di lapangan).


(40)

Jumlah penduduk menurut agama yang dianut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2007

No Agama Jumlah (Jiwa)

1 Islam 7.342

2 Kristen 196

3 Hindu 50

4 Budha 844

Jumlah 8.432

Sumber : Kantor Kepala Desa Bakaran Batu (2008).

Dari tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk desa Bakaran Batu menurut agama beranekaragam jenisnya, sebagian besar di desa Bakaran Batu penduduknya menganut agama Islam sebanyak 7.342 jiwa, penduduk yang menganut agama Budha sebanyak 844 jiwa di desa bakaran batu inilah yang mengembangkan usaha sarang burung walet, penduduk yang menganut agama Kristen sebanyak 196 jiwa, sedangkan penduduk yang menganut agama Hindu hanya 50 jiwa, sehingga dapat disimpulkan bahwa penduduk desa Bakaran Batu mayoritas beragama Islam.


(41)

Distribusi penduduk menurut pendidikan yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Tahun 2007

No Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 SD 1910 24,27

2 SLTP 2256 28,67

3 SLTA 3521 44,75

4 Diploma 28 0,36

5 Sarjana 154 1,95

Jumlah 7869 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Bakaran Batu (2008).

Dari tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk desa bakaran batu yang berpendidikan SLTA sebanyak 3521 jiwa (44,75%), yang berpendidikan SLTP sebanyak 2256 jiwa (28,67%), yang berpendidikan SD sebanyak 1910 jiwa (24,27%), yang berpendidikan Sarjana sebanyak 154 jiwa (1,95%), sedangkan yang berpendidikan Diploma hanya 28 jiwa (0,36%).


(42)

Distribusi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007

No Mata Pencaharian Jumlah (kk) Persentase (%)

1 Petani 158 8,31

2 Pegawai Swasta 1169 61,46

3 Pegawai Negeri 376 19,77

4 Pengrajin 55 2,89

5 Pedagang 113 5,94

6 Montir (Angkutan) 31 1,63

Jumlah 1902 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Bakaran Batu (2008).

Dari tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa penduduk desa Bakaran Batu mempunyai sumber mata pencaharian utama sebagai pegawai swasta sebanyak 1169 kk (61,46%), penduduk yang bermata pencaharian sebagai pegawai negeri sebanyak 376 kk (19,77%), penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 158 kk (8,31%), penduduk yang bermata pencaharian sebagai pedagang sebanyak 113 kk (5,94%), penduduk yang bermata pencaharian sebagai pengrajin sebanyak 55 kk (2,89%), penduduk yang bermata pencaharian sebagai montir angkutan sebanyak 31 kk (1,63%), sedangkan penduduk yang bermata pencaharian sebagai usaha sarang burung walet tidak dicantumkan di kantor kepala desa Bakaran Batu disebabkan penduduk masyarakat china (agama Budha) tidak berkenan untuk dicantumkan dikantor kepala desa tersebut.

d. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di desa Bakaran Batu dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(43)

Tabel 7. Sarana dan Prasarana Desa Bakaran Batu Tahun 2007

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sarana Ibadah Mesjid Musholla Wihara 3 5 4 2 Sarana Kesehatan

Puskesmas Bidan Desa Apotik Posyandu 1 1 1 4 3 Pendidikan TPA Madrasah TK SD SLTP SLTA 1 1 2 1 1 1 4 Ekonomi

Usaha Ekonomi Desa 1

5 Kantor Kepala Desa 1

6 Komunikasi

Wartel 8

7 Kantor Pos 1

8 Toko/Swalayan 1

9 Industri

Industri Kerajinan

Industri Bahan Bangunan 12

10 Warung Kelontong 30

11 Jalan Dusun Jalan Desa Jalan Protokol

5 8 1

Sumber : Kantor Kepala Desa Bakaran Batu (2008).

Dari tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di desa Bakaran Batu sudah baik. Karena sarana ibadah, kesehatan, komunikasi dan lainnya sudah lengkap. Dan sarana jalan aspal mendukung transportasi yang lancar untuk usaha sarang burung walet.


(44)

Karakteristik Pengusaha Sampel

Yang termasuk karakteristik pengusaha yang menjadi sampel dalam penelitian ini meliputi : luas gedung walet, umur, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga. Karakteristik pengusaha sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 8. Karakteristik Pengusaha Sampel di Desa Bakaran Batu

No Uraian Satuan Total Rataan

1 Luas Gedung Walet Ha 0,1988 0,02485

2 Umur Tahun 328 41

3 Pendidikan Tahun 126 15,75

4 Jumlah Tanggungan Jiwa 18 2,25

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran1).

Dari tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata luas gedung yang digunakan pengusaha untuk usaha sarang burung walet adalah 0,02485 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha memiliki lahan yang cukup untuk mengembangkan usaha sarang burung walet.

Rata-rata umur pengusaha desa Bakaran Batu adalah 41 tahun. Hal ini menunjukkan juga bahwa secara umum pengusaha di daerah penelitian masih tergolong pada usia produktif sehingga dapat dikatakan pula di daerah penelitian masih memiliki tenaga kerja yang potensial untuk mengusahakan usaha sarang burung walet.

Rata-rata pendidikan yang dimiliki oleh pengusaha adalah 15,75 tahun yang menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan terakhir pengusaha adalah S1. pendidikan juga berpengaruh pada keahlian dan pengetahuannya di dalam usaha sarang burung walet sehingga ada kemungkinan dapat meningkatkan produksi sarang burung walet.


(45)

Rata-rata jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki pengusaha adalah 2,25 jiwa. Jumlah tanggungan yang masih dalam usia produktif masih bisa dimanfaatkan untuk membantu proses usaha sarang burung walet terutama penyediaan tenaga kerja dalam keluarga. Tetapi kenyataannya dalam pengembangan usaha sarang burung walet, pengusaha (pengelola) di desa Bakaran Batu untuk membantu proses usaha sarang burung walet hanya menyediakan tenaga kerja dari luar keluarga tetapi hanya sedikit saja, artinya masyarakat setempat yang dapat dipercaya oleh pengusaha (pengelola) tersebut.


(46)

LAY-OUT ( Tata Letak) GEDUNG WALET DAN

PENGEMBANGAN USAHA SARANG BURUNG WALET

Lay-Out (Tata Letak) Gedung Walet

Lay-Out gedung walet harus disesuaikan dengan habitat aslinya di gua. Keadaan gua yang gelap dapat dimodifikasi dengan membuat ruang-ruang atau sekat-sekat di rumah walet. Selain itu walet mempunyai kebiasaan berputar sebelum masuk ke ruang sarangnya sehingga dalam pembuatan rumah harus direncanakan dengan baik, secara umum gedung walet dibagi menjadi beberapa ruang, yaitu :roving area, roving room, dan resting room.

Gbr II. Skema Lay-Out (Tata Letak) Gedung Burung Walet Rumah walet

Resting Resting Resting Room room room

Resting Resting Resting room room room Roving room

Resting Resting Resting room room room


(47)

a. Roving Area

Roving areaadalah bagian dari habitat burung walet yang berupa lapangan tempat berputar-putar sebelum burung walet masuk ke kediamannya. Lapangan ini harus berada tepat di depan pintu masuk burung, di luar gedung burung walet.

Roving area dibuat dengan luas agar burung walet dapat leluasa berkeliling di ruang ini. Semakin luas roving area akan memberikan pengaruh yang baik terhadap burung walet. Untuk menjaga kenyamanan dan keamanan burung walet maka diusahakan agar di depan pintu masuk roving area tidak berkeliaran binatang-binatang peliharaan atau hama seperti kucing, anjing, dan tikus, selain itu dilarang membakar sampah di depan pintu masuk roving area karena akan mengganggu burung walet untuk masuk ke dalam gedung tersebut.

b. Roving Room

Roving room adalah suatu ruang dalam gedung burung walet yang berada tepat di depan pintu burung walet keluar. Ruang ini biasanya digunakan oleh burung walet untuk berputar sesaat sebelum burung walet terbang ke luar dari gedungnya. Pada ruang ini harus bersih dan tidak terdapat benda-benda yang dapat menghalangi burung walet terbang. Pada ruang ini terdapat lubang keluar yang berfungsi sebagai lubang untuk masuk. Lubang ini tidak dibuat terlalu besar atau terlalu sempit. Ukuran lubang tersebut adalah tinggi 12 cm dan lebar 80 cm. Tujuannya agar lubang untuk keluar dan masuknya burung walet ini tidak menghadap ke arah matahari langsung karena akan menyebabkan sinar matahari banyak masuk ke ruang, sehingga lubang masuk dan keluar burung walet ini menghadap ke Utara atau ke Selatan.


(48)

c. Resting Room

Resting room adalah ruang tempat burung walet beristirahat. Di ruang ini, burung walet akan membangun sarangnya. Untuk mendapatkan produksi sarang yang tinggi maka ruang istirahat di buat remang-remang, suhu harus stabil (260C-290C), dan kelembapannya selalu tinggi (85%-95%).

Komponen Fisik Bangunan

Dalam membangun gedung burung walet yang nyaman maka pengusaha selalu memperhatikan aspek yang menyangkut komponen fisik dan non-fisik (keadaan) bangunan. Ada beberapa komponen fisik dalam membangun gedung burung walet.

a. Fondasi Bangunan

Untuk meningkatkan kualitas fisik gedung burung walet maka fondasi bangunan harus dibuat kuat sehingga tahan gempa.

b. Lantai bangunan

Lantai bangunan dibuat lurus, padat, dan tidak berlubang-lubang. Lantai dibuat dari batu bata di lapisan bawah dan di atasnya baru disemen atau diplester. Lantai yang disemen akan menjaga keamanan gedung dari pencuri yang masuk yaitu membuat lubang di bawah tanah dan pengecoran pada lantai. Di setiap gedung (lubang-lubang tempat keluar masuknya burung walet) dipasang penangkal tujuannya agar menjaga keamanan dari pencuri.

c. Dinding Bangunan

Tinggi dinding tembok dibuat lebih tinggi yaitu antara 10 m 12 m. dinding bangunan dibuat tebal atau dengan pola batu bata satu set (dua sisi batu bata) sehingga kedap suara, suhu, dan kelembapan. Bagian luar dinding diplester


(49)

dengan campuran semen, pasir, dan kapur gamping dengan perbandingan 1:3:9 dan dilapis lagi dengan plester semen. Dinding dalam diplester kasar dengan campuran kapur, pasir, dan semen merah (batu bata tumbuk) dengan perbandingan 1:3:1. Penggunaan semen merah bertujuan untuk menjaga kestabilan kelembapan ruangan. Dinding dalam yang diplester kasar bertujuan agar burung walet yang baru belajar terbang tidak mengalami kesulitan ketika hinggap di tembok gedung tersebut. Dinding bagian dalam dan luar tidak dicat karena burung walet sangat peka dengan bau cat.

d. Plafon dan Kerangka

Plafon (langit-langit) gedung burung walet dibuat dari kayu yang awet, kering, dan tua. Kayu tidak dicat atau diberi bahan kimia karena baunya akan mengganggu burung walet untuk masuk ke dalam gedung. Kayu untuk plafon tidak dibuat licin karena akan menyulitkan burung walet menempelkan air liurnya. Plafon berupa papan kayu, sedangkan kerangka (lagur) dibuat dari kayu sengon laut atau albasia. Kerangka ini digunakan burung walet untuk menempelkan sarangnya. Di roving room posisi kerangka dibuat sejajar dengan sinar dari lubang tempat keluar masuk burung walet. Sebaliknya, di resting room

posisi kerangka dibuat memotong sinar dari lubang keluar masuk agar cahaya yang masuk akan terhalangi dan tidak menyebar ke dalam.

e. Atap Gedung

Atap gedung burung walet dibuat lebih tinggi agar gerak terbang burung walet tidak terganggu dan kelembapan serta suhu ruang lebih stabil.


(50)

Bahan untuk atap gedung dari bahan yang kuat (genting tanah liat), dapat meredam panas sehingga suhu ruangan relatif bagus, dan mampu menciptakan kelembapan dalam ruangan.

Di atap gedung di buat kolam atau berbentuk seperti bak yang diisi dengan air yang berfungsi untuk mandi dan minum burung walet.

f. Bagian Tambahan Bangunan

Beberapa bagian tambahan bangunan yang perlu ada pada gedung burung walet diantaranya pintu, lubang untuk keluar masuk burung walet, dan lubang ventilasi.

Pintu pada gedung burung walet hanya ada satu buah yaitu hanya untuk keperluan keluar masuk pengelola atau pengusaha gedung burung walet. Pintu dibuat dari bahan yang kokoh dan kuat dan diletak alarm pada bagian seluruh pintu tersebut agar tidak mudah dijebol oleh pencuri.

Lubang untuk keluar masuk burung walet berbentuk segiempat dan berukuran tinggi 60 cm dan panjang 80 cm. Setelah burung walet masuk dan mendiami gedung tersebut, secara bertahap lubang diperkecil hingga menjadi 12 cm x 80 cm. Lubang ini dibuat sekitar 50 cm di bawah plafon.

Walaupun burung walet menyukai ruangan yang lembap dan gelap tetapi sirkulasi udara yang baik tetap dibutuhkan dalam gedung burung walet. Lubang ventilasi udara dibuat dari paralon siku atau bentuk L. Kedua lubang paralon ditutup dengan kasa halus sehingga hama pengganggu tidak dapat masuk, tetapi sirkulasi udara tetap berjalan lancar. Untuk menghindari masuknya cahaya lewat pipa paralon, maka pipa yang di dalam gedung dipasang pipa L menghadap ke bawah. Paralon untuk sirkulasi udara ini dipasang tiap 5 m.


(51)

Pengembangan Usaha Sarang Burung Walet a. Waktu Panen

Produksi sarang burung walet di desa Bakaran Batu dilakukan 4 kali dalam setahun (panen), dimana dalam satu kali panen sarang burung walet menghasilkan sebanyak 2-3 kg sehingga dalam setahun produksi sarang burung walet sekitar 10 kg.

Dengan memperhitungkan berbagai hal dapat disusun waktu dan cara panen yang dilakukan pengusaha di desa Bakaran Batu adalah sebagai berikut :

1) Panen pertama dengan cara rampasan yaitu panen pada saat burung walet telah menyelesaikan sarangnya tetapi belum bertelur. Ini dilakukan sekitar 10 hari menjelang bertelur agar burung walet masih sempat membuat sarang baru.

2) Panen kedua dan ketiga dengan cara buang telur yaitu dilakukan setelah burung walet bertelur 2 butir sekitar 2-3 bulan sejak sarang dibuat. Telur yang diambil digunakan untuk menambah populasi burung walet. Hasil panen ini selalu bermutu baik, bentuk sarang sempurna dan tebal.

3) Panen keempat dengan cara panen penetasan telur, panen ini dilakukan setelah anak burung walet sudah mampu terbang sekitar 45 hari sejak menetas.

b. Perlakuan Terhadap Sarang Burung Walet Yang Baru Dipanen

Sarang yang sudah dipetik atau dipanen diletak di wadah yang bersih dan lapang seperti keranjang atau boks dari plastik berbentuk persegi. Sarang yang belum bersih dilakukan pencabutan bulu-bulu yang menempel pada sarang tersebut, kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja wanita (penduduk setempat)


(52)

dengan upah Rp 60.000,-/org. sarang dipilah-pilah berdasarkan mutunya. Sarang yang tidak utuh atau hancur dipisahkan tersendiri. Untuk membersihkan sarang yang banyak bulunya, sarang disemprot dengan air sehingga menjadi lunak. Setelah lunak bulu-bulu yang ada dapat diambil atau dicabuti dengan penjepit. Setelah bersih dari bulu, untuk membentuk dan menjaga agar sarang itu tidak berserabut, masukkan sarang ke dalam cetakan berbentuk mangkuk atau sendokan yang mirip dengan bentuk sarang walet aslinya. Setelah itu sarang diangin-anginkan hingga kering atau dapat digunakan dengan kipas angin, tidak boleh dengan cahaya matahari karena dapat merusak sarang tersebut. Sarang dapat disimpan sampai 6 bulan. Setelah lewat masa tersebut, warna dapat berubah sehingga dapat mengakibatkan harga turun dan kualitas menurun jika disimpan sampai 2 tahun di dalam ruangan.

Hal-hal yang dilakukan dalam pengepakan sarang burung walet adalah sebagai berikut:

1) Sarang dikemas dalam dos atau boks plastik.

2) Kemasan plastik transparan sehingga memudahkan pembeli melihat kualitas sarang burung walet.

3) Setiap dos diisi sarang seberat 1 kg.

4) Peletakan sarang dalam dos disusun secara teratur dan tidak boleh ditekan atau diguncang-guncang, karena sarang menjadi remuk/pecah sehingga dapat mengurangi harga jual.


(53)

GAMBAR III. PERALATAN USAHA SARANG BURUNG WALET

Gbr III.1 Gbr III.2

Gbr III.3 Gbr III.4


(54)

Gbr III.7

Cara penetasan telur burung walet dengan mesin tetas adalah : 1) Putar tombol pengatur suhu sampai lampu menyala.

2) Tunggu ± 15 menit sampai thermometer di dalam kotak penetasan menunjukkan angka yang stabil pada 320C.

3) Putar tombol sedikit ke kiri jika suhu lebih tinggi 320C dan putar tombol kanan jika suhu di bawah 320C.

4) Nyalakan lampu di dalam mesin tetas jika mesin tetas tidak menggunakan aliran listrik sebagai sumber panasnya.

5) Atur kelembapan udara pada angka 70% dengan cara meletakkan wadah berisi air di bawah mesin tetas.

6) Masukkan telur walet ke dalam mesin dengan posisi menghadap ke atas udara 7) Atur temperatur pada suhu 320C selama 5 hari, jika telur muda (berwarna merah muda). Setelah 5 hari, temperatur dalam mesin dinaikkan menjadi


(1)

Lampiran 21. Perkiraan Total Produksi Usaha Sarang Burung Walet Secara

Finansial

No

Thn

Pembangunan

Gedung &

Peralatan (Rp)

Biaya Pakan

Walet (Rp)

Transparan

Plastik

(Rp)

T.Kerja

(Rp)

Penyusutan

(Rp)

PBB

(Rp)

P4 Sarang

Walet

(Rp)

Listrik

(Rp)

(Rp)

Air

Total

(Rp)

1 0 35.030.000 0 0 0 0 115.000 0 0 0 35.145.000

I 0 307.500 0 1.850.000 3.444.550 225.000 0 1.391.400 550.200 7.768.646

II 0 0 23.000 3.340.000 3.444.550 228.000 2.160.000 1.438.200 562.740 11.196.486

III 0 150.000 11.500 4.600.000 3.444.550 230.000 1.200.000 2.619.000 563.400 12.818.446

IV 0 0 11.500 3.600.000 3.444.550 240.000 600.000 2.658.960 575.820 11.130.826

2 0 43.864.975 0 0 0 0 0 0 0 0 43.864.975

I 0 115.000 0 1.850.000 4.285.450 225.000 0 1.392.560 546.900 8.414.912

II 0 90.000 23.000 3.340.000 4.285.450 228.000 1.800.000 1.441.150 550.200 11.757.802 III 0 84.000 23.000 4.600.000 4.285.450 230.000 1.800.000 2.611.280 551.760 14.185.492

IV 0 0 0 3.600.000 4.285.450 240.000 0 2.667.570 563.400 11.356.422

3 0 44.186.450 0 0 0 0 0 0 0 0 44.186.450

I 0 172.000 0 3.250.000 4.334.900 225.000 0 1.382.650 550.380 9.913.930

II 0 0 11.500 3.340.000 4.334.900 228.000 1.080.000 1.411.150 551.400 10.955.950

III 0 112.000 11.500 3.600.000 4.334.900 230.000 600.000 2.605.950 551.820 12.045.170 IV 0 90.000 23.000 3.600.000 4.334.900 240.000 1.800.000 2.653.890 563.820 13.304.610

4 0 30.864.900 0 0 0 0 110.000 0 0 0 30.974.900

I 0 138.000 0 1.850.000 3.048.300 200.000 0 985.875 549.000 6.774.679

II 0 0 0 2.300.000 3.048.300 205.000 0 998.150 550.500 7.105.454

III 0 0 11.500 2.520.000 3.048.300 210.000 600.000 1.715.960 551.760 8.661.024

IV 0 150.000 11.500 2.520.000 3.048.300 215.000 1.200.000 1.821.550 553.500 9.523.354

5 0 36.050.465 0 0 0 0 115.000 0 0 0 36.165.465

I 0 241.500 0 1.850.000 3.554.630 225.000 0 1.381.150 548.100 7.800.378

II 0 0 23.000 3.340.000 3.554.630 228.000 1.800.000 1.425.875 550.740 10.922.243

III 0 140.000 23.000 3.600.000 3.554.630 230.000 1.800.000 2.613.590 553.800 12.515.018

IV 0 0 23.000 3.600.000 3.554.630 240.000 1.800.000 2.655.850 558.600 12.432.078

6 0 35.503.765 0 0 0 0 0 0 0 0 35.503.765

I 0 207.000 0 1.850.000 3.490.230 225.000 0 1.379.950 544.200 7.696.378

II 0 0 23.000 2.780.000 3.490.230 228.000 1.560.000 1.415.875 548.100 10.045.203

III 0 60.000 11.500 3.500.000 3.490.230 230.000 600.000 2.619.550 553.800 11.065.078 IV 0 150.000 11.500 3.600.000 3.490.230 240.000 1.200.000 2.653.890 558.600 11.904.218

7 0 36.801.600 0 0 0 0 0 0 0 0 36.801.600

I 0 161.000 0 1.850.000 3.590.700 205.000 0 989.150 550.740 7.347.086

II 0 0 0 2.300.000 3.590.700 210.000 0 995.175 553.500 7.649.871


(2)

III 0 112.000 23.000 2.520.000 3.590.700 215.000 1.800.000 1.735.850 558.600 10.555.646

IV 0 0 23.000 2.520.000 3.590.700 220.000 1.800.000 1.822.650 563.820 10.540.666

8 0 44.351.175 0 0 0 0 0 0 0 0 44.351.175

I 0 230.000 0 1.850.000 4.363.850 229.000 0 1.395.775 549.000 8.617.627

II 0 0 23.000 2.780.000 4.363.850 235.000 1.800.000 1.440.850 550.500 11.193.202

III 0 45.000 11.500 4.500.000 4.363.850 240.000 960.000 2.608.175 551.760 13.280.287 IV 0 150.000 11.500 3.600.000 4.363.850 248.000 1.200.000 2.673.850 553.500 12.800.702

Total 306.665.330 2.905.000 368.000 95.800.000 120.450.440 7.587.000 29.160.000 59.602.500 17.733.960 640.291.464 Rataan 38.331.666,25 363.125 46.000 11.975.000 15.056.305 948.375 3.645.000 7.450.312,5 2.216.745 80.036.433

Lampiran 27. Perkiraan Total Produksi Usaha Sarang Burung Walet Secara

Ekonomi

No

Thn

Pembangunan

Gedung &

Peralatan (Rp)

Biaya Pakan

Walet (Rp)

Transparan

Plastik

(Rp)

T.Kerja

(Rp)

Penyusutan

(Rp)

Transpor

tasi (Rp)

administras

Biaya

SIP2 (Rp)

Listrik

(Rp)

(Rp)

Air

Total

(Rp)

1 0 35.030.000 0 0 0 0 0 0 0 0 35.030.000

I 0 307.500 0 1.850.000 3.444.550 0 2.000.000 1.391.400 550.200 9.543.646

II 0 0 92.000 3.340.000 3.444.550 1.800.000 2.000.000 1.438.200 562.740 12.677.486

III 0 150.000 103.500 4.600.000 3.444.550 1.800.000 2.000.000 2.619.000 563.400 15.280.446

IV 0 0 115.000 3.600.000 3.444.550 1.900.000 2.000.000 2.658.960 575.820 14.294.326

2 0 43.864.975 0 0 0 0 0 0 0 0 43.864.975

I 0 115.000 0 1.850.000 4.285.450 0 2.000.000 1.392.560 546.900 10.189.912

II 0 90.000 92.000 3.340.000 4.285.450 1.800.000 2.000.000 1.441.150 550.200 13.598.802 III 0 84.000 115.000 4.600.000 4.285.450 1.800.000 2.000.000 2.611.280 551.760 16.047.492

IV 0 0 103.500 3.600.000 4.285.450 1.900.000 2.000.000 2.667.570 563.400 15.119.922


(3)

II 0 0 92.000 3.340.000 4.334.900 1.800.000 2.000.000 1.411.150 551.400 13.528.450 III 0 112.000 103.500 3.600.000 4.334.900 1.800.000 2.000.000 2.605.950 551.820 15.107.170 IV 0 90.000 103.500 3.600.000 4.334.900 1.900.000 2.000.000 2.653.890 563.820 15.245.110

4 0 30.864.900 0 0 0 0 0 0 0 0 30.864.900

I 0 138.000 0 1.850.000 3.048.300 0 2.000.000 985.875 549.000 8.574.679

II 0 0 69.000 2.300.000 3.048.300 1.700.000 2.000.000 998.150 550.500 10.669.454

III 0 0 80.500 2.520.000 3.048.300 1.750.000 2.000.000 1.715.960 551.760 11.670.024

IV 0 150.000 92.000 2.520.000 3.048.300 1.850.000 2.000.000 1.821.550 553.500 12.038.854

5 0 36.050.465 0 0 0 0 0 0 0 0 36.050.465

I 0 241.500 0 1.850.000 3.554.630 0 2.000.000 1.381.150 548.100 9.575.378

II 0 0 103.500 3.340.000 3.554.630 1.750.000 2.000.000 1.425.875 550.740 12.724.743

III 0 140.000 103.500 3.600.000 3.554.630 1.750.000 2.000.000 2.613.590 553.800 14.315.518

IV 0 0 103.500 3.600.000 3.554.630 1.850.000 2.000.000 2.655.850 558.600 14.322.578

6 0 35.503.765 0 0 0 0 0 0 0 0 35.503.765

I 0 207.000 0 1.850.000 3.490.230 0 2.000.000 1.379.950 544.200 9.471.378

II 0 0 69.000 2.780.000 3.490.230 1.800.000 2.000.000 1.415.875 548.100 12.103.203

III 0 60.000 103.500 3.500.000 3.490.230 1.800.000 2.000.000 2.619.550 553.800 14.127.078 IV 0 150.000 115.000 3.600.000 3.490.230 1.900.000 2.000.000 2.653.890 558.600 14.467.718

7 0 36.801.600 0 0 0 0 0 0 0 0 36.801.600

I 0 161.000 0 1.850.000 3.590.700 0 2.000.000 989.150 550.740 9.142.086

II 0 0 57.500 2.300.000 3.590.700 1.700.000 2.000.000 995.175 553.500 11.197.371

Lanjutan Lampiran 27

III 0 112.000 80.500 2.520.000 3.590.700 1.750.000 2.000.000 1.750.000 1.800.000 12.348.146 IV 0 0 92.000 2.520.000 3.590.700 1.800.000 2.000.000 1.800.000 1.800.000 12.389.666

8 0 44.351.175 0 0 0 0 0 0 0 0 44.351.175

I 0 230.000 0 1.850.000 4.363.850 0 2.036.000 0 0 10.424.627

II 0 0 92.000 2.780.000 4.363.850 1.800.000 2.036.000 1.800.000 1.800.000 13.063.202 III 0 45.000 103.500 4.500.000 4.363.850 1.850.000 2.036.000 1.850.000 960.000 16.058.287 IV 0 150.000 115.000 3.600.000 4.363.850 1.900.000 2.036.000 1.900.000 1.200.000 15.392.202

Total 306.665.330 2.905.000 2.363.000 95.800.000 120.450.440 45.100.000 64.144.000 45.100.000 29.160.000 714.783.464 Rataan 38.331.666,25 363.125 295.375 11.975.000 15.056.305 5.637.500 8.018.000 5.637.500 3.645.000 89.347.933


(4)

Lampiran 11. Biaya Penyusutan Gedung dan Peralatan Setiap Tahun

No

Sampel

Gedung

Pisau Pangot

Biaya

Total

Penyusutan

(Rp)

Jumlah

(unit)

Harga beli

(Rp)

ekonomis

Umur

(Thn)

Penyusutan

(Rp)

Jumlah

(unit)

Harga

beli

(Rp)

Umur

ekonomis

(Thn)

Penyusutan

(Rp)

1

1 29.245.500

10

2.924.550

5 8.500

5

8.500

2.933.050

2

1 36.900.000

10

3.690.000

0

0

0

0

3.690.000

3

1 37.000.000

10

3.700.000

0

0

0

0

3.700.000

4

1 25.635.000

10

2.563.500

0

0

0

0

2.563.500

5

1 30.000.000

10

3.000.000

5 8.500

5

8.500

3.008.500

6

1 29.650.000

10

2.965.000

5 8.500

5

8.500

2.973.500

7

1 31.000.000

10

3.100.000

5 8.500

5

8.500

3.108.500

8

1 37.000.000

10

3.700.000

5 8.500

5

8.500

3.708.500

Total

25.685.550

Lanjutan Lampiran 11

No

Sampel

Kotak Teropong Yang Berisi Lampu

Mesin Tetas Tipe 32533

Biaya

Total

Penyusutan

(Rp)

Jumlah

(unit)

Harga

beli

(Rp)

Umur

ekonomis

(Thn)

Penyusutan

(Rp)

Jumlah

(unit)

Harga

beli

(Rp)

Umur

ekonomis

(Thn)

Penyusutan

(Rp)

1

1 75.000

5

15.000

1 335.000

5

67.000

82.000

2

1 73.500

5

14.700

1 345.000

5

69.000

83.700

3

1 78.500

5

15.700

1 340.000

5

68.000

83.700

4

1 78.500

5

15.700

1 345.000

5

69.000

84.700

5

1 78.500

5

15.600

1 350.000

5

70.000

85.600

6

1 78.500

5

15.700

1 350.000

5

70.000

85.700

7

1 77.500

5

15.500

1 355.000

5

71.000

86.500

8

1 73.500

5

14.700

1 350.000

5

70.000

84.700

Total

676.600

Lanjutan Lampiran 11

No

Sampel

Tape Recorder

Kotak Inkubator

Biaya

Total

Penyusutan

(Rp)

Jumlah

(unit)

Harga

beli

(Rp)

Umur

ekonomis

(Thn)

Penyusutan

(Rp)

Jumlah

(unit)

Harga

beli

(Rp)

Umur

ekonomis

(Thn)

Penyusutan

(Rp)

1

3 450.000

5

270.000

1 250.000

5

50.000

320.000

2

3 575.000

5

345.000

1 260.000

5

52.000

397.000

3

3 650.000

5

390.000

1 255.000

5

51.000

441.000


(5)

6

3 450.000

5

270.000

1 265.000

5

53.000

323.000

7

2 650.000

5

260.000

1 265.000

5

53.000

313.000

8

3 670.000

5

402.000

1 260.000

5

52.000

454.000

Total

2.913.000

Lanjutan Lampiran 11

No

Sampel

Keranjang SegiEmpat Yang Berisi Spon

Keranjang Plastik Untuk Panen Sarang

Burung Walet

Biaya

Total

Penyusutan

(Rp)

Jumlah

(unit)

Harga

beli

(Rp)

Umur

ekonomis

(Thn)

Penyusutan

(Rp)

Jumlah

(unit)

Harga

beli

(Rp)

Umur

ekonomis

(Thn)

Penyusutan

(Rp)

1

3 15.000

5

9.000

5 12.000

5

12.000

21.000

2

3 15.000

5

9.000

5 11.500

5

11.500

20.500

3

3 15.000

5

9.000

5 11.500

5

11.500

20.500

4

2 16.500

5

6.600

5 12.500

5

12.500

19.100

5

3 15.000

5

9.000

5 12.000

5

12.000

21.000

6

3 15.000

5

9.000

5 12.000

5

12.000

21.000

7

2 16.500

5

6.600

5 12.500

5

12.000

18.600

8

3 15.000

5

9.000

5 12.000

5

12.000

21.000

Total

162.700

Lanjutan Lampiran 11

No

Sampel

Skrap

Pinset

Biaya

Total

Penyusutan

(Rp)

Jumlah

(unit)

Harga

beli

(Rp)

Umur

ekonomis

(Thn)

Penyusutan

(Rp)

Jumlah

(unit)

Harga

beli

(Rp)

Umur

ekonomis

(Thn)

Penyusutan

(Rp)

1

5 5.000

5

5.000

20

500

5

2.000

7.000

2

6 5.000

5

6.000

25

650

5

3.250

9.250

3

5 5.000

5

5.000

22

500

5

2.200

7.200

4

5 5.000

5

5.000

20

650

5

2.600

7.600

5

0

0

0

0

23

550

5

2.530

2.530

6

0

0

0

0

23

550

5

2.530

2.530

7

0

0

0

0

20

650

5

2.600

2.600

8

6 5.000

5

6.000

25

650

5

3.250

9.250

Total

47.960

Lanjutan Lampiran 11

No

Sampel

Tangga

Cermin Bertangkai Panjang Untuk

Melihat Telur Walet

Biaya

Total

Penyusutan

(Rp)

Jumlah

(unit)

Harga

beli

(Rp)

Umur

ekonomis

(Thn)

Penyusutan

(Rp)

Jumlah

(unit)

Harga

beli

(Rp)

Umur

ekonomis

(Thn)

Penyusutan

(Rp)


(6)

2

3 115.000

5

69.000

5 7.000

5

7.000

76.000

3

3 110.000

5

66.000

5 6.500

5

6.500

72.500

4

2 115.000

5

46.000

5 6.500

5

6.500

52.500

5

3 115.000

5

69.000

5 7.000

5

7.000

76.000

6

3 115.000

5

69.000

5 6.500

5

6.500

75.500

7

2 115.000

5

46.000

5 6.500

5

6.500

52.500

8

3 115.000

5

69.000

6 7.000

5

8.400

77.400

Total

554.900

Lanjutan Lampiran 11

No

Sampel

Handsprayer

Alat Pencetak Sarang Burung Walet

Biaya

Total

Penyusutan

(Rp)

Jumlah

(unit)

Harga

beli

(Rp)

Umur

ekonomis

(Thn)

Penyusutan

(Rp)

Jumlah

(unit)

Harga

beli

(Rp)

Umur

ekonomis

(Thn)

Penyusutan

(Rp)

1

5 5.500

5

5.500

5 3.500

5

3.500

9.000

2

5 5.500

5

5.500

5 3.500

5

3.500

9.000

3

5 6.500

5

6.500

5 3.500

5

3.500

10.000

4

4 5.500

5

4.400

5 3.500

5

3.500

7.900

5

5 5.500

5

5.500

5 3.500

5

3.500

9.000

6

5 5.500

5

5.500

5 3.500

5

3.500

9.000

7

5 5.500

5

5.500

5 3.500

5

3.500

9.000

8

5 5.500

5

5.500

5 3.500

5

3.500

9.000