Analisa Deret Berkala Sejarah Berdirinya Propinsi Sumatera Utara

d. Kemudahan dalam Penerapan Metode – metode yang dapat dimengerti dan mudah diaplikasikan sudah merupakan suatu prinsip umum bagi pengambil keputusan.

2.5 Analisa Deret Berkala

Data berkala Time Series adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk memberikan gambaran tentang perkembangan suatu kegiatan dari waktu ke waktu. Analisis data berkala memungkinkan untuk mengetahui perkembangan suatu kejadian atau beberapa kejadian serta hubungannya dengan kejadian yang lain. Metode Time Series merupakan metode peramalan kuantitatif yang didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan antar variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu. Tujuan Time Series ini mancakup penelitian pola data yang digunakan untuk meramalkan apakah data tersebut stasioner atau tidak dan ekstrapolasi ke masa yang akan datang. Stasioner itu sendiri berarti bahwa tidak terdapat pertumbuhan atau penurunan pada data. Data secara kasar harus horizontal sepanjang waktu. Dengan kata lain fluktuasi data tetap konstan setiap waktu. Universitas Sumatera Utara

2.6 Penentuan Pola Data

Hal yang penting diperhatikan dalam metode deret berkala adalah menentukan jenis pola data historisnya sehingga pola data yang tepat dengan pola data historis tersebut dapat diuji, dimana pola data pada umumnya dapat dibedakan sebagai berikut :

2.6.1 Pola Data Horizontal

Pola ini terjadi bila nilai berfluktuasi di sekitar nilai rata – rata konstan. Gambar 2.1 Pola Data Horizontal y waktu Universitas Sumatera Utara

2.6.2 Pola Data Musiman

Pola yang menunjukkan perubahan yang berulang – ulang secara periodik ke dalam deret waktu. Pola yang ini terjadi bila suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari – hari pada minggu tertentu. Gambar 2.2 Pola Data Musiman

2.6.3 Pola Data Siklis Cyclical

Pola data yang manunjukkan gerak naik turun dalam jangka panjang dari suatu kurva trend. Terjadi bila datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. y waktu Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3 Pola Data Siklis

2.6.4 Pola Data Trend

Pola data yang menunjukkan kenaikan atau penurunan jangka panjang dalam data. Gambar 2.4 Pola Data Trend y waktu y waktu Universitas Sumatera Utara

2.7 Metode Pemulusan Smoothing

Metode Pemulusan adalah metode peramalan dengan mangadakan penghalusan terhadap masa lalu, yaitu dengan mengambil rata – rata dari nilai beberapa tahun untuk menaksir nilai pada beberapa tahun ke depan. Secara umum, metode pemulusan diklasifikasikan menjadi 2 dua bagian, yaitu :

2.7.1 Metode Rata – rata

Metode rata – rata dibagi menjadi 4 empat bagian, yaitu : a. Nilai tengah mean b. Rata – rata bergerak tunggal Single Moving Average c. Rata – rata bergerak ganda Double Moving Average d. Kombinasi rata – rata bergerak lainnya.

2.7.2 Metode Pemulusan Smoothing Eksponensial

Bentuk umum dari Metode Pemulusan Smoothing Eksponensial ini adalah : F t+1 = αX t + 1- α F t 2.1 Universitas Sumatera Utara Dengan : F t+1 X = ramalan suatu periode ke depan t F = data aktual periode t t α = parameter pemulusan 0α1 = ramalan pada periode t Bila bentuk umum tersebut diperluas maka akan berubah menjadi : F t+1 = αX t + α 1-α X t-1 + α 1-α 2 X t-2 + ... + 1- α N F t + N-1 2.2 Dari perluasan bentuk umum di atas dapatlah dikatakan bahwa Metode Pemulusan Eksponensial secara eksponensial terhadap nilai observasi yang lebih tua atau dengan kata lain observasi yang baru diberikan bobot yang relatif lebih besar dengan nilai observasi yang lebih tua. Metode ini terdiri atas : a. Pemulusan Smoothing Eksponensial Tunggal 1. Satu Parameter One Parameter 2. Pendekatan Adaptif Digunakan untuk data yang bersifat stasioner dan tidak menunjukkan pola atau trend. b. Pemulusan Smoothing Eksponensial Ganda 1. Metode Linier Satu Parameter dari Brown Universitas Sumatera Utara 2. Metode Dua Parameter dari Holt c. Pemulusan Smoothing Eksponensial Tripel 1. Metode Kuadratik Satu Parameter dari Brown Digunakan untuk pola data kuadratik, kubik, atau orde yang lebih tinggi. 2. Metode Kecenderungan dan Musiman Tiga Parameter dari Winter Dapat digunakan untuk data yang berbentuk trend atau musiman. d. Pemulusan Smoothing Eksponensial Menurut Klasifikasi Pegels

2.8 Metode Pemulusan Smoothing yang Digunakan

Untuk mendapatkan hasil yang baik harus diketahui cara peramalan yang tepat. Dalam hal ini, Penulis menggunakan Metode Pemulusan Smoothing Eksponensial Tripel : Metode Kuadratik Satu Parameter dari Brown. Sebagaimana halnya dengan pemulusan eksponensial linear yang dapat digunakan untuk meramalkan data dengan suatu pola trend dasar, bentuk pemulusan yang lebih tinggi dapat digunakan bila dasar pola datanya adalah kuadratik, kubik, atau orde yang lebih tinggi. Untuk berangkat dari pemulusan kuadratik, pendekatan dasarnya adalah memasukkan tingkat pemulusan tambahan pemulusan tripel dan memberlakukan Universitas Sumatera Utara persamaan peramalan kuadratik. Persamaan untuk pemulusan kuadratik adalah sebagai berikut :

2.8.1 Menentukan Pemulusan Tunggal

2.1 Dimana : = Pemulusan Tunggal Periode t = Nilai Periode t = Pemulusan Tunggal Periode t-1

2.8.2 Menentukan Pemulusan Ganda

2.2 Dimana : = Pemulusan Ganda Periode t-1

2.8.3 Menentukan Pemulusan Tripel

+ 2.3 Universitas Sumatera Utara Dimana : = Pemulusan Tripel Periode t-1

2.8.4 Menentukan Konstanta

2.4

2.8.5 Menentukan Konstanta b

t 2.5

2.8.6 Menentukan Konstanta c c

t 2.6

2.8.7 Menentukan Nilai Peramalan F

t + m 2.7 Universitas Sumatera Utara Pendekatan pada teknik eksponensial tripel kuadratik satu parameter dari Brown didasarkan pada fungsi kuadratik, bukan linear. Teknik ini merupakan perluasan dari teknik dua parameter dari Holt atas musim dengan menyertakan penghalusan ketiga, yaitu parameter ketiga untuk menyesuaikan komponen musim. Metode ini disebut juga metode Holt-Winters dan merupakan pendekatan yang sangat penting dalam peramalan Delurgio , 1998;224 Universitas Sumatera Utara BAB 3 GAMBARAN UMUM PROPINSI SUMATERA UTARA

3.1 Sejarah Berdirinya Propinsi Sumatera Utara

Di zaman Pemerintahan Belanda, Sumatera merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouveurment Van Sumatera, yang meliputi seluruh Sumatera, dikepalai oleh seorang Gouverneur berkedudukan di Medan. Sumatera terdiri dari daerah - daerah administratif yang dinamakan keresidenan. Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Sumatera tetap merupakan suatu kesatuan pemerintahan yaitu Propinsi Sumatera yang dikepalai oleh seorang Gubernur dan terdiri dari daerah – daerah administratif Keresidenan yang dikepalai oleh seorang Residen. Pada sidang I Komite Nasional Daerah KND Propinsi Sumatera mengisi kesulitan – kesulitan perhubungan ditinjau dari segi pertahanan, diputuskan untuk membagi Propinsi Sumatera menjadi 3 tiga sub Propinsi yaitu sub Propinsi Sumatera Universitas Sumatera Utara Utara yang terdiri dari Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur dan Keresidenan Tapanuli , sub Propinsi Sumatera Tengah, dan sub Propinsi Sumatera Selatan. Dalam perkembangan selanjutnya melalui Undang – undang No. 10 Tahun 1948 tanggal 15 April 1948. Pemerintah menetapkan Sumatera menjadi 3 tiga Propinsi yang masing – masing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, yaitu : 1. Propinsi Sumatera Utara yang meliputi Keresidenan Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli. 2. Propinsi Sumatera Tengah yang meliputi Keresidenan Sumatera Barat, Riau, dan Jambi. 3. Propinsi Sumatera Selatan yang meliputi Keresidenan Bengkulu, Palembang, Lampung, dan Bangka Belitung. Dengan mendasarkan kepada Undang – undang No. 10 Tahun 1948 atas usul Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Utara dengan suratnya tanggal 18 Februari 1973 No. 458525 DPRD Tingkat I Sumatera Utara dengan keputusan pada tanggal 13 Agustus 1973 No. 19K1973 telah menetapkan bahwa hari jadi Propinsi Sumatera Tingkat I Sumatera Utara adalah tanggal 15 April 1948 dan tanggal ditetapkannya Undang – undang No. 10 Tahun 1948 tersebut. Pada awal tahun 1949 berkaitan dengan meningkatnya serangan Belanda diadakanlah reorganisasi pemerintahan di Sumatera. Pada waktu itu keadaan memerlukan suatu sistem ketahanan yang lebih kokoh dan sempurna. Oleh karena itu, perlu dipusatkan alat – alat kekuatan sipil dan militer dalam tiap – tiap daerah militer istimewa yang berada Universitas Sumatera Utara dalam satu tangan yaitu Gubernur Militer. Sehingga penduduk sipil dan militer berada di bawah kekuasaan satu pemerintah. Perubahan demikian ini ditetapkan dengan Keputusan Pemerintah Darurat R.I pada tanggal 16 Mei 1949 No. 21PEM.D.R.I, yang diikuti Keputusan Pemerintah Darurat R.I pada tanggal 17 Mei 1949 No. 22PEM.D.R.I jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan. Gubernur yang bersangkutan diangkat menjadi komisaris dengan tugas – tugas memberi pengawasan dan tuntutan terhadap pemerintah, baik sipil maupun militer. Selanjutnya dengan instruksi Dewan Pembantu dan Penasehat Wakil Perdana Menteri pada tanggal 15 September 1949, Sumatera Utara dibagi menjadi dua Daerah Militer Istimewa yaitu Aceh dan Tanah Karo yang diketuai oleh Gubernur Militer Tgk. M. Daud Beureuen dan Tapanuli Sumatera Timur Selatan oleh Gubernur Militer Dr. FI. Tobing. Selanjutnya dengan ketetapan Pemerintah Darurat R.I dalam bentuk peraturan Perdana Menteri Pengganti Peraturan Pemerintah tanggal 17 Desember 1949 No. 8DES.W.K.P.M dibentuklah Propinsi Aceh dan Propinsi Tapanuli Sumatera Timur. Kemudian dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – undang No.5 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950 Peraturan Wakil Perdana Menteri Pengganti Peraturan Pemerintah tanggal 17 Agustus 1949 No. 8DES.W.K.P.M Tahun 1949 tersebut dicabut dan kembali dibentuk Propinsi Sumatera Utara dengan daerah yang meliputi daerah Keresidenan Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli. Selanjutnya dengan Peraturan Universitas Sumatera Utara Pemerintah No. 21 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950, ditetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik terbagi atas beberapa daerah – daerah propinsi, yaitu : 1. Jawa Barat 2. Jawa Tengah 3. Jawa Timur 4. Sumatera Utara 5. Sumatera Tengah 6. Sumatera Selatan 7. Kalimantan 8. Sulawesi 9. Maluku 10. Sunda Kecil Pada tanggal 7 Desember 1956 diundangkanlah Undang – undang No.24 Tahun 1956 yaitu Undang – undang tentang pembentukan daerah otonom Propinsi Aceh dan perubahan peraturan perubahan Propinsi Sumatera Utara. Pasal 1 Undang – undang No. 24 Tahun 1956 ini menyebutkan : 1. Daerah Aceh yang meliputi Kabupaten – kabupaten : Aceh Besar, Aceh Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Selatan, Kota Besar Kutaraja, daerah – daerah tersebut dipisahkan dari lingkungan daerah otonom Propinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang No. 5 Tahun 1950 sehingga daerah – daerah tersebut menjadi daerah yang Universitas Sumatera Utara berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan nama Propinsi Aceh . 2. Propinsi Sumatera Utara tersebut yang wilayahnya telah dikurangi dengan bagian – bagian yang terbentuk sebagai daerah otonom Propinsi Aceh, tetap disebut Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Undang – undang darurat No. 7 Tahun 1956 , Undang – undang darurat No. 8 Tahun 1956, Undang – undang darurat No. 9 Tahun 1956, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – undang No. 4 Tahun 1964, Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 17 Kabupaten Kota. Tetapi dengan terbitnya Undang – undang No. 12 Tahun 1998, tentang pembentukan Kabupaten Mandailing Natal Madina dan Kabupaten Toba Samosir Toabsa . Undang – undang No. 4 Tahun 2001 tentang pembentukan Kota Padangsidimpuan, Undang – undang No. 9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Humbang Hasundutan, dan Pakpak Barat., serta Undang – undang No. 16 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Serdang Bedagai, maka wilayah Propinsi Sumatera Utara sudah menjadi 18 Kabupaten dan 7 Kota. Adapun Kabupaten Kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut : a. Wilayah Kabupaten 1. Nias 2. Mandailing Natal Madina 3. Tapanuli Selatan 4. Tapanuli Tengah 5. Tapanuli Utara Universitas Sumatera Utara 6. Toba Samosir Tobasa 7. Labuhan Batu 8. Asahan 9. Simalungun 10. Dairi 11. Karo 12. Deli Serdang 13. Langkat 14. Nias Selatan 15. Humbang Hasundutan 16. Pakpak Barat 17. Samosir 18. Serdang Bedagai b. Wilayah Kota 1. Sibolga 2. Tanjung Balai 3. Pematang Siantar 4. Tebing Tinggi 5. Medan 6. Binjai 7. Padangsidimpuan Universitas Sumatera Utara

3.2 Lokasi, Keadaan Geografis dan Iklim