Tabel 5.6. Perbedaan tingkat kecemasan pada orang tua pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan orientasi rumah
sakit
Variabel Mean
SD SE
P N
Tingkat kecemasan responden pada
kelompok intervensi 8,45
2,605 0,583
0,000 20
Tingkat kecemasan responden pada
kelompok kontrol 19,45
2,819 0,630
20
2. Pembahasan
Dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa orientasi rumah sakit pada orang tua yang memiliki anak yang dirawat inap dirumah sakit dapat
menurunkan tingkat kecemasan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Nursalam 2005 yang menyatakan bahwa orientasi ruangan kepada pasien anak
dan keluarga harus dilaksanakan oleh perawat untuk menghindari sesuatu yang mencemaskan dan menakutkan bagi pasien anak dan keluarga.
Hasil dari penelitian pada uji t-dependen untuk kelompok intervensi sebelum dilakukan orientasi rumah sakit menunjukkan nilai rata-rata 20,60 dan
nilai SD 3,136, setelah dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi mempunyai nilai rata-rata 8,45 dan nilai SD 2,605 . Dari uji statistik
nilai P yaitu 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya perbedaan tingkat kecemasan yang mendapat orientasi rumah sakit sebelum dilakukan
orientasi rumah sakit pada kelompok intervensi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wong 2008 pemberian informasi tentang respons perilaku normal dan dapat diperkirakan tersebut kepada orang tua dapat mengurangi
kecemasan orang tua selama awal hospitalisasi. Alasan mempersiapkan anak menghadapi pengalaman rumah sakit dan prosedur yang terkait dibuat
berdasarkan prinsip bahwa ketakutan akan ketidaktahuan fantasi lebih besar daripada ketakutan yang diketahui. Oleh karena itu, mengurangi unsur
ketidaktahuan dapat mengurangi ketakutan tersebut. Meskipun persiapan untuk hospitalisasi merupakan praktik yang umum, tidak ada standar atau program
universal yang dianjurkan untuk semua tempat. Proses persiapan dapat dilakukan dengan tur, pertunjukan boneka, dan waktu bermain dengan miniature
peralatan rumah sakit; persiapan tersebut dapat melibatkan penggunaan buku- buku, video atau film; atau terbatas pada deskripsi singkat aspek utama tentang
dirawat dirumah sakit. Tidak ada kesepakatan yang tegas tentang waktu persiapan tersebut. Tanpa memedulikan jenis program yang spesifik, semua
anak, bahkan mereka yang sudah pernah dihospitalisasi sebelumnya, memperoleh manfaat dari pengenalan terhadap lingkungan dan rutinitas di unit
tersebut. Hasil dari penelitian pada uji t-dependen untuk kelompok kontrol
sebelum dilakukan orientasi rumah sakit mempunyai nilai rata-rata 19,05 dan nilai SD 2,564, setelah dilakukan orientasi rumah sakit pada kelompok kontrol
mempunyai nilai rata-rata 19,45 dan nilai SD 2,819 . Dari uji statistik didapat nilai P yaitu 0,088 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat adanya
Universitas Sumatera Utara
perbedaan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol yang tidak mendapat orientasi rumah sakit.
Menurut Supartini 2004 persiapan anak sebelum dirawat dirumah sakit didasarkan pada adanya asumsi bahwa ketakutan akan sesuatu yang tidak
diketahui akan menjadi ketakutan yang nyata. Pemberian informasi tentang respons perilaku normal dan dapat diperkirakan tersebut kepada orang tua dapat
mengurangi kecemasan orang tua selama awal hospitalisasi. Keluarga yang tidak tahu tentang peraturan rumah sakit seringkali bertambah bingung dan
cemas. Oleh karena itu keluarga memerlukan penjelasan yang rinci tentang apa yang mereka harapkan dan apa yang diharapkan dari mereka Wong, 2008.
Hasil dari penelitian pada uji independen perbedaan tingkat kecemasan orang tua pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan
orientasi rumah sakit didapat nilai P yaitu 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dilakukan orientasi rumah sakit terhadap penurunan tingkat
kecemasan. Menurut Supartini 2004 pada hari pertama dirawat lakukan tindakan
kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya, orientasikan anak dan orang tua pada ruangan rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat digunakan
dan jelaskan aturan rumah sakit yang berlakuu dan jadwal kegiatan yang akan diikuti .
Keadaan sakit dan hospitalisasi merupakan krisis utama bagi anak usia toddler dan keluarga Nursalam, 2005. Dampak sakit dapat terjadi pada
Universitas Sumatera Utara
individu yang mengalami sakit baik yang dirawat di rumah maupun yang dirawat di rumah sakit. Dampak tersebut dapat terjadi pada individu, keluarga,
atau masyarakat Hidayat, 2004. Menurut Sukoco 2002 respon kecemasan merupakan perasaan yang paling umum yang dialami oleh orang tua ketika ada
masalah kesehatan pada anaknya Hal itu dapat disebabkan oleh beberapa sebab, seperti penyakit kronis, perawatan caring yang kurang menyenangkan, tingkat
ekonomi keluarga, yang semua itu dapat berdampak pada proses penyembuhan. Kecemasan ini dapat meningkat apabila orang tua merasa kurang informasi
terhadap penyakit anaknya dari rumah sakit terkait, sehingga dapat menimbulkan reaksi tidak percaya apabila mengetahui tiba-tiba penyakit
anaknya serius. Reaksi-reaksi cemas yang timbul akibat hospitalisasi berbeda pada setiap orang, karena tinggal di rumah sakit bukanlah suatu pengalaman
yang menyenangkan, dimana klien harus mengikuti peraturan serta rutinitas ruangan.
Menurut Hidayat 2009 keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak bagian dari keluarga. Sebagai perawat, dalam
memberikan pelayanan keperawatan anak harus mampu memfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan
keperawatan langsung maupun pemberian pendidikan kesehatan pada anak. Kecemasan merupakan salah satu akibat yang dialami oleh anak ketika
mengalami perawatan di rumah sakit. Perawatan di rumah sakit adalah suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana mengharuskan anak untuk
Universitas Sumatera Utara
tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga
mengalami kebiasaan yang asing, lingkungannya yang asing, orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas yang dapat
membuat orang tua tertekan dan sedih sehingga anak juga mengalami hal yang sama, dengan demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak
tetapi juga pada orang tuanya Mahyudin, 2007. Orientasi ruangan kepada pasien anak dan keluarga harus dilaksanakan
oleh perawat untuk menghindari sesuatu yang mencemaskan dan menakutkan bagi pasien anak dan keluarga. Orientasi ruangan yang harus dilakukan oleh
perawat meliputi pengenalan kepada perawat atau petugas yang jaga, pengenalan pada ruangan perawatan dan alat-alat yang ada di ruangan, memperkenalkan
dengan teman sekamar, menjelaskan mengenai peraturan-peraturan yang ada, pelaksanaan pemeriksaan rutin, dan peran orang tua dalam perawatan
Nursalam, 2005. Anak juga harus diperkenalkan dengan lingkungan rumah sakit yang
dapat mempersiapkan anak dan keluarga secara mental dan menghilangkan perasaan asing terhadap lingkungannya yang baru Sacharin, 1996. Kesan
pertama masuk rumah sakit penting terhadap anak dan keluarga. Petugas harus memperlakukan mereka dengan sopan dan professional. Disinilah awal
pelayanan terhadap konsumen, sehingga jika seorang perawat menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
sikap yang tidak peduli maka klien akan menganggap semua petugas sebagai orang yang tidak professional Perry Potter, 2005.
Kondisi kenyataan yang ada dari hasil penelitian, bahwasanya perawat tidak pernah melakukan orientasi rumah sakit kepada pasien yang baru masuk di
rumah sakit untuk dirawat inap, hal ini disebabkan karena perawat sibuk dengan pasien yang lain yang harus mendapatkan tindakan. Perawat kurang
memperhatikan dalam proses keperawatan anak terutama dalam masalah kecemasan yang dialami oleh orang tua karena anaknya dirawat inap di rumah
sakit.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI