1.5.2 Peredaan atau peringanan Palliation
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi menghilangkan menoleransi tekanan-tekanan ketubuhan fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan
emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa diartikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan masalah
relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.
2. Konsep rawat inap
2.1 Defenisi rawat inap
Hospitalisasi adalah adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab yang bersangkutan dirawat disebuah institusi seperti di rumah
sakit perawatan. Tingkah laku dari pasien yang dirawat di rumah sakit dapat dikenal dari kelemahan untuk berinisiatif, kurang atau tidak ada perhatian
tentang hari depan, tidak bermain atau ada daya tarik, kurang perhatian tentang cara berpakaian dan segala sesuatu yang bersifat pandangan luas,
ketergantungan dari orang-orang yang membantunya Steven, 2000, dikutip dari Manurung, 2009
Hospitalisasi atau rawat inap merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di
Universitas Sumatera Utara
rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah Supartini, 2006.
Hospitalisasi atau rawat merupakan satu keputusan yang amat penting yang diambil oleh dokter untuk perawatan inap pasien Harold, 2006.
2.2 Persiapan rawat inap
Alasan mempersiapkan anak menghadapi pengalaman rumah sakit dan prosedur yang terkait dibuat berdasarkan prinsip bahwa ketakutan akan
ketidaktahuan lebih besar daripada ketakutan yang diketahui. Proses persiapan dapat dilakukan dengan tur orientasi rumah sakit, pertunjukan boneka dan
waktu bermain dengan miniatur peralatan rumah sakit Wong, 2008 Persiapan yang dibutuhkan anak pada hari masuk rumah sakit bergantung
pada jenis konseling prarumah sakit yang telah mereka terima. Jika mereka telah dipersiapkan dalam suatu program formal, mereka biasanya mengetahui apa
yang akan terjadi dalam prosedur medis awal, fasilitas rawat inap dan staf keperawatan Wong, 2008.
Pada tahap sebelum masuk rumah sakit dapat dilakukan: siapkan ruang rawat yang sesuai dengan tahapan usia anak dan jenis penyakit dengan peralatan
yang diperlukan, apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat diorientasikan dengan situasi rumah sakit dengan bentuk miniatur
bangunan rumah sakit Supartini, 2004
Universitas Sumatera Utara
Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan: memperkenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya, orientasikan anak dan orang tua pada
ruangan rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat digunakannya, kenalkan dengan pasien anak lain yang akan menjadi teman sekamarnya, berikan identitas
pada anak, misalnya pada papan nama anak, jelaskan aturan rumah sakit yang berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti, laksanakan pengkajian riwayat
keperawatan, lakukan pemerikasaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dengan yang diprogramkan Supartini, 2004
2.3 Manfaat rawat inap
Meskipun hospitalisasi dapat dan biasanya menimbulkan stress bagi anak-anak, tetapi hospitalisasi juga dapat bermanfaat. Manfaat yang paling nyata
adalah pulih dari sakit, terapi hospitalisasi juga dapat memberi kesempatan pada anak-anak untuk mengatasi stress dan merasa kompeten dalam kemampuan
koping mereka. Lingkungan rumah sakit dapat memberikan pengalaman sosialisasi yang baru bagi anak yang dapat memperluas hubungan interpersonal
mereka. 2.4
Reaksi orang tua terhadap rawat inap anak Menurut Nursalam 2005, reaksi orang tua terhadap anaknya yang
sakit dirumah dan dirawat di rumah sakit di pengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain : tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya
terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit, prosedur pengobatan, sistem
Universitas Sumatera Utara
pendukung yang tersedia, kekuatan ego individu, kemampuan dalam pengumpulan koping, dukungan dari keluarga, kebudayaan dan kepercayaan,
dan komunikasi dalam keluarga. Menurut Supartini 2004, reaksi orang tua terhadap perawatan anak
dirumah sakit dan latar belakang yang menyebabkannya dapat diuraikan sebagai berikut :
2.4.1 Perasaan cemas dan takut
Selama hospitalisasi orang tua akan merasa begitu cemas dan takut terhadap kondisi anaknya. Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua
melihat anak mendapat prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infus yang dilakukan pungsi lumbal, dan prosedur invasif lainnya. Sering
kali pada saat anak harus dilakukan prosedur tersebut, orang tua bahkan menangis karena tidak tega melihat anaknya, dan pada kondisi ini perawat atau
petugas kesehatan harus bijaksana bersikap pada anak dan orang tuanya. Perilaku yang sering ditunjukkan orang tua berkaitan dengan
adanya perasaan cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya tentang hal yang sama secara berulang pada orang yang berbeda, gelisah,
ekspresi wajah tegang, dan bahkan marah Supartini, 2000
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk
sembuh. Pada kondisi ini, orang tua menunjukkan perilaku sosial atau tidak mau didekati orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
Supartini, 2000 2.4.3
Perasaan frustasi Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan
tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima orang tua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua
akan merasa putus asa, bahkan frustasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua menunjukkan perilaku putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan
pulang paksa. 2.5
Dampak rawat inap Perawatan di rumah sakit biasanya pengalaman yang menegangkan
dan menggelisahkan serta dapat menimbulkan kesulitan terhadap emosi dan perilaku anak dan biasanya berlangsung lama dan setelah kejadiannya sendiri.
Beberapa ancaman yang biasanya di akibatkan oleh rumah sakit antara lain trauma atas penyakit dan lukanya, perasaan terpisah dari orang tua, perasaan
diabaikan, perasaan tidak pasti mengenai bagaimana perlakuan semestinya,
Universitas Sumatera Utara
hilangnya kendali dan kemandirian, tidak hadir dalam acara harian keluarga dan lingkungan dan prosedur pemeriksaan medis Menurut Nursalam, 2005.
3. Orientasi rumah sakit