Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah Trigliserida 250 mgdl. Terdapat hubungan antara kenaikan plasma
insulin dengan rendahnya HDL 35 mgdl sering didapat pada pasien Diabetes.
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah 45 tahun.
6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi 4000 gram.
2.8. Gejala Klinis Diabetes Melitus
Menurut Newsroom 2009 seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes
Melitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:
a. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat
badan. b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mgdl.
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mgdl.
Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat Badan enurun, Lemah, Kesemutan, Gatal,
Visus menurun, Bisulluka, Keputihan Waspadji, 1996.
2.9. Diagnosa DM
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu 200 mgdl, glukosa darah puasa 126 mgdl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya
diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM
Universitas Sumatera Utara
pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral TTGO yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan
dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat Budiyanto, 2009.
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, tetapi punya resiko DM usia 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi,
riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi 4000 gr, kolesterol HDL = 35 mgdl, atau trigliserida
≥ 250 mgdl. Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring Gustaviani, 2006.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti
dengan tes toleransi glukosa oral TTGO standar Gustaviani, 2006.
Golongan klinik
Tabel 2.1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM
bukan DM Belum pasti
DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
mgdl Plasma vena
Darah kapiler 110
90 110-199
90-199 ≥200
≥200 Kadar glukosa
darah puasa mgdl
Plasma vena Darah kapiler
110 90
110-125 90-109
≥126 ≥110
Sumber : Konsensus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia, PERKENI 2002
2.10. Komplikasi DM