Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p0,05 ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi jumlah diet
berdasarkan komplikasi. Penderita dengan atau tanpa komplikasi, proporsi terbesar adalah kategori diet IV-V 1700 kkalori s.d. 1900 kkalori.
5.2. PEMBAHASAN
5.2.1. Analisa Deskriptif 5.2.1.1. Umur
Gambar 5.2.1. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Umur di RSUP H. Adam Malik Medan
periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009
Proporsi penderita DM kelompok umur ≥ 40 tahun yaitu 94,2 lebih besar
dibandingkan kelompok umur 40 tahun yaitu sebesar 5,8.
Hasil penelitian Sari 2006 di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002- 2004 proporsi terbesar berada pada kelompok umur
≥ 40 tahun yaitu 96,2. Hal ini sesuai dengan teori DM bahwa usia
≥ 40 tahun merupakan faktor resiko untuk terjadinya DM.
5.2.1.2. Jenis Kelamin
5.8
94.20
Umur
40 tahun ≥ 40 tahun
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik
Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009
Proporsi penderita DM berjenis kelamin perempuan 50,4 lebih besar dibandingkan laki-laki 49,6. Perbedaan proporsi antara perempuan dan laki-laki
tidak jauh berbeda.
Penelitian Anwar 2003 di Rumah Sakit DR. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2001 yang mendapatkan proporsi penderita DM jenis kelamin laki-laki
51,13 dan jenis kelamin perempuan 48,87. Penelitian Sari 2006 di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002-2004 didapat proporsi penderita DM jenis
kelamin laki-laki 49,4 dan jenis kelamin perempuan 50,6. Menurut kelompok studi WHO tidak ada perbedaan kejadian DM antara laki-laki dan
perempuan.
5.2.1.3. Agama
49,60 50,40
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Agama di RSUP H. Adam Malik Medan
periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.
Proporsi penderita DM dengan menganut agama Islam lebih besar yaitu 59,9 daripada agama Kristen yaitu 40,1.
Hal ini bukan berarti agama Islam lebih beresiko menderita DM, tetapi disebabkan RSUP H. Adam Malik Medan adalah rumah sakit pemerintah yang
menerima pasien dari jenis agama yang berbeda dan kebetulan yang datang berobat didominasi agam Islam.
5.2.1.4. Suku Bangsa
59,90 40,10
Agama
Islam Kristen
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Suku Bangsa di RSUP H. Adam Malik
Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009
Proporsi penderita DM menurut suku terbanyak adalah suku batak Karo sebesar 34,3 dan suku yang jumlahnya paling sedikit adalah suku batak
Mandailing, Aceh, Melayu dengan masing-masing proporsi sebesar 5,1.
Penelitian Sari 2006 di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002-2004 didapatkan proporsi penderita DM suku batak Karo 52,7. Proporsi suku batak
Karo lebih banyak menderita DM karena suku batak Karo merupakan penduduk mayoritas yang berdomisili di Medan dan sekitarnya.
5.2.1.5. Pendidikan
34,30 29,20
5,80 5,10
8,80 5,10
6,60 0,00
5,00 10,00
15,00 20,00
25,00 30,00
35,00 40,00
Batak Karo Batak Toba Batak
Simalungun Batak
Mandailing Batak
Pakpak Aceh
Jawa
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Pendidikan di RSUP H. Adam Malik
Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009
Penderita DM berlatar belakang pendidikan terbanyak adalah tamat SLTASederajat 40,9 kemudian tamat SD 24,1. Penelitian Sari 2006 di
RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002-2004 yang mendapat proporsi latar belakang penderita DM terbanyak adalah SLTA yaitu sebesar 38,1. Demikian
juga penelitian Santosa dkk di Jakarta, Yogjakarta dan Surabaya 2000 mendapatkan proporsi penderita DM terbesar adalah tamat SLTA yaitu sebesar
35,1.
Disini terlihat bahwa latar belakang penderita bervariasi, tidak bias dikatakan DM cenderung berasal dari pendidikan yang tinggi atau sebaliknya.
Pendidikan tidak termasuk sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya DM.
5.2.1.6. Pekerjaan
2,20 24,10
22,60 40,90
10,20 0,00
5,00 10,00
15,00 20,00
25,00 30,00
35,00 40,00
45,00
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Pekerjaan di RSUP H. Adam Malik Medan
periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.
Proporsi penderita DM menurut pekerjaan yang terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga IRT yaitu sebesar 31,3 dan paling sedikit adalah Mahasiswa
sebesar 1,5. Penelitian Irianti 2004 di Rumah Sakit Kisaran tahun 2001-2002 dimana pekerjaan terbanyak adalah PNS 54 dan terkecil adalah bertani 6,5.
Penelitian Sari 2006 di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002-2004 pekerjaan terbanyak adalah IRT sebesar 37,2 dan terkecil adalah pegawai
swasta sebesar 5,4.
Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa proporsi jenis pekerjaan terbesar bervariasi seperti halnya pendidikan, pekerjaan juga tidak mempengaruhi
kejadian DM. Kejadian DM lebih dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makan.
5.2.1.7. Daerah Asal
22,60
5,10 18,20
31,40
21,20
1,50 0,00
5,00 10,00
15,00 20,00
25,00 30,00
35,00
PNS Pensiunan
Wiraswasta IRT
Swasta Mahasiswa
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Daerah Asal di RSUP H. Adam Malik
Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.
Proporsi penderita DM menurut daeral asal lebih banyak dari kota Medan 70,8 daripada luar kota Medan 29,2.
Hal ini mungkin disebabkan RSU tersebut berada di kota Medan sehingga orang yang datang berobat sebagian besar berasal dari kota Medan. Selain itu
dapat juga disebabkan karena ada penderita yang datang dari luar kota Medan dengan menggunakan alamat kelurgasaudara yang tinggal di kota Medan dan
juga rujukandari puskesmas dari luar kota Medan.
5.2.1.8. Tipe DM
70,80 29,20
Daerah Asal
Kota Medan Luar Kota Medan
2,20
97,80
Tipe DM
Tipe 1 Tipe 2
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Tipe DM di RSUP H. Adam Malik Medan
periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009
Proporsi penderita DM menurut tipe DM yang terbanyak adalah DM tipe- 2 sebanyak 134 orang 97,8 dibandingkan DM Tipe-1 sebesar 3 orang 2,2.
Hal ini sesuai dengan penelitian Sari 2006 di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002-2004 dimana DM Tipe-2 100.
Sesuai dengan teori DM, bahwa penderita DM tipe-2 lebih sering dijumpai dibandingkan DM Tipe-1.
5.2.1.9. Komplikasi
Gambar 5.2.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang dirawat inap berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik
Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009
Proporsi penderita DM menurut komplikasi yang terbesar adalah dengan komplikasi sebesar 85,4.
85,40 14,60
Komplikasi
Ada Tidak Ada
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Elia 2005 di RSU Haji M Djamil Padang 2003 mendapatkan proporsi komplikasi sebesar 56,2 dan tidak ada komplikasi sebesar 43,8.
Penelitian Sari 2006 di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2002-2004 mendapatkan proporsi komplikasi sebesar 60,3 dan tidak ada komplikasi
sebesar 43,8.
5.2.1.11. Distribusi Proporsi Berdasarkan Jenis Pengobatan
Gambar 5.2.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang
dirawat inap berdasarkan Jenis Pengobatan di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember
2009
Proporsi penderita DM menurut jenis pengobatan yang terbesar adalah pemberian Insulin sebesar 73,7 dan terkecil adalah OAD sebesar 10,2. Hal
ini sesuai dengan penelitian Sari 2006 dimana proporsi penderita DM terbesar adalah menggunakan Insulin sebesar 58,6.
Berdasarkan teori dalam pengelolaan DM salah satunya adalah dengan terapi insulin yang diberikan lebih dini dan lebih agresif menunjukkan hasil klinis
yang lebih baik terutama berkaitan dengan masalah glukotoksisitas.Hal tersebut diperlihatkan oleh perbaikan fungsi sel beta pankreas. Insulin juga memiliki efek
lain yang menguntungkan dalam kaitannya dengan komplikasi DM. Terapi insulin
73,70 10,20
16,10
Jenis Pengobatan
I O
O+I
Universitas Sumatera Utara
dapat mencegah kerusakan endotel,menekan proses inflamasi, mengurangi kejadian apoptosis,dan memperbaiki profil lipid. Dengan demikian,secara ringkas
dapat dikatakan bahwa luaran klinis pasien yang diberikan terapi insulin akan lebih baik. Insulin, terutama insulin analog, merupakan jenis yang baik karena
memiliki profil sekresi yang sangat mendekati pola sekresi insulin normal atau fisiologis Sumber: PERKENI. Petunjuk Praktis. Terapi Insulin Pada Pasien
Diabetes Melitus. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit DalamFKUI,Yakarta,2008. Hal. 9-12
5.2.1.12. Distribusi Proporsi Berdasarkan Kategori Diet
Gambar 5.2.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang
dirawat inap berdasarkan Jenis Diet di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009.
Proporsi penderita DM menurut jenis diet yang terbesar adalah kategori diet IV-V sebesar 54,7 dan terkecil adalah kategori diet VI-VIII sebesar
10,9.
5.2.1.13. Distribusi Proporsi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
34,30
54,70 10,90
Jenis Diet kkal
1 2
3
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2.13. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM yang
dirawat inap berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009 s.d. 31
Desember 2009.
Proporsi penderita DM menurut keadaan sewaktu pulang yang terbesar adalah pulang berobat jalan sebesar 71,5 dan terkecil adalah meninggal sebesar
1,5.
Penelitian Purnama 2004 di Rumah Sakit Elisabeth tahun 1999-2003 dimana proporsi penderita DM terbanyak adalah pulang berobat jalan 72,7,
begitu juga hasil penelitian Sari 2006 diperoleh proporsi terbesar adalah pulang berobat jalan yaitu sebesar 70.
5.2.2. Analisa statistik 5.2.2.1. Perbedaan Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan
Komplikasi
1,50 27
71,50
KSP
Meninggal PAPS
PBJ
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2.14. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Keadaan Sewaktu
Pulang Berdasarkan Komplikasi Penderita DM yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2009
s.d. 31 Desember 2009.