NASKAH AKADEMIK RUU PERLINDUNGAN DATA PRIBADI
7 Selain itu pengaturan mengenai perlindungan data pribadi
akan meminimalisasi ancaman penyalahgunaan data pribadi di industri perbankan, situs pertemanan online misalnya Facebook,
My Space, Twitter, Path, Google Plus, program KTP elektronik e- KTP, e-health. Potensi terjadinya kejahatan yang bermula dari
pencarian data pribadi seseorang, penghilangan identitas atas data dari pelaku kejahatan, search mesin pencari misal google.com dan
bing.com, dan cloud computing. Dengan mempertimbangkan semua ancaman dan potensi pelanggaran di atas, pengaturan
perlindungan data pribadi dimaksudkan untuk melindungi kepentingan konsumen dan memberikan manfaat ekonomi bagi
Indonesia. Indonesia belum memiliki peraturan perundang-undangan
yang secara khusus mengatur mengenai perlindungan data pribadi. Berbagai macam permasalahan di atas menuntut
pemerintah Indonesia
untuk melindungi
masyarakat dan
mengatur masalah
perlindungan atas
data pribadi
dan menyiapkan berbagai bentuk perlindungan hukum. Selain itu,
dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025 juga telah ditentukan
bahwa untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing harus meningkatkan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satunya melalui peraturan yang terkait dengan privasi.
14
B. Identifikasi Masalah
1. Permasalahan apa yang dihadapi bangsa Indonesia dengan belum terlindunginya data pribadi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi?
14
Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, hlm. 108.
NASKAH AKADEMIK RUU PERLINDUNGAN DATA PRIBADI
8 2. Mengapa perlu rancangan undang-undang sebagai dasar
pemecahan masalah tersebut, yang berarti membenarkan pelibatan negara dalam penyelesaian masalah tersebut?
3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,
yuridis pembentukan
RUU tentang
Perlindungan Data Pribadi? 4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam pengaturan perlindungan hukum atas data pribadi?
C. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik 1. Tujuan
a. Merumuskan permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara terkait dengan perlindungan data pribadi
serta cara mengatasi permasalahan tersebut.
b. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai dasar pembentukan Rancangan Undang-
Undang sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi permasalahan
hukum dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan RUU Perlindungan
Data Pribadi.
d. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan
dalam pengaturan, dalam Rancangan Undang-Undang
Perlindungan Data Pribadi.
NASKAH AKADEMIK RUU PERLINDUNGAN DATA PRIBADI
9
2. Kegunaan
Kegunaan penyusunan naskah akademik adalah sebagai acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan RUU
tentang Perlindungan Data Pribadi.
D. Metode
Penyusunan naskah
akademik pada
dasarnya merupakan suatu kegiatan penelitian, sehingga digunakan
metode penyusunan naskah akademik yang berbasiskan metode penelitian.
Dengan berbasis pada metode penelitian hukum, maka penyusunan naskah akademik RUU tentang Perlindungan
Data Pribadi ini menggunakan metode yuridis normatif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah melalui studi
kepustakaan library research yang menelaah terutama data
sekunder berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
Bahan hukum primer meliputi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang- Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan perjanjian internasional yang telah disahkan serta
berbagai peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
NASKAH AKADEMIK RUU PERLINDUNGAN DATA PRIBADI
10 Bahan hukum sekunder diperoleh melalui pengkajian
hasil-hasil penelitian,
buku-buku, jurnal
ilmiah, dan
yurispridensi, serta bahan pustaka lainnya yang membahas mengenai perlindungan atas data pribadi. Untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih komprehensif, dilakukan juga studi komparatif terhadap data sekunder yang berkaitan dengan
pengaturan perlindungan atas data pribadi di negara-negara lain seperti Hongkong, Korea Selatan, Malaysia, dan
Singapura. Selain metode perbandingan hukum, metode hukum
yang akan datang legal futuristic method.
15
juga dipilih dalam penyusunan naskah akademik ini. Hal tersebut dimaksudkan
untuk dapat menemukan hukum apa yang sebaiknya diciptakan untuk masa yang akan datang.
Data sekunder tersebut di atas dilengkapi dengan data primer yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara, focus
group discussion, dengar pendapat para ahli, diskusi publik dengan menghadirkan narasumber yang berkompeten dan
penyebaran kuesioner. Hal ini ditempuh untuk mendapatkan masukan guna memenuhi persyaratan formal dan ideal
penyusunan undang-undang
sebagaimana disyaratkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, dan menampung kebutuhan
riil masyarakat sebagaimana diharapkan. Adapun untuk menganalisis data sekunder digunakan
metode kualitatif dan analisis materi muatan. Metode penelitiannya menggunakan deskriptif analitis.
15
Menurut Sunaryati Hartono, Metode penelitian futuristic adalah metode penelitian mengenai hukum yang seyogjanya diciptakan untuk masa yang
akan datang misalnya untuk menyusun suatu naskah akademik, seperti yang dikutip dalam Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada
Akhir Abad Ke-20, Penerbit Alumni, Bandung, 1994, hlm. 146.
NASKAH AKADEMIK RUU PERLINDUNGAN DATA PRIBADI
11
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. Kajian Teoretis 1. Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia
Negara Hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan
atas hukum.
Pemerintah atau lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apa pun harus dilandasi oleh hukum dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan
hukum supremasi
hukum dan
bertujuan untuk
menyelenggarakan ketertiban hukum. Menurut
Arief Sidharta,
Scheltema merumuskan
pandangannya tentang unsur-unsur dan asas-asas Negara Hukum itu secara baru, yaitu meliputi 5 lima hal sebagai
berikut:
16
a. Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan hak asasi manusia
yang berakar dalam penghormatan atas
martabat manusia human dignity. b. Berlakunya asas kepastian hukum. Negara Hukum untuk
bertujuan menjamin bahwa kepastian hukum terwujud dalam
masyarakat. Hukum
bertujuan untuk
mewujudkan kepastian hukum dan prediktabilitas yang tinggi, sehingga dinamika kehidupan bersama dalam
masyarakat bersifat
‘predictable’. Asas-asas yang terkandung dalam atau terkait dengan asas kepastian
16
B. Arief Sidharta, “Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum”, Jentera
Jurnal Hukum, “Rule of Law”, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan PSHK,
Jakarta, edisi 3 Tahun II, November 2004, hlm.124-125.