Pemetaan Krisis PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4.1.3.4 Profil Informan Keempat

Nama : Agus Mulaydi TTL : Belawan, 17 Agustus 1967 Pendidikan Terakhir : Alumnus SMA Widyautama Medan Bergabung di PRs PLN : 1999 Waktu Wawancara : Selasa, 25 Februari 2014 Pkl 16.00 WIB Agus Mulyadi, informan keempat dalam penelitian ini lahir di Belawan, 17 Agustus 1962. Pria yang berparas kebapakan ini menyelesaikan studi terakhirnya di SMA Swasta Widyautama Medan. Sekalipun tidak mengecap pengetahuan komunikasi di jenjang perguruan tinggi, Agus Mulyadi termasuk seorang staf public relations yang berhasil menerapkan pengetahuan komunikasi yang dipelajari secara otodidak ke dunia kerjanya. Keputusannya untuk bergabung sebagai praktisi public relations di PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara sejak tahun 1999 memberi peluang besar baginya untuk belajar dan berkarya. Saat diwawancara di meja kerjanya, pria berkacamata ini mengenakan kemeja hitam bermotif garis, serasi dengan celana hitam dan sepatu pantofel hitamnya. Baginya pengalaman yang sangat menarik menjadi seorang praktisi public relations adalah ketika beliau dapat berhubungan dengan banyak media dan berkesempatan mengetahui lebih tentang kondisi kelistrikan Indonesia baik secara general maupun hanya sebatas ruang lingkup Sumatera Utara. Selain itu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi beliau ketika bisa berteman dengan banyak kalangan dan ketika suaranya bisa didengar orang. Saat ini pria yang pernah dipercaya memimpin acara soft launching sms center PLN ini menjabat sebagai salah satu staf public relations di PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara.

4.1.4 Pemetaan Krisis PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara

Penelitian di PT PLN Persero Wilayah Sumatera Utara dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam terhadap informan pertama. Informan pertama ini merupakan informan yang paling lama diwawancarai oleh peneliti. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Keberadaannya yang tergolong masih baru di divisi public relations PT PLN Persero wilayah Sumatera Utara sedikit banyaknya membuat beliau lebih ramah dan peka dibanding pegawai lain. Wawancara yang menyita waktu lebih kurang 60 menit ini memberikan informasi yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini. Berbicara soal krisis listrik yang terjadi di tubuh PT PLN Persero wilayah Sumatera Utara 2013, informan pertama ini mengaku tidak begitu tahu persis sejak kapan krisis listrik yang mengakibatkan pemadaman listrik bergilir ini terjadi di wilayah Sumatera Utara. Hanya beliau sepakat bahwa krisis ini sudah terjadi dalam jangka waktu yang lumayan lama. Jika diurutkan dari tahun 2004 pasca tsunami, beliau mengaku ada hubungannya walau sebelum gempa tsunami terjadi pun pemadaman listrik bergilir sudah diberlakukan. “Sebenarnya sudah lumayan lama ya, tepatnya mulai tahun berapa saya kurang tahu tapi sudah lumayan lama. Waktu itu sempat pernah di 2007, namun setelah 2007 tidak begitu, artinya pemadaman listrik tetap ada.” Menurut informan pertama ini, krisis listrik yang terjadi di tahun 2013 ini disebabkan defisit energi listrik. Beliau juga menjelaskan bahwa krisis yang terjadi di 2013 sama dengan krisis yang terjadi di 2007 lalu. Krisis 2013 semakin memarah ketika mesin pembangkit yang dijadwalkan sudah beroperasi ternyata tidak dapat beroperasi karena berbagai kendala. Menurut beliau, kondisi ini tidak semata-mata kelalaian PLN, karena PT PLN sendiri sudah memiliki sumber daya manusia yang berkompeten diikuti dengan program-program yang dianggap sudah baik dan efektif dalam upaya menyeimbangkan pasokan listrik di Sumatera Utara ini. Kendala yang terjadi kebanyakan diakibatkan kesulitan dalam perizinan baik dari pemerintah maupun masyarakat setempat. “Kalau pemadaman listrik itu terjadi kan bisa dibagi-bagi. Bisa karena defisit, pemeliharaan, perawatan, ada juga misalkan perbaikan. Nah untuk kategori defisit itu terjadi di 2007 dan 2013, setelah itu tidak ada. Bukan tidak ada sih bisa dikatakan berkuranglah intensitasnya. Jadi memang kita banyak membangun pembangkit, hanya diwaktu yang kita targetkan, pengoperasiannya tidak tercapai, itu yang menyebabkan. Untuk 2007 sebenarnya aku kurang jelas permasalahan utamanya tetapi untuk tahun 2013, banyak pembangkit-pembangkit yang seharusnya sudah beroperasi ternyata belum beroperasi. Contohnya itu pembangkit di Pangkalan Susu. Pangkalan Susu itu harapan besarnya kita. Karena kita yakin pembangkit di Pangkalan Susu mampu menyumbangkan daya yang lumayan besar dan akan membantu mengurangi defisit bahkan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara menghilangkan defisit di Sumatera Utara ini. Tapi masalah yang sempat membuat pengoperasian itu tidak berjalan ya perizinan, baik izin dari pemerintah maupun dari masyarakat. Itu yang menyebabkan kita jauh dari target.” Informan pertama ini agak keberatan jika kondisi kelistrikan Sumatera Utara ini disebut dengan istilah krisis. Beliau lebih setuju jika kondisi yang terjadi disebut defisit. Menurut beliau kondisi ini terjadi karena pengoperasian mesin pembangkit yang tidak sesuai jadwal dan adanya mesin-mesin pembangkit yang rusak sehingga harus mengalami perbaikan dan pemeliharaan. Di tambah lagi dengan kondisi pada saat Agustus 2013 adalah bulan Ramadhan sehingga posisi beban puncak pun meningkat. Ketika ditanyai tentang pemetaan siklus krisis listrik yang terjadi, beliau berpendapat bahwa situasi ini belum pantas diklasifikasikan dalam tahapan fase akut. Beliau juga optimis bahwa kondisi ini akan segera berakhir dan segera memasuki tahap penyembuhan. Dengan kerjasama seluruh pihak termasuk pemerintah dan masyarakat, pemadaman listrik bergilir tidak akan terjadi lagi. “Kalau menurut saya dikatakan krisis tidak terlalu ya, karena 2013 ke 2014 kemarin itu tidak terlalu drop. Memang kalau kita melihat 2013 kemarin ya itu tadi kita banyak membangun pembangkit, hanya saja pembangkit yang seharusnya beroperasi di 2013 ini tapi belum beroperasi, terus juga pembangkit di Belawan yang sedang bermasalah pada waktu itu. Nah, di saat bersamaan, beban puncak. Jadi 2013 itu bertepatan di bulan puasa. Di bulan puasa itu pemakaian semakin tinggi. Menurut aku mungkin mengarah ke akut ya, cuma belom akut banget sih. gini sih ya, banyak permasalahan di PLN ini bukan cuma dari kita tapi juga dari tanggung jawab seluruhnya. Kalau hanya PLN yang melakukan perbaikan ini tidak akan bisa, tidak akan bisa PLN ini menjadi baik. Kalau menuju ke kronis saya yakin tidak, pasti ke tahap penyembuhan. Kenapa saya yakin ke tahap penyembuhan? Karena dari 2013 ke awal 2014 kemarin aja sudah berkurang sebenarnya. Yah semoga bulan depan atau beberapa minggu lagi tidak ada lagi defisit. Kalau semuanya ikut berpartisipasi memperbaiki PLN.” Kebutuhan masyarakat akan kestabilan pasokan listrik tidak bisa dianggap sepele, karena listrik sudah menjadi kebutuhan vital masyarakat. Maka informan ini juga memandang bahwa krisis ini memang sangat diperhitungkan dan harus segera diselesaikan. Belum lagi dampak yang diakibatkan pemadaman listrik bergilir ini, baik dampak eksternal maupun internal. Martha mengakui, krisis Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara listrik yang terjadi sejak 2013 ini menimbulkan keresahan masyarakat, aksi demo hingga pembakaran kantor cabang PLN. Selain itu masyarakat menengah yang sangat bergantung dengan ketersediaan listrik dalam menjalankan usahanya juga banyak mengalami kerugian. Namun tidak bisa dipungkiri, pihak internal PLN juga mengalaminya. Pegawai PLN khususnya teknisi dan praktisi public relations harus bekerja melebihi jam kerja biasanya. Praktisi public relations sendiri, yang biasanya sudah pulang kantor pukul 17.00 wib kini harus bekerja 24 jam demi melayani semua pertanyaan dan keluhan masyarakat. Meski demikian dari segi jumlah pelanggan, PLN sama sekali tidak mengalami kerugian mengingat PT PLN merupakan perusahaan monopolistik yang artinya hanya ada satu di Indonesia. “Dari eksternalnya pasti banyak demonstrasi dimana-mana, terus kalau adek mengikuti di 2013 lalu, itu banyak kantor kami yang dibakar sama pelanggan atau masyarakat. Mungkin karena mereka sangat emosi karena pemadaman listrik. Kalau dari sisi internalnya yah itu tadi jam kerja kita jadi tidak teratur. bahkan jam kerja kami bisa 3 sampai 4 kali lipat dari jam biasanya. Jadi pasti lebih sibuklah, apalagi dengan adanya demo sana-sini, kerusakan-kerusakan dan ada juga somasi-somasi dari pihak- pihak, gitu. Kalau soal pelanggan, kita ini kan perusahaan monopolistik, satu-satunya di Indonesia. Jadi pelanggan kita tetap. Jatuhnya di citranya, itu tadi informasi pemberitahuan di luar sana tentang kita pasti buruk, pegawai-pegawai di lingkungannya juga jadi panik. Karena orang-orang juga berfikir karena dialah pemadaman ini terjadi. Itu dampak internalnya. Kalau untuk pasar kita, ya citra kita jadi buruk tapi untuk pelanggan itu tetap kok, pasang baru tetap ada, tambah daya tetap ada. Tanpa kita harus mempublish apapun pelanggan pasti tetap ke kita.” Upaya pengumpulan data dilanjutkan dengan informan kedua yang cukup diplomatif dalam menjawab setiap pertanyaan. Wawancara yang memakan waktu lebih kurang 30 menit ini membukakan banyak hal tentang PLN. Berbicara mengenai krisis listrik yang terjadi 2013, informan kedua ini menjelaskan bahwa pemadaman listrik bergilir ini terjadi sudah sejak 1999 tepatnya pasca krisis moneter 1998. Pasalnya, sejak tahun 1999 PLN gagal membangun pembangkit- pembangkit yang sudah direncanakan pada saat itu. Beliau menjelaskan, pembangunan pembangkit bukan suatu hal yang gampang, harus didesain dan direncanakan jauh-jauh sebelumnya. Menurut beliau, untuk rencana 10 tahun ke depan sudah harus dikerjakan dari sekarang. Karena akan banyak sekali kendala Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dalam rencana membangun pembangkit, mulai dari perizinan hingga respon masyarakat yang tidak mau dilewati tower pembangkit. “krisis di PLN sejak sekitar tahun 1999 gagal membangun pembangkit- pembangkit yang sudah direncanakan pada saat itu mulai harus dibangun, sebagai contoh Pangkalan Susu, Asahan Tiga, Nagan Raya. Ini terjadinya kelambatan atau penangguhan karena krisis moneter. Sebenarnya itu awalnya. iya.. itu dia. Jadi permasalahan di PLN ini tidak bisa ibaratkan seperti makan cabe. Jadi perusahaan pembangkit PLN ini harus memang betul-betul didesain, dirancanakan jauh-jauh hari sebelum.Untuk 10 tahun ke depan kita harus kerjakan sekarang. Karena membangun pembangkit itu tidak gampang. Bertahun-tahun kalau tidak ada kendala. Kalau ada kendala misalkan dari perizinan, kendala masyarakat tidak mau dilewati towernya. Itu yang saya katakan tadi ini masih normal- normal aja. Informan kedua ini lebih suka mengembalikan pertanyaan kepada peneliti ketika diminta memberikan kesimpulan sederhana seputar pemetaan krisis listrik di Sumatera Utara. Ketika ditanyai soal siklus krisis listrik yang terjadi, beliau menjawabnya dengan gaya diplomatis yang membingungkan. Namun secara tersirat beliau juga menyampaikan ketidaksetujuannya apabila krisis listrik ini disimpulkan telah memasuki fase akut. Karena menurut beliau hingga saat ini mereka masih bisa beroperasi. Beliau kembali menekankan kondisi ini masih bisa diobati, dengan selesainya pembangunan pembangkit Pangkalan Susu maka teratasilah krisis ini. Walau demikian PT PLN Persero wilayah Sumatera Utara tidak bisa membuat kebijakan sendiri, harus tetap tunduk dengan PLN pusat. begitu juga dalam hal pembangunan pembangkit, karena prosedur keuangan dan prosedur kebijakan harus melalui persetujuan DPR dan menteri keuangan. “susah ini bagi saya. Sah-sah saja penilaian begitu. Kalau aku katakan itu, akut sih bisa dirumuskan iya-iya juga, nggak ya nggak juga . karena kami ini tetap bisa jalan kok. Kalau yang namanya akut itu apa?? Sudah tidak bisa diobati, kalau udah penyakit. Apalgi bisa diobatin ini, selesai Pangkalan Susu, efektif ini. Ha ha ha. Jadi perlu adek ketahui PLN itu terdiri dari PLN pusat, PLN kanwil, inilah kanwil. Baru ada cabangnya. Artinya adek kan tahu situasi keuangan negara, apa yang dibuat di kanwil harus seizin yang di pusat kan? Prosedur keuangan dan prosedur kebijakan. Jadi PLN di Sumut ini harus tetap harus tunduk sama pusat atau negara. Dan di negara itu pun setiap ada kebijakan baru harus ada persetujuan menteri keuangan dan DPR. Tidak bisa gampang membangun itu. Ini kan perusahaan negara, aaa… jadi harus tetap disangkut pautkan sama pusat gitu lho.. jadi tidak bisa saya mengatakan ini besok bisa, tidak Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara bisa, PLN ini miliknya negara, kebijakan PLN adalah kebijakan negara. Biaya operasi yang dikeluarkan PLN adalah uang negara. Bahkan PLN disubsidi, kan begitu setiap kebijakan subsidi adalah keputusan DPR. Nah, begitu lho.. jadi kebijakan kami itu tidak bisa terlepas dari badan apa, maunya apa, suka kebijakannya sama negaranya.” Listrik sudah menjadi suatu kebutuhan di seluruh negara yang ada di dunia ini termasuk juga Indonesia. Jadi ketika ditanyai perihal dampak yang diakibatkan krisis listrik ini Raidir Sigalingging dengan tegas menyatakan kondisi ini pasti meresahkan, mengecewakan, dan menyakitkan. Aksi demo dimana-mana, statement, kritikan di media, internet dan sebagainya sudah menjadi santapan yang harus ditanggapi dengan sebaik-baiknya. Menurut beliau, selain pelanggan secara internal dari keluarga pun mereka mendapat tekanan. “Nah, oke saya coba jawab saja. Nah masalah listrik ini sudah jadi satu kebutuhan. Udah pasti sangat berdampak pada penggunanya. Ke penggunanya. Karena belum tentu masyarakat di Indonesia ini menggunakan listrik, belum tentu. Jadi mati lampu itu sudah pasti meresahkan, mengecawakan, menyakitkan, kira-kira begitu secara umumnya. Kalau hal demo kan sudah biasa ya, statement-statement itu sudah biasalah dalam Ilmu Komunikasi itu juga sebagai salah satu sarana, media baik secara lisan, tertulis. Kalau kita memang menghadapi semua diterima. Ada kritikan melalui media, melalui tv, komunikasi langsung juga, macam lah. Baik secara pribadi, website, melalui segala macam. Secara organisasi. Misalkan orang ribut di perwiritan, orang ribut di gereja, itulah. Memang sudah inilah, karena kami memang menyadari PLN ini sudah jadi suatu kebutuhan, kami juga menyadari sakit kali, susah kali, sedih kali karena mati lampu. Karena kenapa? Kita juga mati lampu kan?. Jadi apapun yang masyarakat rasakan saya juga rasakan, kecuali saya nggak mati lampu. Saya juga mati lampu dirumah, keluarga saya. Kadang-kadang kami ini lebih sakit, pertama, keluarga, anak-anak.kekmana papa ini, masa kerja di PLN kita mati lampu juga Hah. Itu yang kita hadapi gitu lho. Bahkan kami ini menghadapi double. Satu keluhan dari masyarakat, satu keluhan dari keluarga dari diri sendiri. Gitu lho.. Informan ketiga juga memberikan tanggapannya tentang krisis listrik yang terjadi di Sumatera Utara. Informan ketiga ini merupakan informan yang kelihatannya tegas dan vocal. Walau demikian beliau tetap bersedia membantu peneliti dalam penelitiannya. Hal ini terlihat dari sambutannya ketika peneliti tiba di kantor tepatnya di ruangan public relations, beliau dengan sigap dan cepat menanyakan, ada apa, apa yang bisa dibantu, mau ketemu siapa dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Sama halnya ketika ditanyai tentang krisis listrik yang terjadi di Sumatera Utara. Menurut beliau agenda pemadaman listrik bergilir ini masih wajar mengingat mesin pembangkit yang sudah tua yang masih dipertahankan hingga sekarang. Pencanangan pembangunan pembangkit sudah dilakukan jauh-jauh sebelumnya tetapi sejak terjadi krisis moneter 1998 maka pembangunan pun tersendat. Hal inilah yang akhirnya membawa masalah sampai sekarang. Untuk merealisasikan program itu pun bukan suatu hal yang mudah, banyak kendala yang masih harus dibereskan seperti masalah perizinan, pembebasan lahan dari masyarakat sekitar dan sebagainya. Bahkan antar sesama BUMN pun tidak ada kesepahaman dalam hal membangun bersama negara ini. Pertambahan pembangunan, pabrik, kebutuhan masyarakat memang harus diimbangi dengan pembangunan mesin pembangkit listrik. Negara maju sendiri seharusnya mempunyai cadangan daya 40 persen dari jumlah seluruh daya yang dimiliki. “Kalau pemadaman itu wajar dek. Karena mesin pembangkit kita ini kan udah lama, sejak zaman Soeharto. Itu yang dipertahankan sampai sekarang. Kita sudah pernah canangkan, cuma sejak terjadi moneter tahun 1998 maka pembangunan ini pun tersendat. Itu yang pada akhirnya membawa masalah sampai sekarang. Kita ajukan juga pembangunan-pembangunan ke pusat, juga kita informasikan kendala- kendala di lapangan, kan macam itu kan. Jadi kita sudah usulkan itu dek, pembangunan asahan 3, yang namanya Aceh, Nagan Raya, uap yang di Pangkalan Susu, dan lain-lain tapi kendalanya di lapangan kan, masyarakat tidak terimo. Antara sesama BUMN pun susah di negara ini dek. Masalah kehutanan, pembebasan lahan, masyarakatnya tidak terimo. Banyak tetek bengek namanya di lapangan ini. Pembangkit kita dek, defisit dek, kurang kapasitas kita sementara kebutuhan listrik di republik ini sudah kebutuhan pokok itu dek. Jadi harus ada stok sebenarnya, paling tidak negara maju harus punya stok 40 persen.” Ketika ditanya soal siklus krisis listrik yang terjadi, sama halnya dengan informan pertama dan kedua, informan ketiga ini pun tidak setuju jika dikatakan sudah akut. Lebih jauh beliau menjelaskan, krisis ini hanya persoalan keberanian pemerintah. Apa yang terjadi sekarang sudah seperti air yang terus berkelanjutan. Jika pemerintah berani dan turun ke lapangan pemadaman tidak akan mencapai empat sampai lima jam tiap sekali pemadaman. Menurut beliau PLN hanya pesuruh, jika pemerintah mengarahkan untuk menyiapkan segala sesuatunya untuk pembangunan tidak akan sesusah ini. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara “Bukan akut dek, keberanian pemerintahnya. Kalau ini seperti air sebenarnya berkelanjutan terus. Sebenarnya sebentar bisa diatasi dek, asal pemerintah berani dan turun ke lapangan. Trus ini dek jalan tol yang di Sisingamangaraja yang mau ke Siantar segera diselesaikan nggak ada sampai 4 sampai 5 jam. Keberanian pemerintah aja, siapkan ini, bangun ini. Ini nggak akan sampai akut ini, orang 2006 kejadiannya lanjut 2007, 2009. Bapak ikut ngalami kok. Ini krisis aja terus-terusan. PLN ni kan operator, pesuruh, pelayan. Siapkan ini, disiapkan, pemerintah menyiapkan dananya. Nggak susah itu.” Ketika disinggung tentang dampak yang diakibatkan krisis pasokan listrik ini, plt. Supervisor public relations PLN Sumut ini berkomentar bahwa pemadaman listrik bergilir ini merugikan banyak pihak. Para pedagang kaki lima, café-café di pinggir jalan dan sebagainya pasti mengalami penurunan omset. Dampak ke perusahaan sendiri sedikit banyak memberi pengaruh pada para pegawai. Pegawai harus memupuk mental bajanya untuk mendengar dan menerima caci maki dari masyarakat, kata-kata kasar dan sebagainya. “Sebenarnya merugikanlah. Nggak usah jauh-jauh, pedagang kaki lima, café-cafe itu. Harusnya rame-rame datang tapi karena padam lampu jadi tinggal lima, tujuh orang ya wajarlah malam-malam, siang-siang nggak papalah. Biasa malam minggu rame, mati lampu tiga jam ya pasti pengaruh lah. Kalau ke perusahaan, ke pegawai jadi beban mentallah dek. Kita juga tinggal dimasyarakat kan, tapi itu harus dihadapilah. Soal caci maki, udah biasa itu dek. Soal kata-kata kasar ke PLN udah biasa itu dek.” Informasi selanjutnya diperoeh dari informan keempat. Informan keempat ini merupakan informan yang paling banyak memberikan informasi seputar PLN dan krisis listrik yang terjadi. Bapak yang sempat lupa saat ditanya alumnus dari SMA mana ini cukup tenang dan lengkap dalam menjawab setiap pertanyaan dan dalam menyampaikan pendapat dan pandangannya. Di awal wawancara yang memakan waktu hingga 45 menit ini, Agus Mulyadi mengutarakan bahwa krisis listrik ini berawal dari terjadinya krisis moneter di tahun 1998 lalu. Sebenarnya sejak tahun 1995 PT PLN Persero wilayah Sumatera Utara sudah mencanangkan pembangunan pembangkit. Bahkan PLN dan pemerintah juga sudah mengatur anggaran biaya untuk pembangunan pembangkit ini. Hanya saja rencana tersebut terpaksa kandas karena krisis moneter 1998. Memang tidak sepenuhnya gagal, artinya tetap ada pembangunan namun tidak segencar dan sebesar yang direncanakan sebelumnya. Akhirnya 2006-2007 PLN pun mulai mengalami krisis Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara tetapi masih bisa teratasi karena adanya pembangkit-pembangkit yang masih bisa diupayakan. Ditambah lagi dengan penyewaan genset, krisis pun bisa terkover hingga beberapa tahun kemudian. Tetapi melihat pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara semakin meningkat ditambah dengan peningkatann konsumsi energi listrik, maka kebutuhan listrik semakin tidak terimbangi oleh mesin pembangkit yang dimiliki oleh PLN. Belum lagi menjelang pertengahan 2013 lalu, ada beberapa pembangkit seperti pembangkit di Belawan dan Labuhan Angin yang mengalami kerusakan dan harus mengalami perbaikan dan pemeliharaan. Akhirnya terjadilah krisis listrik pada tahun 2013 yang akhirnya harus menerapkan kebijakan pemadaman listrik bergilir. “O pernah 2006-2007 itu pernah mengalami krisis juga PLN tapi bisa teratasi karena adanya pembangkit-pembangkit dari PLN, diupayakan pembangunan-pembangunan pembangkit jadi krisis itu bisa teratasi walalupun memang berjalan dengan ya bertahaplah tidak cepat tapi bisa teratasi. Dengan adanya pembangunan seperti di Labuhan Angin, Simpang Sihaporas, penambahan sewa genset lagi dan beberapa pembangunan-pembangunan pembangkit yang diimbangi oleh PLN tentang adanya krisis itu. Nah ini bisa terkover dia hingga beberapa tahun kemudian. Tapi dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara, pertambahan konsumsi energi listrik di Sumut semakin tinggi, ini semakin tidak terimbangi oleh PLN dari pembangkit yang dimiliki oleh PLN sehingga sekarang ini 2013 terjadi lg krisis karena memang ada beberapa mesin pembangkit kita yang di Belawan, Labuhan Angin mengalami kerusakan perbaikan-perbaikan, sehingga terjadi lagi kekurangan pasokan listrik karena mesin-mesin pembangkit di Belawan dan Labuhan Angin harus mengalami pemeliharaan. Jadi yang kita lakukan adalah melakukan penyewaan genset mencapai 500 MW, 250 MW kita upayakan untuk masuk ke sistem kita. Nah kalau diruntut sebenarnya ada kaitannya sama krisis 1998. Kan PLN lebih kurang sejak 1995 sdh merencanakan pembangunan pembangkit, Asahan Tiga, Nagan Raya, dan beberapa titik pembangunan pembangkit sudah direncanakan. Namun rencana itu ternyata kandas di tahun 1998, sejak krisis moneter sehingga apa-apa yang sudah dianggarkan tidak bisa lagi berjalan sebagaimana diharapkan. Saat diminta mengklasifikasikan kategori apakah yang menjerat krisis listrik yang terjadi di Sumatera Utara informan keempat menggolongkan krisis yang terjadi akibat kekurangan pasokan listrik atau defisit. Beliau menambahkan kebutuhan masyarakat dan konsumsi energi listrk di Sumatera Utara ini mencapai 1700 MW sementara kemampuan PLN hanya 1300 MW, daya ini pun bisa digunakan semuanya jika tidak ada mesin pembangkit yang mengalami Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pemeliharaan maintenance. Jika ada salah satu pembangkit yang mengalami pemeliharaan maka pemadaman listrik bergilir tidak dapat dielakkan karena daya yang dimiliki PLN sekarang pas-pasan. Idealnya dari seluruh daya yang dimiliki pembangkit seharusnya menyediakan 30 persen daya cadang. Namun karena PLN memang belum memiliki cadangan daya maka defisit memang tidak dapat dielakkan. “memang krisis karena kekurangan pasokan atau defisit. Artinya kebutuhan masyarakat dengan konsumsi energi listrik di Sumut ini mencapai 1700 MW sementara kemampuan PLN cuma 1300 MW itu kalau tidak ada mesin pembangkit yang mengalami pemeliharaan maintanance. Kalau seandainya ada salah satu yang mengalami pemeliharaan ini defisit mencapai 300 MW dan karena itu kita harus melakukan pemadaman. Apabila sekarang frekuensinya ada yang dua jam bisa satu kali atau dua kali sehari, itu karena besarnya defisit, kalau defisit sudah diatas 300 MW, itu bisa mengalami pemadaman 3 kali 2 jam. Tapi kita sudah menyurati para industri besar di kota Medan dan Sumut untuk tidak melakukan pemakaian pada beban puncak nah itu bisa berkuranglah mugkin cuma dua kali pemadamanannya. Kita upayakan semakin mengecil terus kalau bisa satu kali aja dalam satu hari , terus kalau bisa satu jam aja sekali pemadaman gitu. Terus PLN juga berupaya menekan semaksimal mungkin kecilnya pemadaman itu.” Wawancara hari ini semakin mendekati data jenuh mendengar setiap jawaban informan ketika ditanya tentang siklus krisis listrik yang terjadi. Informan terakhir ini pun sama sekali tidak ingin merumuskan krisis yang terjadi ke dalam fase akut. Bahkan beliau meyakini tidak akan sampai ke fase itu. Dengan adanya rasio elektrivikasi yang memperlihatkan peningkatan grafik dan pertumbuhan kebutuhan listrik di masyarakat, PLN bisa mengevaluasi kondisi yang ada dan mengimbanginya dengan perencanaan-perencanaan yang memadai seperti pembangunan mesin pembangkit di Pangkalan susu. Agus Mulyadi sendiri yakin kondisi ini akan segera berakhir, mengingat saat ini salah satu direksi PLN yang berkedudukan di Jakarta sudah tinggal dan membuka kantornya di Medan. Dengan adanya pengawasan langsung terhadap proses pembangunan dan perbaikan dari pusat, krisis listrik di Sumatera Utara ini akan segera berlalu. Beliau menambahkan usaha yang demikian akan mempercepat siklus krisis dan segera melompat ke fase penyembuhan. “O nggak, nggak. Saya kira hal-hal yang seperti itu tidak. PLN tetap berupaya, artinya ada kajian, kan ada rasio elektrivikasi. Setiap tahun Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara rasio elektrivikasi kan semakin meningkat di grafik atau frekuensi pertumbuhan kebutuhan listrik di masyarakat. Kami PLN kan bisa mengevaluasi kondisi yang ada, untuk mengimbangi itu ya pasti sudah ada perencanaan-perencanaan, sekarang sudah berlangsung di Pangkalan Susu, Nagan Raya, Asahan Tiga. Nah ini akan dibiarkan sampai ke akut itu tidak, masih dalam suatu upaya PLN memikirkan sebelum jauh melangkah. Optimis PLN akan segera mengarah ke penyembuhan, bahkan sekarang menteri BUMN saja sudah menginstruksikanmenugaskan salah satu direksi yang ada di Jakarta harus bertugas di Medan untuk mengamati keadaan kelistrikan di Sumut.“ Kelangkaan pasokan listrik atau defisit ini jelas meresahkan dan merugikan banyak pihak. Menurut praktisi public relations yang satu ini, kerugian akibat pemadaman listrik bergilir tidak hanya dirasakan masyarakat tetapi juga PT PLN sendiri. PT PLN menagih pulsa listrik langganan dengan meteran, jika pemadaman listrik terjadi maka meteran akan mati. Otomatis tagihan listrik juga akan menurun karena apabila pemadaman listrik bergilir terjadi dan masyarakat tidak dapat mengkonsumsi daya listrik maka meteran pun tidak nyala. Demikian juga masyarakat, apalagi mereka yang menggantungkan usahanya pada keberadaan pasokan listrik yang stabil akan sangat merugi. Maka pada kesempatan itu informan keempat ini menghimbau dan mengajak masyarakat agar menghemat listrik. “itu manusiawilah, jangankan masyarakat kita aja org PLN kalau mengalami pemadaman kadang-kadang menggerutu juga dalam hati apalagi masyarakat awam. Dengan adanya pemadaman ini kan pasti mengalami kerugian. Dan ini juga merugikan PLN juga. Dampaknya ke masyarakat dan PLN sendiri. Jadi perusahaan mana yg mau merugi. Eksternal dan internal juga merugi, Knapa? Karena kalau padam, listrik tidak dikonsumsi masyarakat sementara PLN menagih dengan meteran. Kalau mati lampu kan ndak jalan meteran akhirnya pembayaran juga turun kan. Jadi dampak ke PLN ada, ke masyarakat juga ada. Masyarakat juga banyak mengalami sesuatu yg sifatnya merugikan, itu macemlah. seperti ekonomi jadi mandek, sedang melakukan operasional produk dia ternyata tidak berjalan krn mati lampu sehingga dia rugi , tidak nyaman di malam hari karena gelap, tidak bisa menikmati AC, banyaklah yang dirasakan masyarakat akibat pemadaman ini. Kami mengharapkan kepada masyarakat bisa memaklumi itu dan himbuan kami mari sama- sama menjaga kelangsungan pasokan listrik itu dengan cara yg paling efektif itu adalah sama-sama hemat listrik. Semakin banyak kita membangun listrik kalau tidak hemat sama saja.” Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

4.1.5 Strategi Manajemen Krisis divisi Public Relations

Dokumen yang terkait

Strategi Divisi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Manajemen Krisis Divisi Public Relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

1 57 150

STRATEGI MEDIA RELATIONS PT. DIRGANTARA INDONESIA Strategi Media Relations Pt. Dirgantara Indonesia (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Media Relations Dalam Usaha Meningkatkan Citra PT. Dirgantara Indonesia Persero Pasca Krisis).

0 4 17

PENDAHULUAN Strategi Media Relations Pt. Dirgantara Indonesia (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Media Relations Dalam Usaha Meningkatkan Citra PT. Dirgantara Indonesia Persero Pasca Krisis).

0 7 38

STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS PT. KIMIA FARMA (Studi deskriptif kualitatif Strategi Marketing Public Relations PT. Kimia Farma dalam meningkatkan citra perusahaan).

19 58 106

Strategi Divisi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Manajemen Krisis Divisi Public Relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

0 0 15

Strategi Divisi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Manajemen Krisis Divisi Public Relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

0 0 1

Strategi Divisi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Manajemen Krisis Divisi Public Relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

0 0 9

Strategi Divisi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Manajemen Krisis Divisi Public Relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

0 2 28

Strategi Divisi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Manajemen Krisis Divisi Public Relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

0 1 3

Strategi Divisi Public Relations dalam Manajemen Krisis (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Manajemen Krisis Divisi Public Relations PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara)

0 0 41